DRAMATURGI PENGEMIS LANJUT USIA DI SURABAYA

  • LIS HIMMATUL HOLISOH

Abstract

Abstrak
Kegagalan pembangunan yang terjadi di pedesaan mendorong terjadinya migrasi di wilayah perkotaan, salah satunya adalah kota Surabaya. Peningkatan jumlah migrasi ke Surabaya menyebabkan kemiskinan kota yang menyisihkan golongan pendidikan rendah, sehingga terjun pada pekerjaan informal seperti pengemis lanjut usia. Lansia harus menguasai panggung depan sebagai pengemis agar dapat menarik simpati masyarakat. Penelitian ini menggunakan teori Dramaturgi Erving Goffman, konsep diri dan Interaksionisme Simbolis George Herbert Mead. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan interaksionisme simbolis George Herbert Mead untuk mengungkap pemakaian simbol-simbol pengemis yang digunakan untuk berinteraksi dengan masyarakat. Pengemis lansia dalam penelitian ini mampu memerankan perannya secara apik di panggung depan dengan cara menguasai ekspresi muka dan vokal serta perlengkapan yang dibawa ketika mengemis. Penyempurnaan drama di panggung belakang dengan cara menutupi kehidupan sebenarnya serta menutupi beberapa kesenangan pengemis. Pengemis lansia menggunakan tangan atau wadah berupa bekas gelas air mineral sebagai simbol yang diinformasikan kepada masyarakat. Pengemis lansia juga memaknai perilakunya sebagai pekerjaan yang halal.
Kata Kunci : Praktik Dramaturgi, Pengemis, Lansia, dan Interaksionisme Simbolis

Abstract
Failure of development that occurs in the countryside led to migration in urban areas, one of which is the city of Surabaya. Increasing the number of migrations to cause poverty Surabaya city set aside a low education group, so jump in informal jobs such as elderly beggar. Seniors must master the next stage as a beggar in order to attract public sympathy. This study uses the theory of Erving Goffman Dramaturgy, self-concept and symbolic interactionism George Herbert Mead. The method used was a qualitative research approach of George Herbert Mead's symbolic interactionism to uncover beggars use symbols that are used to interact with the community. Elderly beggar in this study is able to play its role nicely in front of the stage by mastering facial expressions and vocal and equipment brought when begging. Completion of stage drama in the back by way of covering the real life as well as cover some pleasure beggars. Elderly beggars using hand or second-hand container of mineral water glass as a symbol that inform the public. Elderly beggars also interpret his behavior as honest labor.
Keywords: Practice Dramaturgy, Beggars, Elderly, and symbolic interactionism

Published
2013-08-28
How to Cite
HIMMATUL HOLISOH, L. (2013). DRAMATURGI PENGEMIS LANJUT USIA DI SURABAYA. Paradigma, 1(3). Retrieved from https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/paradigma/article/view/4104
Abstract Views: 111
PDF Downloads: 83