MANAJEMEN PEMBELAJARAN BERBASIS BILINGUAL DI SMP MUHAMMADIYAH 17 SURABAYA

  • Sulastri

Abstract

MANAJEMEN PEMBELAJARAN BERBASIS BILINGUAL

 DI SMP MUHAMMADIYAH 17 SURABAYA 

 

Sulastri

Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya

sulastrinov22@gmail.com

Muhamad Sholeh

Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya

muhamadsholeh27@yahoo.co.id

 

Abstrak

Abstrak: Pembelajaran bilingual merupakan suatu program pembelajaran dua bahasa, yaitu bahasa ibu dan bahasa asing sebagai media pengantar pembelajaran. Pembelajaran bilingual dapat memberikan keterampilan berbahasa kepada siswa yang mencakup keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam kegiatan pembelajaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan: (1) desain pembelajaran bilingual di SMP Muhammadiyah 17 Surabaya; (2) implementasi pembelajaran bilingual di SMP Muhammadiyah 17 Surabaya; (3) evaluasi pembelajaran bilingual di SMP Muhammadiyah 17 Surabaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dengan cara wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Teknik untuk mengecek keabsahan data dengan menggunakan kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas, dan konfirmabilitas. Sedangkan teknik analisis data menggunakan kondensasi data, penyajian data, dan verifikasi data.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Desain  pembelajaran bilingual di SMP Muhammadiyah 17 Surabaya meliputi: (a) pembentukan tim serta koordinator bilingual; (b) pelatihan bahasa Inggris guru serta mendatangkan native speaker dari negara lain; (c) penambahan pelajaran conversation pada pelajaran mulok serta pembuatan perangkat pembelajaran; (d) pengadaan program penunjang kegiatan siswa berupa ekstrakurikuler English club dan Arabic club. (2) Implementasi pembelajaran bilingual di SMP Muhammadiyah 17 Surabaya meliputi: (a) penerapan penggunaan bahasa bilingual dalam membuka pelajaran, memberikan pertanyaan, dan menutup pelajaran; (b) metode pembelajaran berupa ceramah dan praktek secara langsung; (c) kurangnya sarana prasarana penunjang pembelajaran dan kemampuan guru dalam menguasai bahasa bilingual belum optimal. (3) Evaluasi pembelajaran bilingual di SMP Muhammadiyah 17 Surabaya meliputi: (a) prinsip yang digunakan dalam evaluasi menggunakan prinsip keterpaduan; (b) evaluasi berupa supervisi kelas dan supervisi kinerja; (c) evaluasi untuk siswa berupa evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.

Kata Kunci: manajemen pembelajaran, pembelajaran bilingual

 

 

LEARNING MANAGEMENT BASED BILINGUAL IN SMP MUHAMMADIYAH 17 SURABAYA

Abstract

Abstract : Learning bilingual is a program of instruction two languages, which is the mother and a foreign language as a media introductory learning. Learning bilingual can provide language skills to students wich includes skill review, speaking, reading, and writing in learning activities. This research aims were to know and describe: (1) The learning design of bilingual in SMP Muhammadiyah 17 Surabaya; (2) The learning implementation of bilingual in SMP Muhammadiyah 17 Surabaya; (3) The learning evaluation of bilingual in SMP Muhammadiyah 17 Surabaya. This research used qualitative approach. Technique of data collection by using interview, observation, and documentation study. To check the validity of data by using credibility, transferability, dependability, and confirmability. Whereas, to analyze the data by using data reduction, data presentation, and data verification. The research result shown that: (1) The learning design of bilingual in SMP Muhammadiyah 17 Surabaya consist of: (a) formulation of a team and coordinator bilingual; (b) training english teacher and bring native speaker from the other countries; (c) adding a conversation in the mulok lesson and creating a device learning; (d) procurement supporting program students activity of extracurricular English club and Arabic club. (2) The learning implementation of bilingual in SMP Muhammadiyah 17 Surabaya consist of: (a) the application of the use language bilingual in opening lesson, given the question, and closes lesson; (b) methode of learning use lectures and practice directly; (c) the infrastructure of supporting learning still lack and the ability of teachers in mastering bilingual not maximal. (3) The learning evaluation of bilingual in SMP Muhammadiyah 17 Surabaya consist of: (a) principles used in the evaluation using the principle of intregation; (b) evaluation in the form of class supervision and performance supervision; (c) evaluation for students in the form of formative evaluation and summative evaluation.

Keywords: learning management, bilingual learning.


PENDAHULUAN

Pembelajaran bilingual merupakan suatu program pembelajaran dua bahasa, yaitu bahasa ibu dan bahasa asing sebagai media pengantar pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan dengan Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab VII pasal 33 ayat 3 yang berbunyi, “Bahasa asing dapat digunakan sebagai bahasa pengantar pada satuan pendidikan tertentu untuk mendukung kemampuan berbahasa asing peserta didik”. Pembelajaran bilingual dapat memberikan keterampilan berbahasa kepada siswa yang mencakup keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam kegiatan pembelajaran.

Era globalisasi saat ini bahasa Inggris memegang peranan penting dalam komunikasi terutama komunikasi internasional baik dalam bidang pembangunan, teknologi, ekonomi, maupun pendidikan. Perlu disadari juga bahwa penguasaan bahasa asing di Indonesia masih rendah. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Nurcholish Madjid (Tilaar, 2006:23) yang menyatakan bahwa “Ada banyak faktor yang menyebabkan tertinggalnya perkembangan dunia pendidikan Indonesia. Salah satunya, meski hanya persoalan teknis, adalah bahasa Inggris”. Lemahnya penguasaan bahasa Inggris tersebut dikarenakan kurang berhasilnya pembelajaran bahasa Inggris di sekolah. Hal ini bukan berarti meninggalkan bahasa Indonesia dan menggantikannya dengan bahasa Inggris. Namun, bahasa Inggris digunakan sebagai bahasa pendukung untuk meningkatkan mutu pembelajaran.

Peningkatan mutu pembelajaran bilingual dimulai dari proses manajemen pembelajarannya, yaitu pada tahap perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, sampai pada evaluasi pembelajarannya. Suryana (1998:4) menyatakan bahwa merosotnya mutu pendidikan pada skala kelas salah satunya pada rendahnya kualitas dan kompetensi guru dalam mengelola pembelajaran. Banyak faktor yang menentukan keberhasilan proses belajar mengajar serta prestasi belajar. Salah satunya adalah guru, baik dalam penggunaan metode, pemanfaatan media, dan lain-lain. Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Dalam pembelajaran bilingual masih dijumpai guru yang mengeluhkan bahwa siswa masih belum sepenuhnya memahami pembelajaran bilingual yang disampaikan terutama penggunaan bahasa Inggris. Hal ini terlihat dari pemberian contoh dengan tugas-tugas dan latihan praktik lisan maupun tertulis secara berkelanjutan ternyata belum mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam mengikuti dan menerapkan pembelajaran dengan menggunakan bahasa Inggris. Oleh karena itu guru harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan sehingga siswa menjadi termotivasi dan bersemangat dalam belajar bahasa Inggris.

Dalam manajemen pembelajaran, guru sebagai manajer dituntut dapat melakukan strategi manajemen dengan mempraktekkan berbagai model pembelajaran untuk menentukan pencapaian yang dapat dijangkau siswa. Hal tersebut berarti guru harus bisa melaksanakan tugasnya dalam perencanaan, pelaksanaan, dan memiliki pengetahuan serta pemahaman yang memadai tentang disiplin ilmu manajemen pembelajaran.

Guru berperan sebagai pengajar dan fasilitator dalam pelaksanaan pembelajaran. Melalui proses pembelajaran harus mampu memberikan motivasi dan apersepsi terkait materi yang dibahas, kemudian cara penyampaian materi pun harus sistematis, jelas, dan mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif. Selanjutnya guru juga perlu memberikan evaluasi pembelajaran untuk melihat sejauh mana proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Evaluasi pembelajaran dilakukan untuk mengetahui bagaimana kemampuan siswa terhadap materi yang dipelajari. Guru dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran harus memperhatikan karakteristik penilaian yang akan dilakukan. Tujuan dari diterapkannya pembelajaran berbasis bilingual yaitu untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi yang tinggi sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan serta memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang tinggi. 

Namun kondisi di lapangan menunjukan masih adanya beberapa kendala dalam pengimplementasiannya, antara lain belum tersedianya kurikulum khusus bilingual, buku ajar dalam bahasa Inggris yang cocok dengan kebutuhan sekolah, belum tersedianya silabus dalam bahasa Inggris, belum siapnya guru pengajar, dan belum maksimalnya ketersediaan sarana prasarana penunjang. Dengan demikian diperlukannya koordinasi dari semua sumberdaya sekolah dalam melakukan manajemen pembelajaran bilingual agar terimplementasikan dengan baik sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Saat ini sebagian sekolah-sekolah yang ada di Surabaya sudah menerapkan program bilingual, salah satunya SMP Muhammadiyah 17 Surabaya. Sekolah ini berciri khas sebagai sekolah bernafaskan Islam dengan model pembelajaran full day yang berbasis bilingual dan multimedia (ICT). Sebagai upaya peningkatan peningkatan kualitas pembelajaran, kepala  SMP Muhammadiyah 17 Surabaya sebagai pemimpin di sekolah telah melaksanakan dan mengembangkan perannya  guna mencapai pengembangan pembelajaran bilingual yang baik dan efektif dengan melakukan beberapa pengembangan pada bagian yang mendasar dari program tersebut, seperti pembentukan koordinator bilingual, supervisi pembelajaran setiap tiga bulan sekali, serta pengembangan pada tenaga pendidik dan kependidikan dalam meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris yaitu melalui pelatihan bahasa Inggris, serta pengembangan kreativitas peserta didik yang tidak hanya pada prestasi akademik saja tetapi juga prestasi non akademik (seni dan olahraga) yang akan ditampilkan dan dipamerkan dalam ajang olimpiade, serta kecakapan bahasa Inggris dan IT yang mumpuni untuk menunjang keterlaksanaan program bilingual.

Selain itu, sekolah ini juga mengadakan kerjasama dengan sekolah di Malaysia dalam bidang pertukaran pelajar dan guru. Kemudian sekolah juga bekerjasama dengan AIESEC dalam rangka mendatangkan mahasiswa asing ke sekolah untuk proses belajar mengajar selama satu setengah bulan. Beberapa hal tersebut menjadi suatu program strategis yang dapat menunjang tercapainya tujuan program bilingual yang telah ditetapkan bersama-sama sehingga kekurangan maupun pencapaian yang kurang maksimal dapat diantisipasi. Demikian dapat disimpulkan bahwa manajemen pembelajaran di SMP Muhammadiyah 17 Surabaya dalam implementasiannya sudah dikatakan baik namun tetap harus ditingkatkan dan dikembangkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi siswa baik bidang akademik maupun non akademik.

Berdasarkan studi pendahuluan, SMP Muhammadiyah 17 Surabaya dijadikan rujukan peneliti untuk untuk mengetahui sejauh mana manajemen pembelajaran berbasis bilingual yang ada di sekolah tersebut. Sehingga hal tersebut mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang “Manajemen Pembelajaran Berbasis Bilingual di SMP Muhammadiyah 17 Surabaya”.

 

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan penelitian studi kasus. Rancangan studi kasus menurut Yin (2011:1) menyatakan bahwa:

Secara umum studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how atau why, bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-periatiwa yang akan diselidiki, dan bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer (masa kini) didalam konteks kehidupan nyata.

Lokasi penelitian di SMP Muhammadiyah 17 Surabaya  dengan menggunakan teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Dalam pandangan ini analisis data kualitatif  berjalan secara terus menerus, berulang sampai data tersebut jenuh  (Miles, et al, 2014:33)selama dalam kurun waktu 2 bulan. Kehadiran seorang peneliti merupakan kunci utama dalam penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai human instrument karena peneliti merupakan instrumen utama dalam penelitian  kualitatif. Uji keabsahan data pada penelitian ini menurut Moeloeng (2012:324) pengecekan keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji kredibilitas, transferabilitas, dependebilitas, dan konfirmabilitas.

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini menghasilkan terkait tiga fokus utama yaitu Desain pembelajaran bilingual, implementasi pembelajaran bilingual, dan evaluasi pembelajaran bilingual di SMP Muhammadiyah 17 Surabaya.

  1. 1.    Desain Pembelajaran Bilingual di SMP Muhammadiyah 17 Surabaya 

Hasil temuan peneliti di SMP Muhammadiyah 17 Surabaya  terkait desain pembelajaran bilingual yaitu pembelajaran bilingual di sekolah ini dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa bilingual dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam penguasaan materi pelajaran dengan menggunakan berbagai bahasa yaitu bahasa Indonesia, bahasa Arab dan bahasa Inggris, namun lebih diutamakan bahasa Inggrisnya yang disesuaikan dengan visi misi sekolah. Hal tersebut juga didukung oleh Poarch, dkk (2015:118) yang menyatakan bahwa pembelajaran bilingual dapat mempengaruhi siswa dalam melakukan multitasking. Agar pembelajaran bilingual di SMP Muhammadiyah 17 Surabaya dapat berjalan maksimal dan sesuai harapan ada  beberapa hal yang dipersiapkan dalam perencanaan, diantaranya:

  1. Pembentukan tim bilingual dan program pengembangan bahasa Inggris guru

Tim bilingual serta koordinator bilingual dibentuk melalui rapat antara kepala kepala sekolah, dewan guru, dan komite sekolah. Pembentukan tim ini bertujuan untuk memudahkan pengkoordinasian dan pemantauan pelaksanaan pembelajaran bilingual. Selain itu untuk penguatan kompetensi bahasa inggris guru SMP Muhammadiyah 17 Surabaya, juga diadakan pelatihan bahasa Inggris (In House Training) yang bekerja sama dengan lembaga kursus bahasa Inggris “Belt English” yang ada di Wiyung. Selain itu sekolah juga mendatangkan native speaker dari negara asing untuk mendukung proses pembelajaran tersebut yang biasanya dilaksanakan setiap satu semester. Hal tersebut sesuai dengan Robbin dan Coulter (Subekhi dan Jauhar, 2012:17) bahwa manajemen adalah proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terealisasikan secara efektif dan efisien dengan melalui orang lain.

  1. Penyiapan perangkat pembelajaran

Kusnandar (2014:3) menjelaskan bahwa ada beberapa program yang harus dipersiapkan guru sebagai pelaksana sebelum pembelajaran, yaitu menyusun program tahunan, program semester, silabus, dan RPP. Begitu juga di sekolah ini, sebelum pelaksanaan pembelajaran guru membuat RPP untuk dijadikan sebagai dasar dalam pelaksanaan pembelajaran. Berkaitan dengan kurikulum pembelajaran bilingual, sekolah ini belum ada kurikulum khusus untuk pembelajaran bilingual, namun sekolah menambahkan pelajaran conversation pada pelajaran muloknya. Dimana dalam pelajaran conversation tersebut guru membuat modul sendiri yang didalamnya memuat program tahunan, program semesteran, silabus, dan RPP.

Dimyati dan Mudjiono (Sagala, 2014:62) menyebutkan bahwa pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Berdasarkan teori tersebut di sekolah ini belum ada buku khusus untuk bilingual. Sehingga untuk sumber belajar guru masih harus mencari sumber yang relevan antara buku dan internet, dimana kadang masih harus menyesuaikan kembali materi yang didapat dari internet dengan kompetensi yang harus dicapai siswa. Hal ini dikarenakan materi yang didapat dari internet masih sangat minim.

  1. Pengadaan program kegiatan siswa

Selain itu untuk mendukung bilingualnya, di sekolah ini juga ada kegiatan ataupun program penunjang untuk siswa yang berupa ekstrakurikuler bahasa yaitu English club dan Arabic club. Ekstrakurikuler ini sebagai kegiatan penunjang kemampuan siswa dalam berbahasa yang mana dalam kegiatan ini lebih ditekankan pada praktek secara langsung cara berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Inggris dan bahasa Arab dengan baik dan benar. Selain itu ekstrakurikuler ini juga dijadikan sebagai wadah dalam penyiapan siswa untuk mengikuti olimpiade-olimpiade yang berkaitan dengan bahasa.

Berdasarkan paparan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa perencanaan pembelajaran bilingual yang diterapkan di SMP Muhammadiyah 17 Surabaya berpedoman pada kuantitas dan kualitas yang harus dimiliki sekolah sehingga memberikan kepercayaan kepada masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di sekolah ini. Mengingat keberhasilan dari pendidikan merupakan bagian dari keberhasilan pembelajaran, maka harus direncanakan secara sistematis antara kebutuhan kebutuhan siswa dengan sumberdaya sekolah. Antara guru dan siswa saling sumbangsih untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna. Pembelajaran bilingual ini diterapkan agar siswa maupun guru dapat saling bersinergi dalam belajar bersama kaitannya dengan penguasaan bahasa asing dalam pembelajaran. Sehingga pembelajaran bilingual tidak hanya berdampak pada siswa tetapi juga guru. Perencanaan pembelajaran bilingual ini tentunya disesuaikan dengan visi dan misi sekolah dengan harapan dapat mencetak lulusan yang memiliki kompetensi unggul.

 

2.  Implementasi Pembelajaran Berbasis Bilingual di SMP Muhammadiyah 17 Surabaya

Implementasi pembelajaran bilingual adalah proses kegiatan belajar mengajar yang menggunakan dua bahasa dalam menyampaikan materi pelajaran. Bahasa bilingual yang digunakan adalah bahasa Inggris dan bahasa Arab. Namun dalam penggunaannya lebih ditekankan pada penggunaan bahasa Inggris.  Berdasarkan temuan data oleh peneliti ada beberapa hal dalam implementasi pembelajaran, yaitu

  1.  Penggunaan bahasa bilingual

Pada proses pembelajaran, pertama guru menyampaikan pelajaran dengan menggunakan bahasa Indonesia kemudian menggunakan bahasa Inggris. Meskipun penggunaan bilingual tersebut masih pada hal yang sederhana yaitu saat membuka pelajaran, memberikan pertanyaan, dan menutup pelajaran. Tetapi sekolah ini sudah menerapkan penggunaan bilingual yang sesuai dengan pendapat May (Margana dan Sukarno, 2011:82) yang menegaskan bahwa program bilingual adalah suatu program pembelajaran yang menggunakan bahasa pertama dan bahasa kedua (misalnya, bahasa Inggris) sebagai bahasa pengantar untuk berbagai isi kurikulum yang digunakan. Kemudian untuk implentasi pembelajaran guru mengacu pada RPP yang telah dibuat sebelumnya dan menggunakan buku sebagai sumber belajar. Sesuai dengan pendapat Dimyati dan Mudjiono (Sagala, 2014:62) yang menyebutkan bahwa pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Dalam pencapaian kualitas pembelajaran guru bertanggung jawab penuh kepada siswa karena guru yang mengetahui apa yang menjadi kebutuhan siswa.

  1.  Metode pembelajaran

Guru sangat berperan penting dalam keberlangsungan pembelajaran. Guru merupakan orang yang dekat dengan siswa dan memahami betul kebutuhan siswa didalam kelas. Dalam proses belajar mengajar antara guru dan siswa saling berperan untuk mengintregasikan ilmu pengetahuan sehingga membuat siswa dapat mengaplikasikan pengetahuannya dengan baik dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana menurut Mulyasa (2014:125-127) menjelaskan bahwa pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan menjabarkan silabus dan RPP, kemudian diaplikasikan melalui kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

a)                   Kegiatan awal atau pembukaan

Kegiatan awal pada pembelajaran conversation dimulai dengan penyapaan kepada siswa seperti good morning, how are you. Kemudian sebelum masuk pada pelajaran inti siswa harus menghafal vocabulary  yang sudah dikerjakan.

b)                               Kegiatan inti

Kegiatan inti pembelajaran langsung masuk pada materi pelajaran yang sesuai pada modul conversation. Dalam penyampaian pelajaran guru menggunakan metode ceramah singkat terlebih dahulu kemudian langsung pada praktek percakapan. Di sela-sela pelajaran guru menggunakan game agar pembelajaran lebih variatif dan tidak menjenuhkan. Karena sarana prasarana untuk pembelajaran bahasa belum sepenuhnya memadai terutama untuk laboratorium bahasa, maka guru menngunakan laptop, LCD, proyektor, dan sound dalam kegiatan pembelajaran terutama pada saat listening. Namun dengan keterbatasan sarana prasarana tersebut pembelajaran dapat berjalan lancar dan siswa juga dapat memahami pelajaran yang sudah disampaikan.

c)          Kegiatan penutup

Kegiatan akhir pembelajaran dilakukan dengan memberikan tugas yang berupa kuis dan mencari kata-kata sulit (vocabularies) berkaitan dengan pembelajaran materi berikutnya. Kemudian juga diadakan ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ulangan semester. Tetapi apabila ada siswa yang pencapaian kompetensinya kurang maka diadakan remedial.

Implementasi pembelajaran bilingual di sekolah ini menggunakan metode ceramah dan praktek secara langsung. Selain itu di sela-sela pembelajaran guru juga menggunakan permainan edukatif maupun kuis agar siswa lebih aktif dan dapat menangkap pelajaran dengan baik. Selain itu juga pengelolaan kelas yang berupa setting tempat duduk biasanya menggunakan bentuk letter U. Hal tersebut dimaksudkan untuk memudahkan guru dalam pengawasan kepada siswa selama pembelajaran. Hal ini  sejalan dengan Komalasari (2014:3) yang menyatakan bahwa pembelajaran merupakan sistem yang didesain secara sistematis untuk membelajarkan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien.

  1. Kendala dalam pelaksanaan pembelajaran

Pencapaian pembelajaran yang optimal tentunya harus didukung oleh sumberdaya yang memadai baik dari kompetensi guru sampai penyediaan fasilitas yang sesuai kebutuhan. Menurut Djamarah (2010:109) ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran yaitu: faktor tujuan, guru, peserta didik, kegiatan pengajaran, alat evaluasi, bahan evaluasi, dan suasana evaluasi. Di SMP Muhammadiyah 17 Surabaya dalam pelaksanaan pembelajaran bilingual masih menemui beberapa kendala seperti dari segi guru dan fasilitas. Kompetensi guru dalam menguasai bahasa Inggris maupun bahasa Arab masih belum optimal, hal ini ditunjukkan dari penerapan bahasa bilingual saat pembelajaran yang tidak konsisten. Artinya bahasa bilingual kadang-kadang digunakan dalam pengantar pelajaran kadang juga tidak. Kemudian dari segi fasilitas untuk mencapai keberlangsungan pembelajaran bilingual di sekolah ini masih memiliki kendala pada fasilitas pendukung seperti laboratorium bahasa dan LCD. Sehingga dalam proses pelaksanaannya memanfaatkan media seadanya. Hal ini dikarenakan masih kurangnya dana untuk pemenuhan fasilitas tersebut.

Berdasarkan pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pelaksanaan pembelajaran bilingual di SMP Muhammadiyah 17 Surabaya sudah berjalan secara efektif dengan menggunakan model implementasi pembelajaran yang variatif serta didukung beberapa program kegiatan siswa yang mampu meningkatkan pengembangan pengetahuan dan kompetensi siswa terkait dengan penguasaan berbagai bahasa. Sebelum pelaksanaan pembelajaran guru menyiapkan perangkat pembelajaran terlebih dahulu dan sumber belajar yang digunakan. Selain itu disini guru juga memanfaatkan lingkungan sekitar untuk pembelajaran.

 

  1. 3.       Evaluasi Pembelajaran Bilingual di SMP Muhammadiyah 17 Surabaya

SMP Muhammadiyah 17 Surabaya melakukan evaluasi pembelajaran untuk mengetahui seberapa jauh perkembangan pembelajaran bilingual yang sudah dilaksanakan dan untuk mengetahui hal-hal apa yang menjadi kendala dalam pembelajaran bilingual serta untuk melakukan perbaikan yang dirasa masih kurang. Pelaksanaan evaluasi ini sesuai dengan Suharsaputra (2010:11) menjelaskan pengawasan merupakan langkah pengendalian agar pelaksanaan dapat sesuai dengan apa yang direncanakan serta untuk memastikan apakah tujuan organisasi tercapai.  Pelaksanaan evaluasi di SMP Muhammadiyah 17 Surabaya melibatkan kepala sekolah, wakil kepala sekolah, koordinator bilingual, serta semua guru mata pelajaran. Beberapa poin penting dalam evaluasi pembelajaran bilingual di sekolah ini, yaitu:

  1. Prinsip pelaksanaan evaluasi

Prinsip yang digunakan dalam kegiatan evaluasi adalah prinsip keterpaduan yaitu kecocokan antara tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, dan model pembelajaran sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik. Kemudian yang kedua membahas tentang pelaksanaan yang didalamnya meliputi input, proses, dan output serta dampak dari dilaksanakannya pembelajaran bilingual. Kegiatan evaluasi pembelajaran di SMP Muhammadiyah 17 Surabaya tiga bulan sekali oleh kepala sekolah yang berupa rapat internal pendidik dan tenaga kependidikan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Muchith (2008:120-121) yang menjelaskan bahwa evaluasi merupakan rangkaian terakhir dari proses pembelajaran, artinya evaluasi disini dimaksudkan penialaian untuk mengetahui seberapa jauh keberhasilan proses pembelajaran mulai dari input, proses, dan output.  Adapun hasil dari evaluasi pembelajaran bilingual di SMP Muhammadiyah 17 Surabaya, berdasarkan keterangan dari kepala sekolah bahwasannya pembelajaran bilingual masih kurang maksimal. Hal tersebut dilihat dari input yaitu masih ada tenaga pengajar yang penguasaan bahasa Inggris ataupun bahasa Arab masih kurang sehingga berdampak pada penyampaian materi pelajaran dengan bahasa bilingual menjadi kurang maksimal.

  1. Evaluasi untuk peserta didik

Guru melakukan evaluasi kepada peserta didik melalui kegiatan ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ulangan harian serta keaktifan siswa di kelas. Sehingga dengan melalui lembar penilain tersebut akan diketahui hasil dari kegiatan belajar siswa. Evaluasi ini sejalan dengan pendapat Sanjaya (2011:245-246) bahwa kegiatan evaluasi pembelajaran dapat dilakukan melalui evaluasi sumatif dan formatif. Adapun hasil dari evaluasi ini yang diambil dari ulangan harian maupun dari ulangan semester siswa sudah mampu memahami pelajaran yang disampaikan guru. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai yang diperoleh siswa sudah memenuhi bahkan melewati kriteria ketuntasan minimal terutama dalam pelajaran bahasa. Tujuan dari evaluasi pembelajaran ini salah satunya untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran dengan menggunakan dua bahasa dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam penguasaan bahasa serta untuk meningkatkan prestasi siswa baik akademik maupun non akademik, mengidentifikasi hambatan-hambatan yang terjadi saat pelaksanaan pembelajaran, dan pengembangan lanjutan pembelajaran bilingual secara komprehensif.

  1. Fokus perbaikan dari pembelajaran bilingual

Kemudian yang menjadi fokus perbaikan dari pelaksanaan pembelajaran bilingual ini adalah pembiasaan siswa dalam menggunakan bahasa bilingual, bahasa Arab ataupun bahasa Inggris dalam kegiatan keseharian di sekolah. Karena dengan adanya pembiasaan tersebut maka secara tidak langsung siswa akan paham dengan sendirinya mengenai cara menggunakan bahasa bilingual.

Berdasarkan pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan evaluasi lebih bersifat komprehensif yang didalamnya meliputi pengamatan dan pengukuran baik dari guru maupun siswa dengan memperhatikan input, proses, dan output serta dampak dari dilaksanakannya pembelajaran bilingual. Adapun hasil dari evaluasi untuk siswa sudah menunjukkan keberhasilan dari pembelajaran bilingual ini yang dilihat dari pencapaian siswa dalam bidang akademik. Adanya evaluasi diharapkan dapat memberikan solusi dari permasalahan yang ada sehingga dapat diminimalisir dan kemudian melakukan pengembangan dari program yang sudah ada agar lebih optimal. Pelaksanaan evaluasi di SMP Muhammadiyah 17 Surabaya sudah sesuai dengan teori yang ada tetapi harus tetap dilakukan secara konsisten. Kemudian yang menjadi fokus perbaikan dari pelaksanaan pembelajaran bilingual ini adalah pembiasaan siswa dalam menggunakan bahasa bilingual, bahasa Arab ataupun bahasa Inggris dalam kegiatan keseharian di sekolah.

 

PENUTUP

A.  Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Desain Pembelajaran Bilingual di SMP Muhammadiyah 17 Surabaya

a.   Penerapan pembelajaran berbasis bilingual dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa bilingual dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam penguasaan materi pelajaran dengan menggunakan dua bahasa bahkan lebih. Penggunaan bilingual didasarkan pada visi dan misi sekolah. Adapun bahasa bilingual yang digunakan yaitu bahasa bahasa Inggris, dan bahasa Arab. Namun dalam penggunaannya lebih ditekankan pada bahasa Inggris.

b.   Desain pembelajaran bilingual diawali dengan pembentukan tim serta koordinator bilingual untuk memudahkan dalam melakukan koordinasi terkait pembelajaran. Tim ini bertugas untuk melakukan menyusun program bilingual, sosialisasi baik didalam maupun diluar sekolah sampai mengevaluasi kegiatannya. Kemudian untuk koordinasinya dilakukan dari kepala sekolah, kepala yayasan, koordinator semua bidang, komite, dan guru. Adapun anggota dari tim ini diambil dari guru bahasa.

c.   Penguatan kompetensi bahasa guru melalui pelatihan bahasa Inggris, serta mendatangkan native speaker dari negara asing untuk mendukung proses pembelajaran bilingual.

c. Penambahan conversation pada pelajaran mulok untuk menguatkan bilingualnya. Dimana dalam pelajaran conversation tersebut guru membuat modul sendiri untuk dijadikan acuan pembelajaran. Dalam modul tersebut berisi program tahunan, program semesteran, silabus, dan RPP.

d. Pengadaan program penunjang untuk siswa berupa ekstrakurikuler bahasa yaitu English club dan Arabic club. Ekstrakurikuler ini sebagai kegiatan penunjang kemampuan siswa dalam berbahasa yang mana dalam kegiatan ini lebih ditekankan pada praktek secara langsung cara berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Inggris dan bahasa Arab dengan baik dan benar. Selain itu ekstrakurikuler ini juga dijadikan sebagai wadah dalam penyiapan siswa untuk mengikuti olimpiade-olimpiade yang berkaitan dengan bahasa.

 

2.   Implementasi Pembelajaran Berbasis Bilingual di SMP Muhammadiyah 17 Surabaya

a.   Bahasa bilingual digunakan pada saat membuka pelajaran, memberikan pertanyaan, memberikan perintah, dan menutup pelajaran. Jadi penggunaan bilingual sebagai bahasa pengantar pelajaran belum diterapkan secara keseluruhan dari awal pelajaran sampai akhir pelajaran.

b.  Metode yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran adalah ceramah dan praktek secara langsung. Kadang guru juga menggunakan game edukatif dalam pembelajaran dan juga melakukan setting kelas yang bervariatif agar siswa tidak bosan dengan pembelajaran yang hanya monoton. Media yang digunakan dalam mendukung pembelajaran yaitu dengan menggunakan laptop, LCD, proyektor. Hal tersebut dikarenakan sekolah belum memiliki laboratorium bahasa. Sehingga guru memanfaatkan media seadanya.

d.   Kemampuan guru dalam menguasai bahasa bilingual belum optimal karena saat pelajaran berlangsung masih ada guru yang tidak memakai bahasa bilingual dalam menyampaikan pelajaran. Sehingga dari awal sampai akhir pembelajaran menggunakan bahasa Indonesia.

e.   Pada implementasi pembelajaran bilingual diadakan program pendampingan kepala sekolah yang berupa evaluasi kelas dan evaluasi kinerja yang dilaksanakan setiap tiga bulan sekali.

f.   Pembelajaran bilingual di SMP Muhammadiyah 17 Surabaya sudah berjalan dengan lancar meskipun dalam pelaksanaannya menemui kendala seperti banyak siswa yang belum paham dengan bahasa asing maupun keterbatasan penguasaan guru terhadap penyampaian pembelajaran.

 

  1. 3.    Evaluasi Pembelajaran Berbasis Bilingual di SMP Muhammadiyah 17 Surabaya
    1. Prinsip yang digunakan dalam kegiatan evaluasi adalah prinsip keterpaduan. Evaluasi pembelajaran bilingual dilaksanakan setiap tiga bulan sekali yang berupa rapat internal pendidik dan kependidikan. Rapat tersebut akan dibahas mengenai sejauh mana perkembangan dari pembelajaran bilingual. Kemudian evaluasi untuk siswa berupa evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif diambil dari kuis harian dan ulangan harian. Sedangkan untuk evaluasi sumatif diambil dari nilai tengah semester dan nilai akhir semester.
    2. Fokus perbaikan dari pembelajaran bilingual berupa rekruitmen guru selanjutnya diutamakan untuk guru yang benar-benar memiliki kompetensi bahasa inggris yang cukup untuk mendukung pembelajaran bilingual, tes block pada semua mapel, serta penekanan pada pembiasaan penggunaan bahasa Inggris ataupun bahasa Arab dalam kegiatan keseharian siswa di sekolah.

 

Daftar Pustaka

Kusnandar. 2014. Penilaian Autentik: Penilaian   Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013. Jakarta: Rajawali Pers.

Margana dan Sukarno. 2011. Pengembangan Model Pembelajaran Bilingual di Sekolah Menengah Kejuruan. Jurnal Kependidikan: Volume 41, Halaman 79-93.

May, S. 2004. Bilingualism/ Imerssion Education: Indicator of Good Practice. Ministry of Education. New Zealand.

Milles, Mathew B Huberman a. Michael. 2014. Qualitatives Data Analysis, A Sourcebookof New Methods. London: Sage Publications.

Moeloeng, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Muchith, M. Saekhan. 2008. Pembelajaran Konstektual. Semarang: Rasail Media Group.

Mulyasa, E. 2014. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Poarch, Gregory. 2015. Bilingualism as a Model for Multitasking. Journal of Development Review Education. Volume 35, Pages 113-124.

Sagala, Syaiful. 2014. Administrasi Pendidikan Kontemporer: Edisi Revisi. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, Wina. 2011. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana

Subekhi, Ahmad dan Mohammad Jauhar. 2012. Pengantar Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Suharsaputra, Uhar. 2010. Administrasi Pendidikan. Bandung: Refika Aditama.

Tilaar , H.A.R. 2006. Standarisasi Pendidikan Nasional, Suatu Tinjauan Kritis. Jakarta: Rineka Cipta.

Yin, Robert K. 2011. Qualitative Research from Start to Finish. London: The Guilford Press.

 

 

Published
2017-07-17
Abstract Views: 1008
PDF Downloads: 124