ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MENGHAMBAT PERKEMBANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA KERAJINAN TIKAR DI KECAMATAN KEDUNGADEM KABUPATEN BOJONEGORO

  • HABIB SYAIFUL ARIF TUSKA

Abstract

Sejak tahun 1980 tikar sudah menjadi primadona bagi masyarakat Kabupaten Bojonegoro, khususnya bagi

masyarakat di Kecamatan Kedungadem. Hingga kini permintaan masyarakat akan tikar masih tergolong tinggi
yaitu rata-rata mencapai 20 tikar perhari dari tiap tengkulak, namun tingginya permintaan ini tidak diimbangi
dengan ketersediaan tikar yang ada. Perkembangan industri rumah tangga kerajinan tikar yang merupakan
industri ekstraktif di Kecamatan Kedungadem dalam kegiatan usahanya tidak lepas dari masalah dalam bahan
baku, modal, tenaga kerja dan pemasaran.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: 1) Faktor - faktor yang
menghambat perkembangan industri rumah tangga kerajinan tikar di Kecamatan Kedungadem Kabupaten
Bojonegoro. 2) Besar sumbangan industri rumah tangga kerajinan tikar terhadap pendapatan rumah tangga
pengrajin tikar di Kecamatan Kedungadem Kabupaten Bojonegoro. 3) Bagaimana industri rumah tangga
kerajinan tikar di Kecamatan Kedungadem Kabupaten Bojonegoro dilihat dari Teori Weber (least cost
location).Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan
prosentase. Populasi penelitian ini adalah semua industri rumah tangga kerajinan tikar yang ada di
Kecamatan Kedungadem Kabupaten Bojonegoro yang berjumlah 570 industri, dengan jumlah sampel
sebanyak 114 industri. Teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara dengan kuesioner, dan
dokumentasi. Analisis data menggunakan deskriptif kuantitatif dengan prosentase. Hasil penelitian
menunjukkan faktor – faktor yang menghambat perkembangan industri rumah tangga kerajinan tikar di
Kecamatan Kedungadem adalah minimnya bahan baku, minimnya modal, minimnya tenaga kerja dan tujuan
pemasaran yang belum pasti. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa industri kerajinan tikar ini
merupakan pekerjaan sampingan bagi para pengrajin sehingga sebagian besar pengrajin memperoleh
sumbangan pendapatan dari industri kerajinan tikar sebesar Rp 40.000,00 – 160.000,00 terhadap
perekonomian pengrajin setiap bulannya, yang hanya sekitar 6% sampai 18% dari pendapatan total setiap
bulannya. Jika dilihat dari Teori Weber (least cost location) industri kerajinan tikar di Kecamatan
Kedungadem adalah industri yang berorientasi pada bahan baku dan tenaga kerja karena industri ini tidak
membutuhkan biaya transportasi untuk mendatangkan bahan baku dan tenaga kerja. Sedangkan dari segi
pemasaran perlu adanya langkah strategis untuk menentukan daerah yang potensial sebagai pasar industri.

Kata Kunci : Perkembangan Industri Rumah Tangga Kerajinan Tikar

Abstract

Since 1980 the mat has to be excellent for Bojonegoro society, especially for the people in District Kedungadem.
Up to now the demand for mats is still relatively high at an average of 20 mats per dayfrom each middlemen, but
the high demand is not matched by availability of mats available. The development of domestic industry which is
a craft mat extractive industries in sub Kedungadem for business activities can not be separated from the
problem of raw materials, capital, labor and pemasaran.Tujuan study was to determine: 1) factors - factors that
hinder the development of cottage industries craft mat in District Kedungadem Bojonegoro. 2) The contribution
of domestic industry craft mat to mat craftsman household income in District Kedungadem Bojonegoro. 3) How
does the mat handicraft home industry in the District Kedungadem Bojonegoro seen from Weber Theory (
least cost location ). Research is a quantitative survey with a descriptive approach to the percentage. The study
population was all craft mat home industries that exist in the District Kedungadem Bojonegoro industry totaling
570, with a total sample of 114 industries. Techniques of data collection using interviews with questionnaires,
and documentation. Data analysis using quantitative descriptive percentages. The results show the factors
– factors that hinder the development of domestic industry in the District Kedungadem craft mat is the
lack of raw materials, lack of capital, lack of manpower and marketing objectives are uncertain. Based
on the survey results revealed tha t mat craft industry is a side job for craftsmen so that most of the
artisans earn donations mat craft industry revenues of Rp 40,000.00 to 160,000.00 to the economy of artisans
each month, which is only about 6% to 18% of total income each month. When viewed from the Theory
of Weber (least cost location) craft industry in the District Kedungadem mat is oriented industrial raw
materials and labor because th e industry does not need to incur the cost of transportation of raw
materials and labor. In terms of marketing the need for a strategic step to determine areas of potential
as an industrial market.

Keywords : Industry Growth Domestic Crafts Mats

Author Biography

HABIB SYAIFUL ARIF TUSKA
Prodi S1 Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Surabaya
Published
2012-10-31
Section
Articles
Abstract Views: 18
PDF Downloads: 29