IMPLEMENTASI SISTEM MOVING CLASS UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI MODEL TERPADU BOJONEGORO

  • IRINNE LEORECIA D.J

Abstract

IMPLEMENTASI SISTEM MOVING CLASS UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI MODEL TERPADU BOJONEGORO 

Irinne Leorecia Dwi Jayanti

Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya

irinjaya@gmail.com

Rochmawati

Jurusan Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Surabaya

rochmawati@unesa.ac.id

 

Abstrak

Abstrak: Sistem moving class merupakan sistem pembelajaran yang bercirikan siswa mendatangi guru di dalam kelas yang mencirikan mata pelajaran tertentu. Dalam implementasi sistem moving class guru mengelola kelas sesuai dengan mata pelajaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pelaksanaan sistem moving class untuk meningkatkan prestasi belajar siswa di SMP Neger Model terpadu Bojonegoro, melalui: (1) Sistem moving class di SMP Negeri Model Terpadu Bojonegoro; (2) Implementasi sistem moving class untuk meningkatkan prestasi belajar siswa; (3) Hambatan dan upaya dalam implementasi sistem moving class untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif dan menggunakan rancangan penelitian studi kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model interaktif yang berlangsung secara terus menerus sampai tuntas sehingga datanya jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu:  data condensation, data display, dan conclusions drawing/verifying. Hasil penelitian menunujukan bahwa: (1) SMP Negeri Model Terpadu Bojonegoro menggunakan sistem moving class untuk semua mata pelajaran kecuali Olahraga. Kelas moving di SMP Negeri Model Tepadu Bojonegoro mencirikan mata pelajaran masing-masing (2) Pelaksanaan sistem moving class di SMP Negeri Model Terpadu Bojonegoro dilakukan dengan cara memberikan waktu jeda selama 5 menit saat pergantian kelas. Setiap guru mata pelajaran megelola kelas sesuai dengan karakteristik kelas masing-masing (3) Hambatan dalam pelaksanaan sistem moving class di SMP Negeri Model Terpadu Bojonegoro yaitu (a) masih ada beberapa peserta didik yang terlambat masuk kelas saat pergantian kelas. Upaya yang dilakukan guru adalah dengan memberikan hukuman kepada peserta didik yang terlambat; (b) belum ada loker untuk penyimpanan tas peserta didik; (c) guru yang terlambat masuk kelas karena ada suatu halangan sehingga peserta didik menunggu diluar kelas, untuk itu sekolah menyediakan kunci cadangan kelas di TU dan satpam. Dengan demilkian dapat disimpulkan bahwa implementasi sistem moving class di SMP Negeri Model Terpadu Bojonegoro terlaksana dengan efektif dan dapat memberikan kontribusi untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik.

 

Kata Kunci: Moving class, Prestasi Belajar

 

IMPLEMENTATION OF MOVING CLASS’ SYSTEM TO INCREASE THE STUDENTS’ LEARNING ACHIEVEMENT IN SMP NEGERI MODEL TERPADU BOJONEGORO

Abstract

Abstract: The moving class’ system is a learning system that students come to teachers in class according based on certain subjects. In order to implementing the moving class’ system, teachers manage class according subject. This research has aim to describe implementation of moving class’ system in order to increase students’ learning achievement in SMP Model Terpadu Bojonegoro, with: (1) The moving class’ system in SMP Model Terpadu Bojonegoro; (2) Implementation the moving class’ system in order to increase students’ learning achievement; (3) Obstacles and efforts on Implementation the moving class’ system in order to increase students’ learning achievement. This research used qualitative approach with decriptive method and study case research as its design. The collecting data technique in this research used interview, observation, and documentation. The analyze data technique in this research used interactive model that happen continually until the data being saturated. The activities in this research are: the condensation data, display data, and verifying data. The result of this research were showed that: (1) SMP Model Terpadu Bojonegoro use moving class’ system in all of subjects, except on sport subject. The class in SMP Terpadu Bojonegoro have their characteristic features each other. (2) The Implementation of moving class’ system in SMP Model Terpadu Bojonegoro be done with give a respite time during 5 minutes when class change with another students from another class. Each teachers manage class according characteristic features each class. (3) The obstacles in implementation of moving class’ system in SMP Model Terpadu Bojonegoro are (a) There are some students come late into class when the class change, so the effort that be done by teachers is give a punishment to this students; (b) There are not locker yet for students’ bag storages; (c) Teacher who come late into class because of impediments so students wait outside of class, for that the school management provide reserve keys of class in administration room and security room. This research can be concluded that implementation of moving class’ system in SMP Model Terpadu Bojonegoro have done effectively and can give contribution in order to increase students’ learning achievement.

 

Keywords: MovingClass, Learning Achievement

 

PENDAHULUAN

Pemerintah Indonesia mengupayakan terwujudnya pendidikan berkualitas. Salah satunya pemerintah Indonesia telah menetapkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sehingga pengelolaan dan penyelenggaraan sistem pendidikan nasional yang berbentuk desentralisai dapat diwujudkan bersama-sama antara pemerintah pusat dan daerah. Mulyasa (2003:24), menjelaskan program ini merupakan upaya peningkatan mutu pendidikan melalui pendekatan pemberdayaan sekolah dalam mengelola institusinya.

Inti kegiatan suatu sekolah atau kelas adalah proses belajar mengajar (PBM). Kualitas belajar siswa ditentukan oleh keberhasilan pelaksanaan PBM tersebut. Dalam proses belajar mengajar (PBM), guru memiliki posisi yang menentukan keberhasilan pembelajaran, karena fungsi utama guru adalah merancang, mengelola, dan mengevaluasi pembelajaran, maka dari itu keberhasilan suatu pembelajaran itu terletak pada kreatifitas dan kompetesi yang dimiliki oleh seorang guru. Hal ini sejalan dengan pendapat Darsono, dkk (2000:24) yang menyatakan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu, kesadaran untuk melakukan inovasi dari insan pendidikan perlu dikembangkan.

Mengajar bukan lagi usaha untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, tetapi juga usaha untuk menciptakan lingkungan yang mengajarkan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara opatimal. Lingkungan belajar yang digunakan siswa berdampak pada motivasi siswa untuk melakukan proses pembelajaran. Banyak keluhan yang muncul dari siswa maupun guru berkaitan dengan pelaksanaan PBM (Proses Belajar Mengajar). Keluhan siswa yang tidak nyaman saat berada dalam kelas,

 

merasa bosan dan tidak bersemagat saat PBM berlangsung sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang kurang optimal. Permasalahan tersebut dapat diminimalkan, apabila semua pihak dapat berperan, terutama guru yang bertangggung jawab di dalam mengembangkan keterampilan pembelajaran dan menajemen kelas.

Gasiewski, Eagan, dkk (Olelewe dan Agomuo, 2016:78) menyatakan bahwa “student’s learning is affected by how comfortable they feel in class, in seeking out tutoring, in ayyending supplementary instruction session and in collaborating with other students”. Maka dari itu manajemen kelas sangat berpengaruh pada PBM. Untuk dapat menjalankan manajemen kelas secara maksimal, guru harus dapat mendapatkan ruang kelas tersendiri untuk pelajaran yang diampunya. Dalam kelas setiap guru mata pelajaran harus melakukan berbagai inovasi dan kretifitas dalam pembelajaran, mengelola kelas, menata ruang dan tempat duduk sesuai dengan karakteristik mata pelajaran masing-masing. Guru dapat melakukan semua itu jika guru diberikan wewenang mengelola kelas sesuai dengan mata pelajaran. Sehingga guru dapat memotivasi siswa dalam belajar dan siswa tidak akan jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran dikelas karena siswa tidak akan belajar dalam kelas yang monoton tetapi siswa akan mengalami berbagai pengalaman belajar di dalam kelas yang berbeda sesuai dengan karakteristik mata pelajaran terkait. Suparman (2010:98) menyatakan bahwa kebosanan dan kejenuhan menyebabkan anak didik tidak antusias dalam belajar, suasana menjadi kaku dan tidak monoton, dan hilangnnya kehangatan emosional.

Sistem moving class di Indonesia mulai diterapkan di Indonesia tahun 2006 dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi mengenai beban belajar menyebutkan bahwa satuan pendidikan pada semua jenis dan jenjang pendidikan menyelenggarakan program pendidikan dengan menggunakan sistem paket atau sistem kredit semester. Pada sistem kredit semester maka siswa juga di tuntut agar lebih aktif seperti dengan sistem moving class yang menuntut siswa untuk berpindah kelas per mata pelajaran yang diikuti. Salah satu faktor yang dibutuhkan untuk menerapkan sistem kredit semester (SKS) disekolah adalah konsep moving class. Juknis Pelaksanaan Sistem Belajar Moving class di SMA (2010:35) menyatakan moving class merupakan sistem pembelajaran yang bercirikan peserta didik mendatangi guru di kelas. Moving class merupakan kelas yang berkarakter dan memberikan lingkungan yang dinamis sesuai mata pelajaran sehingga siswa tidak akan mudah jenuh dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Sistem moving class lebih sesuai pada Sistem Kredit Semester (SKS) namun dapat juga dilaksanakan pada sistem paket.

Moving class merupakan sistem pendidikan yang telah lama diterapkan diluar negeri. Namun di Indonesia hanya beberapa sekolah yang telah menerapkan sistem moving class. Hal ini karena penerapan sistem ini secara infrastruktur lebih mahal dari sekolah konvensional. Dalam sekolah konvensional yayasan atau lembaga sekolah cukup menyediakan beberapa kelas dan laboratorium. Tetapi dalam moving class setiap kelas harus dilengkapi dengan fasilitas keilmuan sesuai dengan mata pelajaran terkait. Sistem ini akan membutuhkan banyak fasilitas dan sarana prasarana yang harus di sediakan per ruang kelas.

Sekolah Model Terpadu Bojonegoro bediri sejak tahun 2010 dengan dilayangkanya Surat Keputusan Bupati Bojonegoro Nomor: 118/113/KEP/412.11/2010 tanggal 15 April 2010 tentang pendirian Sekolah Model Terpadu kabupaten Bojonegoro dengan status negeri yang meliputi satuan pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan dikoordinir oleh unit Pelaksana Teknis Dinas Pendidikan Kabupaten Bojonegoro (UPT SMT). Sekolah ini merupakan satu-satunya sekolah model terpadu yang ada di Kabupaten Bojonegoro dengan status negeri. Dan selanjutnya atas dasar Surat Keputusan Bupati Bojonegoro Nomor: 188/297/KEP/412.11/2011 tanggal 5 Oktober 2011 untuk satuan SD, SMP dan SMA dikembangkan menjadi Sekolah bertaraf Internasional. Sebagai sekolah model tentunya dalam penyelenggaraanya tidak terlepas dari berbagai model peningkatan layanan mutu pendidikan. Sehingga SMP Negeri Model Terpadu merupakan salah satu sekolah unggulan di Kabupaten Bojonegoro.

SMP Negeri Model Terpadu Bojonegoro, memaparkan bahwa SMP Negeri Model Terpadu Bojonegoro telah melaksanakan sistem moving class dan satu-satunya sekolah yang berada di Bojonegoro yang telah menerapkan sistem moving class. Kegiatan moving class di SMP Negeri Model Terpadu Bojonegoro, dilaksanakan ketika pergantian jam pelajaran, dan diberlakukan kepada semua siswa, baik kelas VII, VIII, dan IX serta diberlakukan untuk semua mata pelajaran, jadi ketika jam pergantian mata pelajaran tiba, maka seluruh siswa bergegas meninggalkan kelas dan menuju kelas mata pelajaran berikutnya sesuai dengan jadwal masing-masing. Total jumlah kelas di SMP Negeri Model Terpadu Bojonegoro adalah 21 kelas setiap mata pelajaran. Setiap kelas mata pelajaran menampilkan ciri khas mata pelajaran. Di dalam kelas terdapat media pembelajaran seperti buku, alat praktek dan poster yang berkaitan dengan mata pelajaran serta LCD proyektor guna mempermudah proses pembelajaran dikelas. Melalui kelas berbasis multimedia, pembelajaran berlangsung secara aktif dan efektif. Pengaturan tempat duduk setiap kelas juga berbeda-beda, hal ini disesuaikan dengan ciri khas setiap mata pelajaran dan untuk mempermudah proses pembelajaran dikelas.

Dari hasil wawancara dengan Wakil Kepala Bidang Kurikulum SMP Negeri Model Terpadu Bojonegoro, mengatakan bahwa moving class diterapkan di SMP N Model Terpadu pada tahun 2013, tahun ke tiga sejak sekolah ini berdiri. Tujuan dari dilaksanakan sistem moving class adalah untuk memberikan kesegaran siswa dan guru dalam menjalankan proses pembelajaran yang didukung sarana parasarana guna meningkatkan efesiensi dan efektivitas Proses Belajar Mengajar (PBM) yang akan berdampak pada peningkatan prestasi belajar siswa. Hasil wawancara kepada beberapa siswa SMP Negeri Model Terpadu Bojonegoro mengatakan bahwa dengan diterapkanya moving class, mereka merasa senang dan tidak jenuh dengan pembelajaran di kelas namun mereka juga sedikit mengeluh karena sampai sekarang belum ada loker atau penyimpanan barang sehingga mereka masih kesulitan dan berat untuk membawa barang-barang mereka setiap pergantian kelas. Moving class tidak hanya terbatas pada tempat ruang kelas saja, tetapi dapat dilakukan diluar kelas, di perpustakaan, dan dilaboratorium. Maka dari itu di SMP Negeri Model Terpadu Bojonegoro juga dilengkapi dengan laboratorium yang terdidri dari 2 laboratorium komputer, 1 laboraotrium IPA dan laboratorium Bahasa Inggris. Dengan adanya perpindahan tempat belajar ini dapat mengurangi tingkat kejenuhan dan siswa dapat lebih bersemangat.

Keberhasilan pelaksanaan moving class dapat dilihat dari nilai hasil belajar siswa dan juga prestasi belajar siswa. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) menurut Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan, adalah Kriteria Ketuntasan Belajar (KKB) yang ditentukan oleh satuan pendidikan. KKM pada akhir jenjang satuan pendidikan untuk kelompok mata pelajaran selain ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan batas ambang kompetensi. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator 75 % (Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006). Di SMP Negeri Model Terpadu Bojonegoro Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) per mata pelajaran berbeda, yaitu yang terendah 75 dan yang tertinggi 80. Website online SMP Negeri Model Terpadu, memberitakan bahwa SMP Negeri Model terpadu Bojonegoro terletak pada urutan ke tiga sekabupaten Bojonegoro dalam prestasi siswa. Dalam website tersebut juga memberitakan tentang prestasi yang telah diraih siswa SMP negeri Model Terpadu Bojonegoro, diantaranya adalah Juara II Siswa Prestasi, Juara I Story Telling, dan Juara III LKIR. Paparan tersebut adalah sebagian prestasi yang dimiliki oleh SMP Negeri Model Terpadu Bojonegoro. Ini membuktikan bahwa SMP Negeri Model Terpadu Bojonegoro unggul dalam prestasi akademik maupun non akademik.

Paparan di atas, membuat peneliti tertarik membahas dan mengenalisa sistem moving class dalam meningkatkan prestasi siswa, hal itu juga berguna untuk meningkatkan semangat belajar siswa. Oleh karena itu penulis dalam penelitian ini, menetukan kajian dalam judul “Implementasi Sistem Moving class untuk Meningkatan Prestasi Belajar Siswa di SMP Negeri Model Terpadu Bojonegoro”.

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan penelitian studi kasus. Sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan Yin (2013: 1) bahwa:

secara umum, studi merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how atau why, bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki, dan bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer (masa kini) di dalam konteks kehidupan nyata.

Lokasi penelitian di SMP Negeri Model Terpadu  Bojonegoro dengan menggunakan teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Dikutip dari pandangan Miles et al berarti  aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Dalam pandangan ini analisis data kualitatif  berjalan secara terus menerus, berulang sampai data tersebut jenuh  (Miles, et al, 2014:33) selama dalam kurun waktu 2 bulan. Kehadiran seorang peneliti merupakan kunci utama dalam penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai human instrument karena peneliti merupakan instrumen utama dalam penelitian  kualitatif. Uji keabsahan data pada penelitian ini menurut  Sugiyono (2012:224) menggunakan teknik-teknik antara lain: (1) credibility (validitas internal), (2) transferability (validitas eksternal), (3) dependability (reliabilitas) dan (4) confirmability (obyektivitas) .

HASIL DAN PEMBAHASAN

Fokus dalam penelitian ini yaitu 1) Sistem moving class di SMP Negeri Model Terpadu Bojonegoro. 2) Implementasi sistem moving class untuk meningkatkan prestasi belajar siswa di SMP Negeri Model Terpadu Bojonegoro. 3) Hambatan dan upaya dalam implementasi sistem moving class untuk meningkatkan prestasi belajar siswa di SMP Negeri Model Terpadu Bojonegoro

  1. 1.     Sistem moving class di SMP Negeri Model Terpadu Bojonegoro.

Hasil penelitian menunjukan bahwa sistem moving class merupakan suatu model pembelajaaaran yang menempatkan siswa sebagai pelaku atau subjek, yaitu siswa yang ditempatkan ke dalam kelas mata pelajaran disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran masing-masing. Seperti dengan pendapat Sumindar (2012:18) bahwa pembelajaran moving class sering disebut juga running class yang berarti pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek bukan objek, yaitu siswa dalam proses pelejaran menempati ruangan-ruangan yang telah ditetapkan untuk setiap mata pelajaran. Dengan demikian, ruang kelas di fungsikan seperti laboratorium sehingga siswa akan belajar dengan metode dan media pembelajaran yang bervariasi disesuaikan dengan mata pelajaran yang dipelajarinya.

Sistem moving class di SMP Negeri Model terpadu Bojonegoro telah dilaksanakan sejak tahun 2013, dengan jumlah kelas yang mencukupi yaitu terdiri dari tiga kelas per mata pelajaran. Semua mata pelajaran yang diajarkan di kelas VII, VII dan IX menggunakan sistem pembelajaran moving class, kecuali olahraga. Kelas di SMP Negeri Model Terpadu Bojonegoro dibagi menurut mata pelajaran moving yang didesain mencerminkan karakteristik mata pelajaran terkait.

Implementasi sistem moving class di SMP Negeri Model Terpadu Bojonegoro terlaksana dengan baik dan efektif. Hal ini dapat dilihat pada ruang kelas yang mencerminkan karakteristik mata pelajaran terkait dengan sarana prasarana yang mendukung. Di dalam moving class SMP Negeri Model Terpadu Bojonegoro terdapat beberapa pajangan dan hasil karya siswa sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan. Untuk kelas IPA terdapat beberapa pajangan dan alat peraga sesuai dengan materi, misalnya kerangka tulang manusia dan organ tubuh manusia.

Di dalam kelas juga terdapat seperti taman baca kecil yang menyimpan buku yang terkait dengan mata pelajaran masing-masing. Ketika waktu luang para siswa memanfaatkan media dalam kelas tersebut seperti membaca buku dan membaca hasil karya temanya, sehinggga hal tersebut membantu pemahaman siswa dalam belajar. Penempatan media dan buku yang terkait dengan mata pelajaran tersebut bertujuan agar suasana kelas lebih kondusif dan siswa lebih fokus saat mengikuti proses pembelajaran dikelas. Hal ini sesuai dengan teori yang terdapat di Juknis Pelaksanaan Sistem Belajar Moving class di SMA (2010;38) terdapat beberapa perbedaan karakteristik moving class dengan kelas menetap, antara lain yaitu (a) pendidik menetap dalam kelas, peserta didik yang berpindah-pidah; (b) alat peraga berada dalam ruang kelas; (c) identitas ruang belajar adalah ruang mata pelajaran; (e) setiap pergantian pelajaran tercipta suasana yang berbeda.

Hasil penelitian juga menunjukan bahwa pengelolaan kelas di SMP Negeri Model Terpadu Bojonegoro dilakukan oleh guru dan disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran terkait. Sehingga dalam kelas sangat tergambar suasana sesuai dengan setiap mata pelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Darsonno, dkk (2000:24) pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah kea rah yang lebihh baik.

Sistem belajar moving class memiliki banyak kelebihan bagi peserta didik dan guru. Bagi peserta didik, mereka lebih fokus pada materi pelajaran, suasana kelas menyenangkan dan interaksi peserta didik dengan guru lebih intensif. Bagi guru, mempermudah mengelola pembelajaran, lebih kreatif dan inovatif dalam mendesain kelas, guru lebih maksimal dalam menggunakan berbagai media, pemanfaatan waktu belajar lebih efisien dan lebih mudah mengelola kelas (Juknis Pelaksanaan Sistem Belajar Moving class di SMA, 2010:35). Paparan tersebut sesuai dengan hasil penelitian di SMP Negeri Model Terpadu, peserta didik bersemangat dan tidak jenuh saat proses belajar mengajar di dalam kelas. Dalam sistem moving class ini para guru juga lebih mudah untuk mengajar dan menyampaikan materi di dalam kelas, karena media pembelajara yang dibutuhkan sudah tersedia dan tersimpan didalm kelas masing-masing.

Banyak tujuan yang ingin dicapai dengan menerapkan sistem moving class hal ini disampaikan oleh Juknis Pelaksanaan Sistem Moving class di SMA (2010:35) bahwa salah satu tujuan menerapkan sistem moving class adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Seperti yang disampaikan oleh  Ibu Siti Nurkasih, S.Pd, M.Pd saat wawancara bahwa tujuan dari sistem moving class di SMP Negeri Model terpadu adalah untuk memfokuskan para siswa ke dalam suasana mata pelajaran yang diajarkan, sehingga dengan sistem moving class ini diharapkan para siswa dapat lebih bersemangat an mudah unntuk memahami materi yang diajarkan dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Hasil pennelitian menunjukan bahwa dalam proses pembelajaran di dalam kelas, para guru telah membuat silabus dan RPP sesuai pedoman yang ada dan telah disesuaikan oleh sekolah yang menggunakan sistem pembelajaran moving class. Hal ini dapat mempermudah guru untuk melaksanakan proses pembelajaran di dalam kelas moving dan juga dapat berpengaruh pada pengembangan individu siswa. Siswa dan guru dapat lebih mudah mencapai tujuan dalam proses pembelajaran dalam kelas moving

  1. 2.     Implementasi sistem moving class untuk meningkatkan prestasi belajar.

   Dalam pelaksanaan sistem belajar moving class kepala sekolah membentuk tim kerja pelaksanaan sistem moving class untuk menuyusun kegiatan dan rambu-rambu pelaksanaan sistem moving class. Tim kerja pelaksanaan sistem moving class terdiri atas guru, wakil kepala bagian kurikulum, kepala sekolah, pengawas sekolah dan komite sekolah (Juknis Pelaksanaan Sistem Belajar Moving class di SMA, 2010:40).  Hasil temuan peneliti menunjukan bahwa SMP Negeri Model Terpadu membentuk tim kerja dalam pelaksanaan sistem moving class. Seperti paparan tersebut, Ibu Siti Nurkasih, S.Pd, M.Pd selaku kepala SMP Negeri Model Terpadu Bojonegoro juga menyampaikan bahwa yang terlibat dalam pelakasanaan sistem moving adalah sarana prasarana yang bekerja sama dengan guru kelas, karena dalam pelaksanaan moving class, guru adalah pengelola dalam kelas maka bagian sarana prasarana bekerja sama dengan guru kelas untuk menyediakan media yang dibutuhkan di dalam kelas. Tim kerja pelaksanaan sistem mocing class di SMP Negeri Model Terpadu Bojonegoro telah melakukan tugasnya dengan baik. Hal ini terlihat dari sarana prasarana di dalam kelas yang lengkap dan sesuai dengan mata pelajaran terkait, serta proses pembelajaran yang dibuat sedemikian rupa sehingga kondisi kelas dan suasana kelas mencerminkan karakteristik maya pelajaran terkait.

Dengan sistem moving class maka kelas mata pelajaran dilengkapi dengan kebutuhan sesuai dengan karakteristik setiap mata pelajaran. Juknis Pelaksanaan Sistem Moving class di SMA (2010:30) menjelaskan pengaturan tempat duduk siswa juga dapat divariasikan sesuai dengan ciri khas setiap mata pelajaran. Guru dapat bekerja sama dengan para siswa dalam pengaturan tempat duduk dikelas.

Dalam pelaksanaan moving class di SMP Negeri Model Terpadu Bojonegoro, setiap kelas mata pelajaran menggunakan setting tempat duduk yang berbeda-beda, pengaturan tempat duduk tersebut diatur oleh guru disesuaikan dengan materi yang diajarkan, selain tempat duduk yang berbeda-beda, matode dan media yang digunakan di dalam kelas juga berbeda-beda disesuaikan dengan materi yang diajarkan. Setting tempat duduk, diantaranya adalah a) setting tempat duduk mmodel U, b) setting tempat duduk kelompok atauu diskusi, dan c) setting tempat duduk convensional. Media pembelajaran yang digunakan diantaranya adalah a) metode ceramahm digunakan saat guru menjelaskan materi kepada para siswa, b) diskusi kelompok, digunakan saat guru memberikan tugas kelompok kepada siswa, dan c) presentasi, metode ii digunakan saat para siswa diminta untuk mempresentasikan hasil karya yang telah mereka buat. Kemudian metode pembelajaran yang digunakan bermacam-macam, diantaranya adalah LCD, papan tulis, dan alat peraga yang disesuaikan dengan materi. Hal tersebut bertujuan agar siswa tidak jenuh dan bersemangat dalam mengikuti proses pembelajran di dalam kelas sehingga dapat menigkatkan prestasi belajara siswa.

  1. 3.     Hambatan dan upaya dalam implementasi sistem moving class untuk meningkatkan prestasi belajar siswa di SMP Negeri Model Terpadu Bojonegoro.

Pada pelaksanaan sistem moving class di SMP Negeri Model Terpadu Bojonegoro, memerlukan usaha yang maksimal untuk mencapai tuujuan dan hasil iyang diharapkan, oleh karena itu pelaksanaan sistem moving class ini menemukan beberapa hambatan. Hambatan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 385) adalah halangan atau rintangan. Hambatan memiliki arti yang sangat penting dalam setiap melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan. Hambatan dapat menganggu suatu proses kegiatan atau pelaksanaan.

Agung (2011:84) menyebutkan bahwa hambatan yang terjadi dalam pelakasanaan sistem moving class meliputi: (a) kondisi kelas belum ditata sempurna, (b) sarana prasarana moving class belum lengkap, (c) keterlambatan siswa memasuki kelas, (d) kebersihan moving class, dan (e) terpotongnya jam pelajaran karena ada proses pergantian kelas. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat juga beberapa hambatan di dalam pelaksanaan sistem moving class di SMP Negeri Model Terpadu Bojonegoro. Berikut adalah hambatan dalam pelaksanaan sistem moving class untuk meningkatkan prestasi belajar siswa di SMP Negeri Model Terpadu Bojonegoro:

  1. Masih ada peserta didik terlambat saat memasuki kelas saat proses moving class. Sehingga hal tersebut dapat mengganggu proses pembelajaran di dalam kelas. Banyak alasan yang digunakan peserta didik, diantaranya yang sering adalah mampir kekantin untuk membeli minum.
  2. Beban tas peserta didik yang dibawa setiap berganti kelas. Hal tersebut terkadang membuat siswa merasa lelah untuk berganti kelas.
  3. Guru yang terlambat masuk kelas atau berhalangan hadir saat jam pelajaran sehinnga peserta didik harus menunggu diluar kelas. Hal seperti ini juga dapat mengganggu proses pembelajaran di dalam kelas, waktu belajar siswa akan berkurang karena menunggu guru datang diluar kelas.

Dari hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa dalam pelaksanaan sistem moving class di SMP Negeri Model Terpadu Bojoengoro masih ditemukan beberapa hambatan yang mengganggu proses pelaksanaan moving class. Untuk itu maka diperlukan adanya upaya untuk mengatasi hambatan tersebut. Menurut Tim Penyusun Departemen Pendidikan Nasional (2008:787) upaya adalah usaha, akal atau ikhtiar untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar, dan sebagainya. Upaya adalah suatu usaha uyang dilakukan dengan maksud agar suatu permasalahan dapat diselesaikan dengan baik dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa sekolah dan guru telah melakukan beberapa cara atau upaya untuk mengatasi hambatan tersebut. Berikut adalah upaya yang dilakukan sekolah dan guru untuk mengatasi hambatan dalam pelaksanaan sistem moving class untuk meningkatkan prestasi belajar siswa di SMP Negeri Model Terpadu Bojonegoro:

  1. Guru memberikan hukuman kepada peserta didik yang terlambat, seperti memberikan tugas tambahan kepada siswa, menghukum siswa untuk berdiri didepan kelas atau memebersihkan ruangan kelas. Hukuman tersebut bertujuan agar peserta didik jera dan tidak mengulanginya lagi
  2. Pihak sekolah telah merencanakan pengadaan loker untuk menyimpan tas atau barang peserta didik. Namun pengadaan loker tersebut masih dalam penyusunan rencana
  3. Sekolah telah menyiapkan kunci cadangan yang diserahkan kepada TU dan satpam sehingga peserta didik dapat membuka dan masuk kelas walaupun guru kelas belum hadir. Dengan begitu peserta didik dapat melakukan proses belajar di dalam kelas walaupun tanpa didampingi oleh guru

PENUTUP

  1. A.    Simpulan

Dalam penelitian kali ini, penulis dapat menyimpul beberapa hal yang berkaitan dengan pernyataan hasil penelitian:

  1. Sistem moving class di SMP Negeri Model Terpadu Bojonegoro dilatar belakangi oleh input siswa yang kurang baik. Sarana prasarana yang telah cukup dan menunjang untuk dilaksanakan sistem moving class, mulai dari jumlah kelas dan media pembelajaran yang lengkap di dalam kelas. Sistem moving class terlaksana dengan baik dan kondusif dan diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
  2. Penciptaan suasana kelas yang kondusif dan bercirikan mata pelajaran terkait dilakukan oleh sekolah dan guru dengan menyediakan jumlah kelas yang cukup, sarana prasarana di dalam kelas yang lengkap sesuai dengan kebutuhan mata pelajaran terkait, guru berinovasi menggunakan metode pembelajaran dan media pembelajaran yang disesuaikan dengan materi. Dari hasil pengamatan dan pengolahan nilai dari guru dapat disimpulkan bahwa implementasi sistem moving class memberikan kontribusi terhadap hasil belajar siswa.
  3. Masih ditemukan adanya hambatan dalam implementasi sistem moving class untuk meningkatkan prestasi belajar siswa di SMP Negeri Model Terpadu Bojonegoro, diantaranya adalah kurangnya disiplin siswa saat memasuki kelas, sarana prasarana yang belum legkap, dan beberapa guru yang tidak standby di dalam kelas mata pelajaran.
  4. Upaya sekolah dan guru dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam pelaksanaan sistem moving class dengan melakukan perencanaan sarana prasarana yang kurang dan membuat kontrak belajar dengan siswa di dalam kelas.

B. Saran

Berdasarkan  simpulan dari hasil penelitian yang telah dipaparkan, peneliti bermaksud memberikan beberapa saran yang dijadikan pertimbangan oleh seluruh stakeholder di SMP Negeri Model Terpadu Bojonegoro  maupun pihak yang terkait lainnya dalam penelitian ini. Beberapa saran tersebut sebagai berikut:

  1. Kepala SMP Negeri Model Terpadu Bojonegoro 

Untuk meningkatkan implementasi sistem moving class agar prestasi belajar siswa lebih meningkat diharapkan melakukan evaluasi lebih mendalam terkait pelaksanaan sistem moving class baik dibidang kurikulum, sarana prasarana dan sumberdaya manusia

  1. Guru SMP Negeri Model Terpadu Bojonegoro

Dengan adanya peranan yang besar dalam implementasi sistem moving class untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, diharapkan guru lebih kreatif dan berinovasi dalam proses belajar mengajar di dalam kelas serta memberikan kontrak belajar yang jelas kepada peserta didik sehingga tidak ada hambatan dalam pelaksanaan sistem moving class.

  1. Bagian sarana prasarana  SMP Negeri Model Terpadu Bojonegoro

Untuk meningkatkan implementasi sistem moving class di SMP Negeri Model Terpadu Bojonegoro diharapkan menambah sarana prasarana yang lengkap sehingga dapat membantu dalam pelaksanaan sistem moving class dengan demikian implementasi sistem moving class untuk meningkatkan prestasi belajar siswa  dapat terlaksana dengan lebih efisien.

  1. Peserta didik SMP Negeri Model Terpadu Bojonegoro

Sebaiknya lebih tertib dan lebih meningkatkan kedisiplan dalam pelaksanaan sistem moving class agar proses pembelajaran dapat berkjalan dengan baik dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.

  1. Bagi Sekolah Lain

Diharapkan penelitian ini mampu menjadi contoh bagi sekolah lain agar dapat menerapkan sistem moving class untuk lebih meningkatkan prestasi belajar siswa.

  1. Bagi peneliti lain

Semoga penelitian yang telah dilakukan ini menjeadi referensi dan informasi serta pengembangan yang lebih baik lagi dalam melakukan penelitian dibidang yang sama terkait sistem moving class.

 

Daftar Pustaka

Agung. 2011. Pelaksanaan Moving Class di SMA Negeri 7 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi tidak diterbitkan. Yogayakarta: Universitas Negeri Yogyakarta

Alwi, H. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Darsono. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Press

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Miles, Mattew, et al.2014.Qualitatife Data Analysis A Methods Sourcebook.Amerika:The United States Amerika

Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakterisitik dan Implementasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Olelewe, C.J and Agomuo, E.E. 2016. “Effects of B-Learning and F2F Learning Environments on Students’s Achievement in QBASIC Programming”. Journal of Vocational and Technical Education. Vol. 103: pp 76-86

Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Beban Belajar

Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan.

Petunjuk Teknis, Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Sistem Moving Class di SMA

Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Sumindar, A. 2012. Model Pembelajaran Moving Class Mata Pelajaran Seni Budaya dan Implikasinya Terhadap Kemandirian Siswa di SMA Karanguri Semarang. Tesis tidak diterbitkan. Semarang: PPs Universitas Negeri Semarang

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

Suparman. 2010. Gaya Mengajar Yang Menyenangkan Siswa. Yogyakarta: Pinus Book Publisher

Yin, Robert K. 2013. Studi Kasus Desain dan Metode. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Published
2017-08-02
Abstract Views: 791
PDF Downloads: 83