YONI KLINTEREJO TINJAUAN HISTORIS DAN IKONOGRAFIS

  • NOVARIA DWI SETYANING PUJI

Abstract

Abstrak

Kerajaan Majapahit kaya akan peninggalan tempat-tempat suci yang merupakan sarana penting untuk merekonstruksi  perilaku keagamaan masa itu. Bukti peninggalan tempat suci yaitu kolam suci (patirtaan), gua-gua pertapaan, candi dan petilasan. Berdasarkan sifat keagamaan, sebagian besar bangunan suci Majapahit ini dapatlah diduga bahwa agama Hindu-Siwa memegang peranan penting di Majapahit. Yoni Klinterejo memiliki nilai kesejarahan dan arkeologis yang tinggi. Data prasasti pendek berangka tahun Jawa Kuna1294 Saka yang dipahatkan pada mahapita atas, menjadikan yoni ini memiliki keistimewaan dalam sejarah keagamaan Majapahit. Yoni Klinterejo dapat dijadikan  tonggak perkembangan Sivaisme khususnya pemujaan lingga-yoni di Majapahit. Berdasarkan kronologi itu pula perkembangan bentuk dan ragam hias yoni  selama periode Majapahit  dapat diketahui perkembangannya. Dari segi arkeologis Yoni Klinterejo memiliki keunikan bentuk dan raya akan ragam hias.

Kehadiran angka tahun dan ungkapan ornamentik Yoni Klinterejo merupakan fenomena yang menarik untuk dibahas. penelitian ini memfokuskan pada dua permasalahan yaitu, 1) Bagaimana latar belakang sejarah Yoni Klintirejo dan; 2) Bagaimana keistimewaan ragam hiasnya. Keistimewaan ini dapat diketahui dengan membandingkan Yoni Klinterejo dengan yoni-yoni periode kerajaan Majapahit, baik yang di Trowulan maupun yang di luar Trowulan. Penulis menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari 1) Heuristik melalui studi kepustakaan, wawancara dan observasi; 2) Kritik sejarah, 3) Intepretasi; dan 4) Historiografi.

Berdasarkan analisa perkembangan Sivaisme di Majapahit, pemujaan lingga yoni berasal dari tradisi sebelumnya. Pada masa awal Majapahit pemujaan lingga-yoni pada umumnya dilakukan di dalam bilik candi (grbagrha). Pada perkembangan berikutnya, yakni pada kejayaan Majapahit. Pemujaan lingga –yoni tidak saja di dalam bilik candi tetapi juga dipuja di luar bilik candi. Beberapa  temuan umpak batu di situs Klinterejo membuktikan hal itu. Diperkirakan pemujaan Yoni Klinterejo menggunakan bangunan berbahan kayu, seperti halnya Pura di Bali.

Melalui analisa perbandingan dengan yoni-yoni periode sebelumnya, dari sisi bentuk dan ragam hias. Yoni Klinterejo mempertahankan ragam hias naga, padma, ceplok, sulur dan tumpal. Ragam hias tersebut memiliki arti simbolis yang sangat penting dalam kehidupan keagamaan Majapahit, terutama yang berkaitan dengan air kehidupan (amrta) dan kesuburan. Melalui analisa ukuran arca (ikonometri), bentuk dan ukuran Yoni Klinterejo memiliki kesesuaian dengan kitab Manasara. Berdasarkan perbandingan ukuran pitha dan cerat  yoni Klinterejo, memperlihatkan bahwa seniman Majapahit  memahami dan menerapkan aturan seni arca dalam kitab Manasara.

 Kata kunci           : Sejarah Yoni, Majapahit, Ragam Hias

Published
2014-08-19
Abstract Views: 60
PDF Downloads: 261