Abstract
Hanya Satu Kali merupakan naskah saduran yang menggambarkan politik pada era orde lama sehingga dalam mementaskannya butuh pencarian dan riset yang mendukung pada tahun yang dimaksudkan naskah. Disini penulis menitik beratkan pada tokoh Soedarso, bukan hal mudah memerankan seorang yang menjalani hukuman dibalik jeruji besi dan akan dihukum gantung. Tantangan yang diterima penulis dalam memerankan tokoh Soedaso yaitu menjadi seorang terpidana yang bersikap dingin,tenang dan misterius. Selain itu, aktor dituntut juga menghidupkan karakter di atas panggung karena sejatinya aktor bukanlah robot yang digerakan oleh sutradara.
Teknik yang digunkan dalam memerankan tokoh Soedarso penulis menggunakan teknik milik W.S Rendra. Tahapan tahapan dalam teknik milik Rendra yaitu, a). Permainan yang hidup, b). Mendengar dan menangapi, c). Kejelasan ucapan, d). Membina klimaks e). Bergerak dengan alasan, f). Proyeksi, g). Memahami takaran, h). Cara muncul, i). Timing, j). Tempo permainan, k). Improvisasi.
Naskah Hanya Satu Kali berbentuk realis yang berarti dalam proses penciptaan membutuhkan detail dan observasi. Hal ini sangat dibutuhkan agar aktor dapat menjadi apa yang diinginkan naskah karena tugas seorang aktor sejatinya menghidupkan permainan di diatas panggung.
Kata kunci : teknik, aktor, Hanya Satu Kali.
Downloads
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section

