Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Disiplin Di Smk Negeri 1 Geger Madiun

  • ELY RAHMAWATI

Abstract

Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Disiplin Di Smk Negeri 1 Geger Madiun

Ely Rahmawati 13010714080

 

Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya

e-mail: elyrahmawati0@gmail.com

Murtadlo

Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya

e-mail: ali_murtadlo35@yahoo.com

 

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya sikap disiplin peserta didik yang dapat mengakibatkan kecenderungan untuk melakukan pelanggaran, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Selain itu, dalam dunia industri para pekerja dituntut untuk mempunyai karakter disiplin yang tinggi. Maka dari itu, lembaga pendidikan khususnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dituntut untuk menyiapkan lulusan yang berdisiplin tinggi, agar lulusan tersebut dapat menghadapi budaya disiplin dalam dunia kerja nantinya.  Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan dan menganalisis: (1) pelaksanaan pendidikan karakter berbasis budaya disiplin; (2) strategi pendidikan karakter berbasis budaya disiplin; dan (3) peran warga dalam pendidikan karakter berbasis budaya disiplin. Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Geger Madiun. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan rancangan penelitian studi kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan teknik kondensasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Untuk menguji keabsahan data tersebut menggunakan teknik-teknik meliputi: uji kredibilitas, uji transfermabilitas, uji dependabilitas, dan uji konfirmabilitas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Pelaksanaan Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Disiplin di SMK Negeri 1 Geger Madiun melalui tata tertib sekolah; (2) Strategi Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Disiplin di SMK Negeri 1 Geger Madiun melalui: kegiatan rutin, kegiatan spontan, keteladanan, pengkondisian; (3) Peran Warga Sekolah dalam Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Disiplin di SMK Negeri 1 Geger Madiun terdiri dari: peran kepala sekolah, peran guru, peran orang tua, dan peran masyarakat. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pendidikan karakter berbasis budaya disiplin di SMK Negeri 1 Geger Madiun berjalan dengan baik dengan adanya strategi yang telah diterapkan dan peran dari masing-masing komponen sekolah. 

Kata Kunci: pendidikan karakter, budaya disiplin. 

 

Character Building Based on Discipline Culture in SMK Negeri 1 Geger Madiun

 

Ely Rahmawati 13010714080

Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya

e-mail: elyrahmawati0@gmail.com

Murtadlo

Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya

e-mail: ali_murtadlo35@yahoo.com

 

ABSTRACT

This study was motivated by lack of students discipline which affect to a tendency to commit violation both at school and outside school. Besides that, in industry of the workers are required having high discipline character. So, educational institution especially vocational high schools are required to prepare graduates who are highly disciplined, so that graduates can face the discipline culture of the workplace later.The purposes of this study are to describe and analyze: (1) the implementation of character building based on discipline culture; (2) character building strategy based based on discipline culture; and (3) citizen participations in the character building based by discipline culture. This study is done at SMK Negeri 1 Geger Madiun. The approach used in this study is qualitative approach with research design case study. Data collecting technique uses interview, observation, and documentation. The data obtained were analyzed by data condensation technique, data presentation, and conclusion. To test the validity of the using data techniques include: credibility test, transfermability test, dependability test, and confirmability test. The result of this study indicates that: (1) the implementation of character building based on discipline culture in SMK Negeri 1 Geger Madiun through rules; (2) character buiding strategy based on discipline culture in SMK Negeri 1 Geger Madiun through: routine activity, spontaneous activity, exemplary, conditioning; (3) the role of school citizens in character building based on discipline culture in SMK Negeri 1 Geger Madiun consist of: the role of principal, teacher, parent, and citizens. Therefore, can be concluded that the implementation of character building based on discipline culture in SMK Negeri 1 Geger Madiun works well with the existing strategies and the role of each components.

Keyword: Character buiding, discipline culture.


PENDAHULUAN

SMK adalah jenjang pendidikan menengah yang diarahkan guna mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu dan siap untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bukit (2014: 37), menyatakan bahwa ciri-ciri SMK adalah: (1) pendidikan kejuruan lebih berorientasi pada praktik; (2) pendidikan kejuruan lebih menggambarkan sebagai pendidikan dan pelatihan bagi pencari kerja; (3) pendidikan kejuruan menggambarkan pelatihan di luar sekolah; (4) pendidikan kejuruan sebagai progam pendidikan untuk mempersiapkan sebelum kerja. Hal tersebut memberi isyarat bahwa SMK merupakan sumber utama penghasil tenaga kerja jenjang pendidikan menengah yang mempunyai peranan dalam mempersiapkan tenaga kerja di Indonesia.

Pada dunia industri, para pekerja dituntut untuk mempunyai sikap disiplin yang tinggi. Maka dari itu, khususnya lembaga pendidikan SMK harus menyiapkan lulusan untuk mempunyai karakter disiplin, sehingga lulusan tersebut siap untuk menghadapi dunia kerja setelah lulus nanti. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang bertujuan untuk mengembangkan seluruh kompetensi yang dimiliki peserta didik. Agar proses tersebut dapat berjalan dengan lancar, maka seluruh siswa harus mematuhi tata tertib dengan rasa disiplin yang tinggi. Jadi, disiplin adalah serangkaian peraturan yang berlaku guna untuk meciptakan suasana pembelajaran yang efektif. Namun, realita yang sering kita jumpai saat ini adalah kurangnya sikap disiplin peserta didik yang dapat mengakibatkan kecenderungan untuk melakukan pelanggaran baik di sekolah maupun di luar sekolah. Hal tersebut disebabkan karena peraturan sekolah yang kurang mengikat atau peserta didik yang memang tidak terbiasa untuk berdisiplin. Maka, tidak heran jika peserta didik melakukan bolos sekolah, terlambat sekolah, tidak mengerjakan tugas rumah, tidak memakai seragam sesuai dengan peraturan yang ditetapkan, hingga terjadinya tawuran antar pelajar.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di SMK Negeri 1 Geger Madiun, sekolah ini menerapkan pendidikan karakter berbasis budaya disiplin sekolah. Pelaksanaan budaya disiplin di sekolah diterapkan melalui buku tata tertib peserta didik dengan sistem reward dan punishment. Peserta didik yang melanggar tata tertib akan diberi poin punishment,  kemudian direkap di buku tata tertibnya tersebut dengan disertai tanda tangan guru yang memberi poin, guru BK, orang tua, wali kelas, dan kesiswaan. Poin punishment yang sudah melampuai batas peraturan tata tertib yang ditetapkan sekolah akan dikenakan sanksi. Poin 30, 60, dan 90 akan ada panggilan orang tua, lebih dari poin 90 anak akan direkomendasikan pindah ke sekolah lain. Sedangkan peserta didik yang mempunyai loyalitas dan integritas dalam kegiatan belajar, membantu guru, dan mengharumkan nama baik sekolah juga akan mendapatkan poin  reward, kemudian akan direkap di buku tata tertibnya tersebut. Peserta didik yang mencapai poin reward terbanyak akan diberikan beasiswa pendidikan oleh sekolah selama tiga bulan untuk juara satu, dua bulan untuk juara dua, dan satu bulan untuk juara tiga.

Bentuk budaya disiplin yang dilaksanakan diantaranya adalah: (1) datang ke sekolah tepat waktu sebelum pukul 06.45 WIB dan harus memakai seragam lengkap pada hari tersebut, dalam hal ini peserta didik yang terlambat datang ke sekolah harus menunggu di luar gerbang, karena saat sirine berbunyi, gerbang sekolah ditutup. Setelah mendapat izin dari guru piket peserta didik dapat memasuki sekolah namun sebelum masuk kelas akan diberi pembinaan, bisa berupa push up atau lari lapangan dan poin punishment. (2) Apel pagi sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai dan (3) apel siang saat kegiatan belajar mengajar telah usai. (4) upacara bendera setiap hari senin. (5) progam ketarunaan, progam ini bertujuan untuk mempersiapkan mental dan karakter peserta didik agar siap memasuki dunia kerja setelah lulus dari sekolah. Ketarunaan  ini dilaksanakan satu hari dalam satu minggu dari pagi hingga selesai, karena termasuk dalam kegiatan belajar mengajar. Progam ini diwajibkan dari kelas satu hingga kelas tiga, dengan kegiatan sholat dhuha, kebugaran jasmani, bimbingan konseling, Persiapan Baris Berbaris, dan karate. (6) ektrakulikuler pramuka yang diwajibkan untuk kelas satu yang dilaksanakan setiap hari jumat. (7) sholat jumat berjamaah yang sudah terjadwal, sholat dhuhur, dan kegiatan membaca al-quran sebelum memulai pelajaran dengan dipandu oleh satu orang siswa dari pengeras suara. (8)  ketika akan keluar area kelas atau sekolah saat jam pelajaran peserta didik wajib menggunakan kartu keluar lingkungan sekolah, dimana ada tiga kartu yang disediakan dalam satu kelas.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis paparkan, maka fokus dalam penelitian ini adalah:

  1. Pelaksanaan pendidikan karakter berbasis budaya disiplin di SMK Negeri 1 Geger Madiun
  2. Strategi pendidikan karakter berbasis budaya disiplin di SMK Negeri 1 Geger Madiun
  3. Peran warga sekolah dalam pelaksanaan pendidikan karakter berbasis budaya disiplin di SMK Negeri 1 Geger Madiun

 

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan rancangan penelitian studi kasus. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Geger Madiun yang terletak di Jalan Raya Ngelandung, Desa Ngelandung, Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis: pelaksanaan pendidikan karakter berbasis budaya disiplin; (2) strategi pendidikan karakter berbasis budaya disiplin; dan (3) peran warga dalam pendidikan karakter berbasis budaya disiplin. Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Geger Madiun. Informan dalam penelitian ini adalah: kepala sekolah, waka kesiswaan, guru, peserta didik, orang tua, dan masyarakat. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: wawancara, observasi dan dokumentasi.

Teknik analisis data menggunakan tahap analisis data menurut Miles, dkk (2014: 12). yaitu “ kondensasi data (data condensation), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan (conclusion drawing/verifications). Selanjutnya, menurut Sugiyono (2014:270)  untuk menguji keabsahan data dalam penelitian ini meliputi: uji credibility (validitas internal), transfermability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas), confirmability (objektivitas)”.

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan temuan penelitian di SMK Negeri 1 Geger Madiun, sesuai dengan fokus penelitian, yaitu: (1) Pelaksanaan pendidikan karakter berbasis budaya disiplin di SMK Negeri 1 Geger Madiun, (2)Strategi pendidikan karakter berbasis budaya disiplin di SMK Negeri 1 Geger Madiun, (3) Peran warga sekolah dalam pelaksanaan pendidikan karakter berbasis budaya disiplin di SMK Negeri 1 Geger Madiun.

HASIL PENELITIAN

  1. Pelaksanaan pendidikan karakter berbasis budaya disiplin di SMK Negeri 1 Geger Madiun.

Tata tertib sekolah menggunakan sistem reward dan punishment. Dalam rangka mendisiplinkan anak sekolah membuat tata tertib dan membiasakan peserta didik untuk mematuhi dan melaksanan tata tertib tersebut. Peserta didik yang melakukan pelanggaran akan diberi poin punishment dan peserta didik yang melakukan kebaikan akan diberi poin reward oleh guru. Peserta didik yang memperoleh poin punishment mencapai 30, 60, dan 90 akan di diberi surat peringatan dam panggilan orang tua. Apabila poin punishment melebihi 90 maka peserta didik tersebut direkomendasikan untuk pindah ke sekolah lain. Sedangkan peserta didik yang mendapatkan poin reward terbanyak akan mendapatkan beasiswa prestasi di sekolah selama periode waktu tertentu.

Dampak adanya tata tertib ini, peserta didik jadi mudah untuk dikondisikan dan setelah lulus sekolah dapat terbiasa akan disiplin kerja saat di dunia industri.  Evaluasi tata tertib menggunakan rekap poin dan grafik punishment serta reward setiap bulan. Dengan begitu sekolah dapat memantau dan melakukan perbaikan dalam penyusunan tata tertib dikemudian hari.

 

  1. Strategi pendidikan karakter berbasis budaya disiplin di SMK Negeri 1 Geger Madiun melalui:
  2. Kegiatan Rutin

Kegiatan rutin yang dilaksanakan dalam pendidikan karakter berbasis budaya disiplin di sekolah ini adalah: (1) apel pagi; (2) apel siang; (3) upacara bendera; (4) kegiatan taruna; (5) ekstrakulikuler pramuka; (6) sholat jumat. Serangkaian kegiatan rutin tersebut jika peserta didik tidak mengikuti tanpa alasan akan mendapat poin punishment dari guru.

  1. Kegiatan spontan

Kegiatan spontan yang dilaksanakan dalam pendidikan karakter berbasis budaya disiplin di sekolah ini adalah (1) ketika guru mengetahui peserta didik melakukan kesalahan langsung di tegur atau diberi poin punishment; (2) kegiatan razia atribut sekolah; (3) razia rambut untuk peserta didik laki-laki.

  1. Keteladanan

Keteladanan yang diberikan pendidik dan tenaga kependidikan dalam pendidikan karakter berbasis budaya disiplin di sekolah ini adalah memberi contoh tepat waktu dalam berangkat sekolah maupun beribadah. Selain itu berpakaian yang sesuai dan rapi.

  1. Pengkondisian

Pengkondisian dalam pendidikan karakter berbasis budaya disiplin di sekolah ini adalah dengan menjalankan tata tertib dengan konsisten, konsisten untuk tidak melakukan pelanggaran sehingga dapat menciptakan suasana sekolah dan kelas yang kondusif. Serta guru dapat menjalankan peran masing-masing.

 

  1. Peran warga sekolah dalam pendidikan karakter berbasis budaya disiplin di SMK Negeri 1 Geger Madiun meliputi:
  2. Peran Kepala Sekolah

Peran kepala sekolah adalah memberi motivasi dan arahan tentang kedisiplinan kepada peserta didik saat menjadi Pembina upacara setiap hari senin atau masuk ke kelas-kelas. Selain itu kepala sekolah juga memberi contoh mengenai disiplin waktu, misalnya tepat waktu dalam beribadah dan tepat waktu dalam berangkat sekolah.

  1. Peran Guru

Peran guru adalah mengontrol peserta didik melalui sistem reward dan punishment. Ketika guru mengetahui peserta didik melakukan pelanggaran, guru dapat memberi poin punishment peserta didik tersebut, dan ketika guru mengetahui peserta didik melakukan kebaikan, guru dapat memberi poin reward kepada peserta didik tersebut.  Selain itu guru juga memberi contoh serta mengingatkan tentang kedisiplinan kepada peserta didik.

  1. Peran Orang Tua

Peran orang tua adalah mengontrol anaknya dengan mengingatkan agar selalu mematuhi tata tertib sekolah, karena di awal sebelum anaknya menjadi siswa di SMK Negeri 1 Geger Madiun, orang tua sudah di sosialisasikan mengenai aturan-aturan sekolah tersebut. Selain itu keterlibatan orang tua adalah ketika anaknya melakukan pelanggaran, orang tua akan mendapat pemberitahuan melalui sms dari sekolah serta adanya panggilan orang tua pertama sampai ketiga, jika anaknya tersebut mencapai poin punishment 30, 60, sampai 90. Dengan adanya panggilan orang tua tersebut diharapkan keterlibatannya dapat menyelesaikan dan mencari solusi mengenai pelanggaran yang telah dilakukan oleh anaknya tersebut.

  1. Peran Masyarakat

Peran masyarakat sekitar atau tukang parkir adalah keikutsertaan dalam mendisiplinkan peserta didik dengan mengingatkan untuk segera bergegas ke sekolah setelah memarkir motornya. Selain itu, masyarakat juga sering melapor ke sekolah jika melihat peserta didik yang melakukan pelanggaran di luar sekolah.

 

PEMBAHASAN

  1. Pelaksanaan Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Disiplin di SMK Negeri 1 Geger Madiun.

Pelaksanaan pendidikan karakter berbasis budaya disiplin di SMK Negeri 1 Geger Madiun menggunakan tata tertib dengan sistem reward dan punishment. Reward diberikan untuk peserta didik yang melakukan kebaikan sedangkan punishment diberikan untuk peserta didik yang melakukan pelanggaran. Peserta didik yang mencapai poin reward tertinggi akan mendapat beasiswa pendidikan. Sedangkan peserta didik yang mencapai poin punishment 30, 60, dan 90 akan mendapat SP atau surat peringatan dan panggilan orang tua, jika poin punishment lebih dari 90 maka peserta didik tersebut direkomendasikan untuk pindah ke sekolah lain. Poin reward peserta didik dapat menghapus poin punishment yang diperoleh. Tata tertib dirumuskan dengan tujuan untuk mengontrol dan mengawasi tindak tunduk peserta didik di dalam sekolah, agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan kondusif. Temuan tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Wiyani (2013: 162), yang menyatakan “Fungsi utama disiplin adalah untuk mengajar mengendalikan diri dengan mudah, menghormati, dan mematuhi otoritas”. Selain itu tata tertib ditegakkan untuk membekali karakter disiplin peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan DU/DI dengan mengkolaborasikan aturan-aturan yang ada di sekolah dengan aturan-aturan yang ada di DU/DI tersebut.

 

  1. Strategi Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Disiplin di SMK Negeri 1 Geger Madiun.

Strategi pendidikan karakter berbasis budaya disiplin merupakan suatu cara yang digunakan sekolah untuk menjalankan budaya disiplin di sekolah. Berdasarkan temuan penelitian, stategi pendidikan karakter berbasis budaya disiplin di SMK Negeri 1 Geger Madiun menggunakan: (1) kegiatan rutin; (2) kegiatan spontan; (3) keteladanan; (4) pengkondisian.

  1. Kegiatan Rutin

Berdasarkan temuan penelitian, kegiatan rutin dalam pendidikan karakter berbasis budaya disiplin di SMK Negeri 1 Geger Madiun adalah: (a) apel pagi; (b) apel siang; (c) upacara bendera; (d) kegiatan taruna; (e) ekstrakulikuler pramuka; (f) sholat jumat.

1)       Apel Pagi

Apel pagi dilaksanakan pada pukul 06.45 WIB, sebelum proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dimulai. Apel pagi bertujuan untuk membiasakan semua warga sekolah terutama peserta didik dalam hal disiplin waktu berangkat sekolah dan mempersiapkan peserta didik dalam menerima pelajaran. Karena waktu masuk SMK Negeri 1 Geger Madiun adalah pukul 06.45 WIB setelah itu dilaksanakan apel pagi, melebihi jam tersebut maka gerbang sekolah akan di tutup. Bagi peserta didik yang datang terlambat, maka akan mendapat poin punishment dan hukuman kebugaran, yaitu lari keliling lapangan atau push up. Apel pagi dikoordinasi Tim Tata tertib (Tatib) selaku tim yang menangani tata tertib sekolah dan dibantu oleh guru piket serta senior taruna yang bertugas.  Dalam dunia kerja kesiapan para pekerja sangat penting dalam memulai pekerjaan, maka dari itu sekolah ini membiasakan anak untuk siap menghadapi itu dengan mengadakan apel pagi. Kondisi tertib dimana seluruh siswa mengikuti apel dan siap untuk menerima pelajaran.

2)       Apel Siang

Apel siang dilaksanakan pada pukul 14.45 WIB setelah KBM telah usai. Ketika selesai KBM atau setelah mendengar bunyi sirine, peserta didik harus menuju ke lapangan upacara untuk melaksanakan apel siang ini. Seperti apel pagi, apel siang bertujuan untuk membentuk karakter disiplin peserta didik. Apel siang diadakan untuk mengajarkan bagaimana tentang kondisi yang tertib setelah selesai KBM, bahwa semuanya harus rapi. Pelaksanaan apel siang di koordinir oleh tim tatib dan dibantu oleh guru piket serta senior taruna yang bertugas.

3)       Upacara Bendera

Upacara bendera dilaksanakan setiap hari senin pada pukul 06.45 WIB. Upacara bendera dilaksanakan untuk membentuk karakter disiplin peserta didik. Upacara bendera mengajarkan tentang bagaimana caranya berangkat tepat waktu, disiplin dalam baris berbaris, dan beratribut rapi. Persiapan upacara bendera dipersiapkan oleh tim khusus, yaitu Petugas Penyelenggara Upacara (PPU). Dimana tugas PPU adalah mempersiapkan segala hal sebelum upacara bendera di mulai. Seperti kegiatan apel, bagi peserta didik yang tidak mengikuti upacara bendera tanpa alasan atau karena datang terlambat maka akan dikenakan poin punishment dan hukuman kebugaran. Melalui upacara bendera ini, kepala sekolah maupun guru yang bertugas menjadi Pembina upacara dapat menyampaikan pesan-pesan dan motivasi kepada peserta didik, salah satunya hal tentang kedisiplinan. Karena SMK adalah basicnya untuk bekerja, maka kedisiplinan sangat diperlukan dalam dunia kerja nantinya.

4)       Kegiatan Taruna

Kegiatan taruna dilaksanakan setiap satu minggu sekali oleh masing-masing kelas. Dalam kegiatan taruna ini yang bertanggung jawab adalah pelatih dan senior taruna yang membantu. Tujuan dilaksanakan kegiatan taruna ini adalah untuk membentuk karakter disiplin peserta didik dalam mempersiapkan lulusan yang siap kerja. Dimana dalam kegiatan taruna ini juga ada kegiatan rohani, jadi selain karakter disiplin yang baik, rohani peserta didik juga didik agar nanti dapat dipergunakan di kehidupan masa depannya. Serangkaian kegiatan taruna di SMK Negeri 1 Geger Madiun antara lain: (1) sholat dhuha; (2) bimbingan jasmani; (3) bimbingan dan konseling; (4) Persiapan Baris Berbaris (PBB); (5) karate. Seperti kegiatan-kegiatan yang lain, bagi peserta didik yang tanpa alasan meninggalkan kegiatan taruna ini akan diberi poin punishment oleh pelatih taruna. Karena pada dasarnya semua yang dilaksanakan kembali pada aturan atau tata tertib yang telah ditegakkan.

5)       Ekstrakulikuler Pramuka

Ekstrakulikuler pramuka dilaksanakan setiap hari jumat pada pukul 13.30 WIB sampai 16.30 WIB. Penanggung jawab ekstra ini adalah Pembina dan senior pramuka atau disebut Dewan Ambalan Penegak (DAP). Ekstrakulikuler pramuka bertujuan untuk membentuk karakter disiplin peserta didik, seperti kegiatan rutin yang lainnya. Dimana dalam ekstrakulikuler pramuka, peserta didik dilatih untuk disiplin waktu, misalnya saat menerima panggilan, saat itu juga peserta didik harus segera menuju ke sumber suara, disiplin waktu untuk sholat, disiplin waktu dalam upacara pembukaan dan penutupan serta disiplin saat kegiatan dimulai dan berlangsung.

6)       Sholat Jumat

Sholat jumat dilaksanakan setiap hari jumat di masjid Ar-rasyid SMK Negeri 1 Geger Madiun. Sholat jumat dilaksanakan dengan cara terjadwal. Karena kapasitas masjid tidak mencukupi jika menampung semua peserta didik. Peserta didik yang tidak mengikuti sholat jumat dalam jadwalnya, maka akan dikenakan poin punishment. Sholat jumat, selain bertujuan untuk mempertebal keimanan atau kerohanian juga untuk membentuk karakter disiplin peserta didik. Disiplin melaksanakan sholat jumat secara terjadwal, disiplin ketika masuk, disiplin dalam meluruskan shaff, dan lain-lain.

  1. Kegiatan Spontan

Kegiatan spontan adalah kegiatan yang dilakukan saat itu juga, tanpa ada rencana. Berdasarkan temuan penelitian, kegiatan spontan dalam pendidikan karakter berbasis budaya disiplin di SMK Negeri 1 Geger Madiun dilaksanakan ketika guru mengetahui peserta didik yang melakukan pelanggaran maka secara spontan guru akan memberi poin punishment kepada peserta didik tersebut. Selain itu, kegiatan spontan yang dilaksanakan adalah razia atribut dan razia rambut. Razia atribut dilaksanakan saat berada di depan gerbang sekolah saat peserta didik akan memasuki sekolah dan setelah selesai upacara bendera atau apel pagi. Razia atribut dilaksanakan untuk mengontrol dan mengecek peserta didik yang belum ber-atribut secara lengkap. Sedangkan razia rambut dilaksanakan untuk mengontrol dan mengecek potongan rambut yang sudah panjang bagi peserta didik laki-laki. Pihak sekolah biasanya mendatangkan tukang cukur setiap tiga bulan sekali. Jadi peserta didik yang terjaring razia, rambutnya akan di pangkas oleh tukang cukur yang sudah disediakan sekolah. Kegiatan spontan tersebut dilaksanakan untuk membiasakan peserta didik untuk mematuhi aturan atau hidup disiplin. Karena kedisiplinan sangat penting dalam seluruh aspek kehidupan.

  1. Keteladanan

Keteladanan adalah perilaku pendidik atau tenaga kependidikan dalam memberikan contoh yang baik kepada peserta didik, agar ditiru oleh peserta didik tersebut. Berdasarkan temuan penelitian, keteladanan yang diberikan kepala sekolah, guru, maupun karyawan dalam pendidikan karakter berbasis budaya disiplin di SMK Negeri 1 Geger Madiun adalah dalam hal disiplin waktu. Disiplin waktu dalam berangkat sekolah dan disiplin waktu dalam beribadah. Selain itu, guru memberi keteladanan yang lain yaitu berpakaian yang sesuai dan rapi. Semua keteladanan yang diberikan tersebut untuk memotifasi peserta didik agar dapat mencontoh, atau setidaknya tidak membuat pelanggaran.

  1. Pengkondisian

Pengkondisian adalah menciptakan suasana yang baik agar pelaksananaan pendidikan karakter berbasis budaya disiplin dapat berjalan dengan lancar. Dalam pendidikan karakter berbasis budaya disiplin di SMK Negeri 1 Geger Madiun, pengondisian yang dilakukan oleh sekolah agar menjaga suasana sekolah tetap baik adalah dengan menjalankan tata tertib sekolah dengan konsisten, konsisten untuk tidak melakukan pelanggaran sehingga dapat menciptakan suasana kelas dan sekolah yang kondusif. Dengan adanya aturan atau tata tertib, jika peserta didik melakukan pelanggaran akan diberi sanksi berupa poin punishment. Saat kegiatan KBM berlangsung, peserta didik dilarang untuk meninggalkan kelas meskipun dalam keadaan jam kosong. Karena ketika KBM berlangsung, kelas memiliki 3 kartu keluar masuk. Jika memang ada urusan yang urgent, peserta didik dapat menggunakan kartu tersebut untuk ijin ke guru piket. Selain konsisten dalam menjalankan aturan, dalam menciptakan pengkondisian sekolah guru dapat menjalankan perannya masing-masing. Dengan dua cara tersebut dan benar-benar dilakukan, maka suasana kondusif di sekolah akan terwujud.

 

Berdasarkan kegiatan rutin yang dilaksanakan dalam pendidikan karakter berbasis budaya disiplin di SMK Negeri 1 Geger Madiun, hal tersebut sesuai dengan strategi yang dapat dilakukan dalam penanaman nilai-nilai karakter menurut Kemendiknas (2011:8), yang menjelaskan.

  1. Kegiatan Rutin

Kegiatan rutin yaitu kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus menerus dan konsisten setiap saat. Misalnya kegiatan upacara hari senin, upacara besar kenegaraan, pemeriksaan kebersihan badan, piket kelas, sholat berjamaah, berbaris ketika masuk kelas, berdo’a sebelum pelajaran dimulai dan diakhiri, dan mengucapkan salam apabila bertemu guru, tenaga pendidik, dan teman.

  1. Kegiatan Spontan

Kegiatan spontan dilakukan peserta didik secara spontan saat itu juga, misalnya mengumpulkan sumbangan ketika ada teman yang terkena musibah atau sumbangan untuk masyarakat ketika terjadi bencana.

  1. Keteladanan

Merupakan perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan dan peserta didik dalam memberikan contoh melalui tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik lain. misalnya nilai disiplin, kebersihan dan kerapian, kasih sayang, kesopanan, perhatian, jujur, dan kerja keras.

  1. Pengkondisian

Pengkondisian yaitu penciptaan kondisi yang mendukung keterlaksanaan pendidikan karakter, misalnya kondisi toilet yang bersih, tempat sampah, halaman yang hijau dengan pepohonan, poster kata-kata bijak yang dipajang di lorong sekolah dan di dalam kelas.

 

  1. Peran Warga dalam Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Disiplin.
    1. Peran Kepala Sekolah

Peran kepala sekolah dalam pendidikan karakter berbasis budaya disiplin di SMK Negeri 1 Geger Madiun adalah senantiasa memberikan motivasi tentang kedisiplinan kepada peserta didik melalui kegiatan upacara setiap hari senin saat menjadi pembina, maupun masuk ke kelas-kelas. Selain itu, sebagai vigur kepala sekolah juga memberikan contoh kedisiplinan kepada peserta didik maupun guru lainnya dalam hal tepat waktu dalam berangkat sekolah dan dalam beribadah. Kepala sekolah juga membangun kerjasama tim, memberikan dukungan terhadap semua progam yang berkaitan dengan kedisiplinan.Temuan penelitian tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Wuradji (Wibowo, 2013: 155), “Kepala sekolah memiliki tiga peran penting guna menunjang keberhasilan pendidikan karakter, yaitu: (a) peran kepemimpinan, (b) peran manajerial, (c) peran pengembangan kurikulum dan pembelajaran”.

 

  1. Peran Guru

Berdasarkan temuan di lapangan, peran guru dalam pendidikan karakter berbasis budaya disiplin di SMK Negeri 1 Geger Madiun adalah ikut serta menjalankan progam kedisiplinan dengan mempertahankan budaya disiplin siswa agar tetap terlaksana dengan baik, dan melanjutkan budaya disiplin siswa tersebut dalam kehidupan guru tersebut,  serta mengontrol peserta didik melalui sistem reward dan punishment. Temuan penelitian tersebut sesuai dengan peran guru menurut Zubaedi (2011:163-164), sebagai berikut.

Para pendidik atau guru dalam konteks pendidikan karakter dapat menjalankan lima peran. Pertama, conservator (pemelihara). Kedua, innovator (pengembang) sistem nilai ilmu pengetahuan. Ketiga transmit (penerus) sistem-sistem nilai ini kepada peserta didik. keempat,  transformator (penerjemah) sistem-sistem nilai ini melalui penjelmaan dalam pribadinya dan perilakunya, dalam proses interaksi dengan sasaran didik. kelima, organisator (penyelenggara) terciptanya proses edukatif yang dapat dipertanggungjawabkan, baik secara formal (kepada pihak yang mengangkat dan menugaskannya) maupun secara moral (kepada sasaran didik, serta tuhan yang menciptakannya).

 

Selain itu, peran guru dalam pendidikan karakter berbasis budaya disiplin di SMK Negeri 1 Geger Madiun adalah memberi contoh tentang kedisiplinan kepada peserta didik. Contoh tersebut adalah berangkat sekolah tepat waktu, berpakaian rapi, dan tepat waktu dalam beribadah. Temuan penelitian tersebut sesuai dengan pendapat Mulyasa (2013:63) mengungkapkan “guru merupakan vigor utama, serta contoh dan teladan bagi peserta didik”.

 

  1. Peran Orang Tua

Peran orang tua yang dilakukan adalah mengontrol anaknya dengan memberi motivasi tentang kedisiplinan dan mengingatkan untuk selalu mematuhi peraturan sekolah. Temuan penelitian tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Rachman (1997:183), yang menyatakan “dalam  partisipasi yang dilakukan orang tua untuk anaknya adalah ikut membantu tegaknya disiplin sekolah, ikut mendorong putra putrinya dalam mematuhi tata tertib sekolah, serta mendorong putra-putrinya memelihara keamanan, ketertiban, keindahan, dan kekeluargaan serta kerapian baik di rumah maupun di sekolah”.

Sebelum peserta didik menjadi peserta didik yang sah di SMK Negeri 1 Geger Madiun, sekolah mengadakan sosialisasi untuk calon wali murid. Sosialisasi tersebut berkenaan tentang profil sekolah serta peraturan-peraturan yang akan dijalankan. Tidak hanya sosialiasi pada tahun ajaran baru, SMK Negeri 1 Geger Madiun juga membuat komunitas yang melibatkan para orang tua dengan wali kelas anaknya masing-masing agar komunikasi dapat terjalin dengan baik. Temuan penelitian tersebut sesuai dengan ungkapan Rachman (1997:181-182), dengan adanya hubungan antara sekolah dengan masyarakat diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut: (a) orangtua siswa mengetahui tentang kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sekolah; (b) sekolah mengetahui semua kegiatan orangtua dan para siswa dirumah; (c) orangtua siswa mau memberi perhatian yang sangat besar dalam menunjang kegiatan-kegiatan sekolah.

Keterlibatan orang tua selain itu adalah adanya panggilan orang tua ketika anaknya yang mencapai poin punishment 30, 60, sampai 90. Poin 30 panggilan orang tua pertama, poin 60 panggilan orang tua kedua, poin 90 panggilan orang tua ketiga. Tujuan adanya panggilan orang tua tersebut adalah agar orang tua mengetahui permasalahan atau pelanggaran yang dilakukan anak dan dapat sama-sama mencari alternatif penyelesaian dengan pihak sekolah. Dengan begitu, orang tua dapat terlibat secara langsung dalam upaya menyelesaikan masalah kedisiplinan anak. Temuan penelitian tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Nurkholis (2003:12) yang menyatakan “Orang tua siswa harus menyediakan waktu untuk berkunjung ke sekolah untuk mengontrol kegiatan pendidikan anaknya”.

 

  1. Peran Masyarakat

Temuan penelitian tentang peran masyarakat dalam pendidikan karakter berbasis budaya disiplin di SMK Negeri 1 Geger Madiun adalah ikut serta mendisiplinkan peserta didik dengan cara mengingatkan agar peserta didik segera bergegas menuju ke sekolah setelah memarkir sepeda motor di masyarakat sekitar sekolah. Hal tersebut dilakukan oleh masyarakat agar peserta didik tidak terlambat datang ke sekolah. Karena pada pukul 06.45 WIB sirine sudah dibunyikan, hal tersebut menandakan apel pagi segera di mulai dan gerbang akan segera ditutup. Temuan penelitian tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Subroto (2012: 69), yang menyatakan “hubungan sekolah dengan masyarakat serta hubungan sekolah dengan orang tua murid pada hakikatnya adalah suatu sarana yang cukup mempunyai peran menentukan dalam usaha pembinaan, penumbuhan, dan pengembangan murid-murid di sekolah”.

Selain ikut serta mendisiplinkan peserta didik, masyarakat juga berperan dalam memberikan informasi kepada sekolah jika melihat peserta didik SMK Negeri 1 Geger Madiun melakukan pelanggaran di luar sekolah. Temuan penelitian tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Mulyasa (2005: 51), yang menyatakan hubungan yang harmonis antara sekolah dan masyarakat akan membentuk.

  1. Saling pengertian antara sekolah, orang tua, masyarakat, dan lembaga-lembaga lain yang ada di masyarakat, termasuk dunia kerja;
  2. Saling membantu antara sekolah dan masyarakat karena mengetahui manfaat, arti, dan pentingnya peranan masing-masing;
  3. Akan menumbuhkan rasa tanggung jawab atau suksesnya pendidkan sekolah.

 

PENUTUP

Berdasarkan hasil pembahasan yang penulis uraikan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

  1. Pelaksanaan pendidikan karakter berbasis budaya disiplin di SMK Negeri 1 Geger Madiun  menggunakan tata tertib dengan sistem reward dan punishment. Reward diberikan kepada peserta didik yang melakukan kebaikan, sedangkan punishment diberikan kepada peserta didik yang melakukan pelanggaran. Jumlah poin reward terbanyak diberikan beasiswa pendidikan oleh sekolah. Sedangkan jumlah poin punishment tertentu diberikan Surat Peringatan atau SP serta panggilan orang tua. Poin reward yang didapat peserta didik, dapat menghapus poin punishment yang diperoleh.
  2. Strategi Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Disiplin di SMK Negeri 1 Geger Madiun melalui: (a) kegiatan rutin yang meliputi: apel pagi, apel siang, upacara bendera, kegiatan ketarunaan, ekstrakulikuler pramuka, dan sholat jumat; (b) kegiatan spontan ketika guru mengetahui peserta didik melakukan pelanggaran, guru langsung memberi poin punishment atau sanksi. Selain itu adalah razia atribut dan razia rambut; (c) keteladanan yang diberikan kepala sekolah dan guru adalah disiplin waktu serta berpakaian rapi; (d) pengkondisian yang diterapkan sekolah adalah dengan konsistensi dalam menjalankan aturan, konsisten untuk tidak melakukan pelanggaran sehingga akan menciptakan suasana kelas dan sekolah yang kondusif. Serta guru dapat berperan dalam tugasnya masing-masing.
  3. Peran Warga Sekolah dalam Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Disiplin di SMK Negeri 1 Geger Madiun dijabarkan menjadi peran kepala sekolah; peran guru; peran orang tua; dan peran masyarakat. (a) peran kepala sekolah adalah mendukung dan mengesahkan progam kedisiplinan serta memotivasi para guru untuk terus konsisten menjalankan progam disiplin dan memberi contoh yang baik kepada peserta didik. Selain ke guru, kepala sekolah juga memberi motivasi kepada peserta didik terkait kedisiplinan, biasanya disampaikan melalui kegiatan upacara bendera setiap hari senin atau masuk ke kelas-kelas. Kepala sekolah juga memberi contoh disiplin waktu serta berpakaian yang rapi. (b) peran guru adalah menjalankan progam kedisiplinan dan mengontrol peserta didik melalui sistem reward dan punishment serta memberi contoh kedisiplinan kepada peserta didik. (c) peran orang tua adalah ikut serta mendukung progam sekolah, mengawasi anaknya ketika berada di rumah, dan mengingatkan agar senantiasa mematuhi peraturan sekolah, serta memenuhi panggilan orang tua ke sekolah. (d) peran masyarakat adalah ikut serta mendisiplinkan peserta didik ketika berada di luar sekolah, serta memberikan informasi kepada sekolah jika mengetahui peserta didik melakukan pelanggaran di luar sekolah.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Bukit, Masriam. 2014. Strategi dan Inovasi Pendidikan Kejuruan, Dari Kompetensi ke Kompetisi. Bandung: Alfabeta.

 

Kementerian Pendidikan Nasional, Badan Penelitian dan Pengembangan, Pusat Kurikulum dan Perbukuan. 2011. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter (Berdasarkan Pengalaman di Satuan Pendidikan Rintisan). Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kemendiknas.

 

Miles, Matthew B, A., at all. 2014. Qualitative Data Analysis, A Methods Sourcebook. Thirds Edition. Sage Publicatioons, Inc.

 

Mulyasa. 2005. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

 

Mulyasa. 2013.  Manajemen Pendidikan Karakter (cetakan ke 3). Jakarta: bumi aksara.

 

Nurkolis. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: PT Grasindo.

 

Rachman, Maman. 1997. Manajemen Kelas. Semarang: IKIP

 

Subroto, Suryo. 2012. Hubungan Sekolah dengan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.

 

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Cetakan ke-20). Bandung: Alfabeta.

 

Wibowo, Agus. 2013. Manajemen Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

 

Wiyani, Novan Ardy. 2013. Manajemen Kelas: Teori dan Aplikasi untuk Menciptakan Kelas yang Kondusif (Cetakan ke-1). Yogjakarta: Ar-Ruzz Media.

 

Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan (Cetakan ke- 1). Jakarta: Kencana Prenanda Media Group.

Published
2017-08-10
Abstract Views: 210
PDF Downloads: 24