BAPALA https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bapala <p>Jurnal berkala ilmiah mahasiswa yang diterbitkan oleh Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jur. Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS, Unesa. Jurnal ini berisikan publikasi kependidikan, kesastraan, dan kebahasaan.</p> en-US BAPALA PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERMEDIA KOMIK PADA MATERI TEKS PERSUASIF UNTUK PESERTA DIDIK KELAS VIII SMPN 18 SURABAYA https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bapala/article/view/58310 <p>Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar bermedia komik pada materi teks persuasif&nbsp; untuk kelas VIII SMPN 18 Surabaya. Bahan ajar tersebut akan memudahkan peserta didik dalam pembelajaran dan membantu guru untuk menyampaikan materi. Penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang menggunakan metode pengembangan ADDIE. Produk yang dikembangkan adalah bahan ajar bermedia komik materi teks persuasif yang berisi komik yang menjelaskan konsep dari teks persuasif. Subjek dari penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII SMPN 18 Surabaya yang diambil berdasarkan saran dari guru pengampu pelajaran Bahasa Indonesia, yaitu kelas VIII F dan VIII Terbuka. Hasil dari penelitian ini adalah proses pengembangan bahan ajar bermedia komik dan kualitas bahan ajar bermedia komik. Hasil analisis yang didapatkan dari proses pengembangan bahan ajar bermedia komik meliputi tahap analisis, tahap desain, tahap pengembangan, tahap implementasi, dan tahap evaluasi. Hasil analisis kualitas bahan ajar yang meliputi tiga hal yaitu, validasi, keefektivan, dan kepraktisan, mendapatkan kategori “sangat baik”. Hal tersebut didapatkan dari hasil validasi yang menyatakan bahwa dua dari tiga ahli memberikan skor dengan kategori “sangat baik”. Pada kualitas keefektivan, hasil perolehan nilai tes akhir \didapatkan skor rata-rata sebesar 86 dan 80,6 yang lebih besar dari pada nilai ketuntasan yaitu 75 sehingga dapat juga dikatakan tuntas atau sangat baik dan hasil observasi yang berkategori sangat baik. Pada analisis kepraktisan didapatkan skor sebesar 91,55% dan 89,95% yang juga berkategori “sangat baik”.</p> <p><strong>Kata Kunci: </strong>bahan ajar, komik, teks persuasif</p> Rashida Ainun Nabila Syamsul Sodiq ##submission.copyrightStatement## 2024-01-11 2024-01-11 11 1 1 8 PENGARUH TAYANGAN FILM ANIMASI UPIN DAN IPIN DALAM DIALEK BAHASA MELAYU TERHADAP BAHASA INDONESIA ANAK USIA ENAM SAMPAI DUA BELAS TAHUN https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bapala/article/view/58311 <p>Dewasa ini kehidupan sangat melekat dengan media massa, salah satu bentuk media massa modern yaitu serial film animasi. Film animasi Upin dan Ipin tidak hanya berdampak pada pengetahuan saja terhadap anak melainkan sudah meluas ke ranah bahasa. Bahasa melayu yang digunakan pada film animasi Upin dan Ipin sering ditiru oleh anak usia enam sampai dua belas tahun sehingga bentuk bahasa yang diserap oleh anak akan mempengaruhi dialek anak. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh bentuk, fungsi, dan faktor faktor apa saja yang mempengaruhi dialek bahasa Melayu dalam film animasi Upin dan Ipin sehingga disukai anak usia enam sampai dua belas tahun. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Data penelitian didapatkan melalui wawancara dari responden yakni anak-anak usia 6-12 tahun (usia sekolah) yang tinggal di Dsn. Dukuh Ds. Dukuhagung berjumlah 6 orang (Aqila, Rindu, Gibran, Arra, Falah, dan Andika). Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara menyimak menggunakan teknik purposive sampling. Sebagai hasil penelitian ini ditemukan perbedaan unsur kebahasaan dalam dialek Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu Malaysia yang terdiri atas perbedaan fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Fungsi dialek bahasa terbagi menjadi 4 fungsi yaitu stimulus, ekspresif, deskriptif, dan argumentatif. Fungsi dialek bahasa melayu memiliki banyak manfaat terhadap perkembangan cara anak untuk mempelajari bahasa baru. Faktor-faktor yang memengaruhi dialek bahasa melayu dalam film animasi Upin&nbsp; dan Ipin sehingga disukai anak usia enam sampai dua belas tahun terbagi menjadi dua yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi intensitas dan durasi menonton, alur cerita yang menarik, perkembangan teknologi. Faktor eksternal meliputi teman sebaya yang menyukai film animasi dan orang tua yang mendukung.</p> <p><strong>Kata Kunci: Anak, Bahasa Melayu, Dialek, Pengaruh Tayangan, Upin dan Ipin</strong></p> Adinda Nur Qomariyah Mulyono Mulyono ##submission.copyrightStatement## 2024-01-11 2024-01-11 11 1 9 20 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENULIS PUISI BERBASIS COMIC STRIP UNTUK SISWA KELAS VIII SMP PLUS GUMILAR PACET https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bapala/article/view/58379 <p>Bahan ajar merupakan instrumen yang menunjang pembelajaran sehingga perlu dirancang dengan baik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Penelitian ini mengembangkan bahan ajar menulis puisi berbasis komik strip untuk siswa kelas VIII. Tujuan penelitian ini untuk mendekripsikan bagaimana proses pengembangan dan mendeskripsikan kualitas bahan ajar menulis puisi berbasis komik strip untuk siswa kelas VIII. Jenis penelitian ini adalah <em>Research and Development </em>(R&amp;D) dengan model Thiagarajan yang menghasilkan produk berupa bahan ajar. Data penelitian ini berupa deskripsi proses pengembangan dan hasil penilaian. Sumber data penelitian ini adalah validator ahli, siswa kelas VIII SMP Plus Gumilar Pacet, dan guru mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Plus Gumilar Pacet. Teknik pengumpulan data pengembangan bahan ajar menggunakan teknik angket, observasi, dan tes. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah lembar angket kebutuhan peserta didik, lembar validasi, lembar observasi kegiatan, lembar tes, dan lembar respons. Hasil penelitian yang didapatkan dari penelitian ini ada dua. Pertama, adalah hasil proses pengembangan bahan ajar dengan model Thiagarajan (4-D) yang hanya meliputi tiga tahap saja yaitu tahap pendefinisian, tahap perancangan, dan tahap pengembangan. Tahap pendefinisian melalui beberapa analisis yaitu analisis ujung depan, analisis siswa, analisis tugas, analisis konsep, dan analisis tujuan pembelajaran. Tahap perancangan terdiri atas langkah pemilihan format bahan ajar dan desain awal bahan ajar. Tahap pengembangan terdiri atas validasi, uji coba terbatas, uji coba luas, dan revisi. Kedua, adalah kualitas bahan ajar yang meliputi tiga aspek, yaitu bahan ajar dikatakan valid, bahan ajar dikatakan sangat efektif, dan bahan ajar dikatakan praktis.</p> <p><strong>Kata Kunci: </strong>Pengembangan Bahan Ajar, Menulis Puisi, Komik Strip.</p> Nurul Izzah F. Hidayat Heny Subandiyah ##submission.copyrightStatement## 2024-01-16 2024-01-16 11 1 21 37 PEMANFAATAN VLOG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MENGKREASI TEKS BERITA KELAS XI https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bapala/article/view/58408 <p>Penelitian ini membahas tentang manfaat vlog untuk mengembangkan kemampuan mengkreasi teks berita kelas XI. Penelitian ini merupakan jenis penelitian implementasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan <em>mixed method research</em>. Sumber data penelitian ini yaitu siswa kelas XI SMK Negeri 2 Buduran yang berjumlah 28 siswa, guru Bahasa Indonesia, dan rekan sejawat. Data kemudian dikumpulkan melalui metode observasi, tes (uji), dan angket. Analisis data dilakukan dengan menggunakan pendekatan kombinasi deskriptif kualitatif dan kuantitatif secara berurutan (<em>sequental exploratory</em>). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada observasi yang diberikan pada guru dan teman sejawat sudah mendapatkan nilai baik, artinya modul ajar yang digunakan sebagai bahan ajar peneliti sudah sesuai dengan pembelajaran yang dilakukan. Capaian pembelajaran Kurikulum Merdeka ini adalah mengkreasi teks sesuai dengan norma kesopanan dan budaya. Penelitian ini sudah 100% berhasil karena para siswa sudah bisa mengenalkan kearifan lokal kota Sidoarjo. Selanjutnya pada penerapan media vlog untuk mengembangkan kemampuan berbicara sudah dinilai sangat baik. Pada teks berita berupa vlog, siswa harus berbicara menyampaikan berita lewat suara dan melakukan wawancara. Aspek-aspek yang dinilai adalah kelancaran, intonasi, artikulasi, volume, jeda, ekspresi, dan estetika. Siswa sudah menerapkan aspek sopan santun di luar lingkungan sekolah dengan sangat baik. Tidak hanya itu kualitas vlog juga dinilai didasarkan pada aspek-aspek seperti pencahayaan, kualitas gambar, warna video, alur video, dan durasi. Lalu, penilaian respons siswa terhadap penerapan vlog sebagai media untuk mengembangkan kemampuan berbicara memiliki rata-rata nilai 3,67. Pada materi teks berita, untuk mengukur kemampuan berbicara siswa lebih senang apabila dalam pembelajaran menggunakan media vlog daripada hanya membaca dan menulis teks berita saja.</p> <p><strong>Kata Kunci:</strong> vlog, kemampuan berbicara, berita,</p> Cut Anisya F. Izzati Heny Subandiyah ##submission.copyrightStatement## 2024-01-16 2024-01-16 11 1 38 48 KLASIFIKASI EMOSI TOKOH DALAM NOVEL THE COLDEST BOYFRIEND KARYA ITSFIYAWN: KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA DAVID KRECH SERTA MANFAATNYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bapala/article/view/58409 <p>Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan emosi tokoh dalam novel <em>The Coldest Boyfriend </em>karya Itsfiyawn dan manfaatnya dalam pembelajaran sastra di SMA. Berbagai emosi tokoh diungkapkan sesuai dengan teori klasifikasi emosi dari prespektif David Krech. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendekatan psikologi sastra. Penelitian ini tergolong sebagai penelitian kualitatif. Sumber data dalam penelitian diperoleh dari teks novel <em>The Coldest Boyfriend </em>karya Itsfyawn. Data yang dicantumkan berasal dari paragraf, kalimat, dialog, dan monolog yang menunjukkan emosi tokoh. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik simak-baca-catat sedangkan teknik analisis data menggunakan teknik analisis isi. Hasil dari penelitian ini ditemukan 11 jenis emosi yang sesuai dengan teori klasifikasi emosi yang dikemukakan oleh David Krech. Emosi yang dominan muncul dalam novel tersebut adalah emosi sedih. Emosi sedih yang ditunjukkan berkaitan dengan kehilangan seseorang atau sesuatu yang berharga dalam hidup, kekecewaan terhadap pasangan, tidak enak hati karena merasa merepotkan orang lain, putus cinta atau patah hati, dan perpisahan dengan pasangan. Lalu emosi yang kurang dominan atau lemah dalam novel adalah emosi jijik. Emosi tersebut berkaitan dengan rasa antipati atau geli terhadap sesuatu sehingga menimbulkan dan memberikan respon penghindaran atau menghindar. Emosi-emosi yang ditemukan dalam novel dapat dimanfaatkan untuk materi pembelajaran sastra yang bertujuan untuk memberikan gambaran cara manusia di alam nyata dalam mengenali, mengeskspresikan, dan mengelola emosinya. Selain itu, peserta didik dapat mempelajari nilai-nilai kehidupan yang dihadirkan di dalam novel dengan begitu secara tidak langsung membantu membentuk karakter peserta didik.</p> <p><strong>Kata Kunci: </strong>klasifikasi emosi, novel <em>The Coldest Boyfriend,</em> pembelajaran sastra</p> Zahrotun Nafisa Heny Subandiyah ##submission.copyrightStatement## 2024-01-16 2024-01-16 11 1 49 61 SIMBOL KETERBELAKANGAN PENDIDIKAN PADA FILM LASKAR PELANGI https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bapala/article/view/59103 <p>Keterbelakangan merupakan masalah yang dihadapi oleh kaum miskin yang tidak memiliki kemampuan hidup tercukupi. Keterbelakangan pendidikan juga mengalami hal yang sama, namun pendidikan tetaplah menjadi ruangan yang penting bagi mereka kaum miskin. Penelitian ini akan membahas tentang simbol keterbelakangan pendidikan yang terdapat dalam film <em>Laskar Pelangi</em>. Film ini merupakan adaptasi dari novel yang telah di-ekranisasikan ke bentuk yang lebih nyata yakni film. Proses ekranisasi dari novel ke film menimbulkan segi cerita berkurang dalam segi alur dan penokohan, serta terdapat tokoh yang ditambahkan untuk melengkapi cerita. &nbsp;Keterbelakangan pendidikan akan mengeksresikan dimana letak kejadian film <em>Laskar Pelangi</em> mengenai mereka dari kehidupan sosialnya. Kehidupan sosial yang mereka alami tentunya akan diekspos di penelitian ini, dengan menggunakan data deskriptif yang dapat mendeskripsikan masalah. Lalu mengenai budaya mereka yang dapat menampilkan tarian sederhana dimana mereka menggunakan alat melalui alam karena keterbatasan mereka. Tarian adat yang ditampilkan merupakan gambaran dari kebiasaan mereka menambang timah. Dan yang terakhir dari kehidupan ekonomi mereka, sepuluh orang tua <em>Laskar Pelangi</em> rata-rata memiliki kehidupan yang tidak stabil dalam menunjang kehidupan anak-anak mereka. Akibatnya peralatan yang digunakan untuk sekolah tidak dapat mereka miliki dengan layak tidak seperti sekolah lainnya. Sehingga dalam penelitian ini akan membahas mengenai ketiga aspek tersebut menggunakan teori simbol menurut Arthur Asa Berger.</p> <p><strong>Kata Kunci: </strong>Keterbelakangan pendidikan, ekranisasi, sosial, budaya, ekonomi.</p> <p>&nbsp;</p> Zaenal Abidin Suyatno Suyatno ##submission.copyrightStatement## 2024-03-26 2024-03-26 11 1 62 70