USAHA DAN PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MEWUJUDKAN PHBS DI SD HANG TUAH 10 SIDOARJO

  • YUGO SINATRYO

Abstract

USAHA DAN PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MEWUJUDKAN PHBS DI SD HANG TUAH 10 SIDOARJO

 

Yugo Sinatryo

Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya

e-mail: yugorio@gmail.com

Muhammad Syafiq

Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya

e-mail: muhammadsyafiq@unesa.com

 

Abstrak

Abstrak: Adanya permasalahan kesehatan anak di Indonesia menjadi latarbelakang dilaksanakannya program Sekolah Dasar Bersih dan Sehat (SDBS) yang di laksanakan oleh Kemendikbud. Untuk merealisasikan program SDBS tersebut maka diperlukan adanya pelaksanaan Perilaku Hidup BersihdanS ehat (PHBS) yang dilakukan pada tatanan sekolah dasar (SD). Dalam rangka mewujudkan PHBS di tatanan sekolah Kepala Sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam mewujudkan hal tersebut, kepala sekolah juga melakukan beberapa usaha untuk menjadikan sekolah yang dipimpinnya agar memenuhi indikator yang ada dalam indikator PHBS di sekolah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan mengenai: (1) Usaha kepala sekolah dalam mewujudkan PHBS di SD Hang Tuah 10 Sidoarjo. (2) Peran kepala sekolah dalam mewujudkan PHBS di SD Hang Tuah 10 Sidoarjo. (3) Faktor penghambat dan pendukung dalam mewujudkan PHBs di SD Hang Tuah 10 Sidoarjo. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan rancangan penelitian studikasus. Teknik    pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakanan alisis deskriptif kualitatif melalui tiga langkah yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Pengecekan keabsahan data dengan menggunakan kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas dan konfirmabilitas. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Usaha kepala sekolah dalam mewujudkan PHBS di SD Hang Tuah 10 Sidoarjo yaitu kepala sekolah melakukan usaha-usaha dalam tahap pembinaan PHBS di sekolah, kepala sekolah melakukan usaha-usaha dalam tahap penerapan PHBS di sekolah, kepala sekolah melakukan usaha-usaha dalam tahap evaluasi PHBS di sekolah dan kepala sekolah melakukan usaha-usahanya untuk memebuhi indikator PHBS di sekolah. (2) Peran kepalasekolah dalam mewujudkan PHBS di sekolah yakni kepala sekolah berperan sebagai innovator dalam mewujudkan PHBS di sekolah dan kepala sekolah berperan sebagai motivator dalam mewujudkan PHBS di sekolah. Dan (3) Faktor-Faktor yang menjadi penghambat dalam mewujudkan PHBS di sekolah adalah factor siswa yang masih belum seluruhnya termotivasi untuk ber-PHBS di sekolah dan faktor proses penganggaran dan, sedangkan factor pendukung dalam mewujudkan PHBS di sekolah adalah antusiasme guru dan stakeholder dalam melaksanakan program PHBS

Kata kunci: usaha kepala sekolah, peran kepala sekolah, faktor penghambat, faktor pendukung.

 

 

HEADMASTER SCHOOL EFFORTS AND ROLES IN ORDER TO CREATE CLEAN AND HEALTHY BEHAVIOR IN SD HANG TUAH 10 SIDOARJO

Abstract

Abstract : Kemendikbud (Education and Culture Ministry) were doing a program called by Sekolah Dasar Bersih dan Sehat/SDBS (Healthy and Clean Elementary School ) based on the childrens health problems that occurs in Indonesia. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat/PHBS (Clean and Healthy Behavior) programs in elementary school (SD) level were needed to held in order to realized that SDBS program, in order to made that things happen, headmaster of school have a important roles and efforts to do in case to accomplished that purpose. Objective of this study is to describe about: (1) Headmaster efforts in order to create PHBS in SD Hang Tuah 10 Sidoarjo. (2) Headmaster roles in order to create PHBS in SD Hang Tuah 10 Sidoarjo.(3) Obstruction and supporting factor in order to create PHBS in SD Hang Tuah 10 Sidoarjo. This study used qualitative approach by using study design of case study. Technique of collecting data used interview technique, observation and documentation. Technique of analyzing data used analysis of qualitative descriptive by three steps which are data reduction, data serving and conclude conclusion. Checking data validity by using credibility, transferability, dependability and confirmabilty. Result of the study shows: (1)Headmaster efforts in order to create PHBS in SD Hang Tuah 10 were doing an efforts in founding phase, doing an efforts in implementation phase,doing an efforts in evaluation phaseand doing an efforts to accomplished all PHBS`s indicators. (2) The headmaster has two roles in order to create PHBS in  SD Hang Tuah 10 Sidoarjo, those was a role as invator and as motivator. (3) The obstruction factors in order to create PHBS in SD Hang Tuah 10 Sidoarjo were the students less likely motivated to do PHBS in school and problems in calculating phase, and the supporting factor was an enthusiasm of the theachers and stakeholders in doing PHBS programs.

Keywords: Headmaster efforts, headmaster roles, obstruction factor, supporting factor

 


PENDAHULUAN

Kemendikbud (2014:5) menjelaskan bahwa salah satu tolak ukur pengembangan pendidikan karakter adalah kebersihan dan kesehatan, terkait dengan fungsi pendidikan ini, sekolah sebagai tempat belajar memiliki lingkungan bersih dan sehat untuk mendukung berlangsungnya proses pembelajaran yang baik. Sekolah berperan membentuk peserta didik agar memiliki perilaku bersih dan sehat untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mendukung pencapaian tujuan pendidikan, maka Kemendikbud suatu program yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan prestasi belajar peserta didik melalui penciptaan lingkungan sekolah dasar bersih dan sehat yang disebut dengan program Sekolah Dasar Bersih dan Sehat.

Kemendikbud (2014:1) menjelaskan bahwa Sekolah Dasar Bersih Sehat (SDBS) adalah sekolah dasar yang warganya secara terus-menerus membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), dan memiliki lingkungan sekolah yang bersih, indah, sejuk, segar, rapih, tertib, dan aman. SDBS mengutamakan pentingnya pembangunan kesehatan melalui kegiatan yang bersifat promotif dan preventif, sehingga dapat mendorong kemandirian semua warga sekolah dan masyarakat di lingkungan sekolah untuk berperilaku hidup sehat, memelihara kesehatannya, dan meningkatkan kesehatannya. Untuk menciptakan SDBS, salah satu usaha yang harus dilakukan adalah dengan pembudayaan PHBS di Sekolah.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat (Kemenkes RI, 2011:7). PHBS merupakan salah satu kebijakan nasional yang terdapat dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI. NO.1193/MENKES/SK/2004. PHBS merupakan program pemerintah dalam rangka menciptakan suatu kondisi perorangan, kelompok, keluarga dan masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan serta perilaku sadar sehingga mau dan mampu untuk mempraktekkan PHBS (Mutrowi, 2009:1)

Pelaksanaan PHBS di Sekolah Dasar memiliki peran penting dalam menghadapi permasalahan kesehatan anak yang ada di Indonesia, World Health Organization (WHO) menyebutkan setiap tahunnya sekitar 2,2 juta orang di Negara berkembang terutama anak-anak meninggal dunia akibat dari berbagai penyakit yang disebabkan oleh kurangnya air minum yang bersih dan aman, masalah sanitasi dan kebersihan yang buruk. Selain itu, terdapat bukti bahwa pelayanan sanitasi yang memadai, persediaan air yang aman, sistem pembuangan sampah serta pendidikan kebersihan dapat menekan angka kematian akibat diare sampai 65%, serta penyakit lainnya sebanyak 26% (Tim Field Lab, 2013:1).

Data yang telah dipaparkan oleh WHO berlaku juga kepada  Indonesia yang merupakan salah satu dari Negara berkembang, lebih terperinci lagi Menkes menjelaskan permasalahan terkait kesehatan anak di Indonesia yaitu bahwa jumlah anak-anak perokok di atas usia 10 tahun di Indonesia meningkat sejak tahun 2007-2011. Persoalan lainnya, anak-anak Indonesia ke depan cenderung memiliki karakter fisik yang kurang tinggi dan kelebihan berat badan. Ini terkait pola makan yang tidak teratur. Permasalahan ini harus lah ditanggapi dengan serius mengingat pada tahun 2016 jumlah anak usia 0-14 tahun diestimasikan mencapai 70,096 juta jiwa dan diperkirakan mencapai 70,295 juta pada tahun 2017 (BPS, 2015).

Untuk menciptakan suatu lingkungan sekolah yang bersih dan sehat maka diperlukanlah pembiasan perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan sekolah tersebut. Untuk menciptakan kondisi tersebut Kepala sekolah yang memiliki peran sebagai edukator, motivator, administrator, supervisor, leader, innovator, dan manajer di dalam sekolah memiliki peran yang sangat dibutuhkan sesuai dengan penjelasan di dalam Mulyasa (2011:120).

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Dra. Ni Ketut Murniati selaku kepala seksi kesiswaan dalam bidang pendidikan dasar di dinas pendidikan kabupaten Sidoarjo menyatakan bahwa Sekolah Dasar yang memiliki predikat sebagai sekolah dasar bersih dan sehat terbaik se-Sidoarjo adalah SD Hang Tuah 10 Sidoarjo. Pernyataan tersebut berdasarkan fakta bahwa SD Hang Tuah 10 Sidoarjo memiliki prestasi sebagai UKS percontohan Nasional dan Sekolah Adiwiyata kategori Nasional, prestasi tersebut didapatkan tidak lepas dari peran kepala sekolah yang menciptakan budaya bersih dan sehat sejak tahun 1986.

Ibu Wiwit S.Pd sebagai kepala sekolah SD Hang Tuah 10 menyatakan bahwa dalam menciptakan suatu budaya perilaku bersih dan sehat di sekolah memerlukan waktu yang tidak singkat dan dimulai secara bertahap. Dalam penanaman budaya bersih dan sehat tersebut harus didukung oleh prasarana dan juga tenaga kepagawaian baik guru maupun non guru. Salah satu contoh program yang diciptakan oleh Kepala Sekolah SD Hang Tuah 10 Sidoarjo dalam rangka menanamkan budaya perilaku bersih dan sehat adalah mengadakan kegiatan “Jumat bersih” adapun dalam hal sarana dan prasarana adalah pengadaan wastafel di depan setiap kelas yang ada dan pengadaan toilet sesuai dengan kapasitas standar yang ditentukan. Hal-hal yang telah disebutkan sebelumnya merupakan sebagian kecil contoh dari program yang ada di SD Hang Tuah 10 Sidoarjo.

  Sesuai dengan penjelasan yang sebelumnya maka peneliti berinisiatif untuk melakukan penelitian tentang bagaimana implementasi PHBS dan bagaimana peran kepala  sekolah dalam implementasi PHBS di SD Hang Tuah 10 Sidoarjo, maka dari itu peneliti mengangkat judul “Usaha dan Peran Kepala Sekolah dalam Mewujudkan PHBS di SD Hang Tuah 10 Sidoarjo”.

 

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan penelitian studi kasus. Rancangan studi kasus, merujuk pada pernyataan Yin (2012:1) yang menyatakan bahwa  studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how(bagaimana) atau why(mengapa), bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki dan bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer (masa kini) di dalam konteks kehidupan nyata.

Lokasi penelitian di SD Hang Tuah 10 Sidoarjo yang dilakukan pada tanggal 20 Desember – 30 Maret 2017  dengan menggunakan teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan subjek penelitian ini yaitu: Kepala Sekolah, Penanggungjawab UKS dan Manajer UKS.

Teknik Analisis data dalam penelitian ini menggunakan data reduction, data display, dan conclusion drawing / verification merujuk pada pendapat Miles dan Huberman (Sugiyono, 2014:246), sedangkan Untuk menjamin keabsahan data peneliti mengikuti 4 macam kriteria seperti yang dikemukakan Licoln dan Guba (Riyanto,2007:17) yaitu kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas, dan konfirmabilitas. 

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini menghasilkan temuan terkait tiga fokus utama yaitu usaha kepala sekolah dalam mewujudkan PHBS di SD Hang Tuah 10 Sidoarjo, peran kepala sekolah dalam mewujudkan PHBS di SD Hang Tuah 10 Sidoarjo dan faktor penghambat dan pendukung dalam mewujudkan PHBS di SD Hang Tuah 10 Sidoarjo.

  1. 1.    Usaha kepala sekolah dalam mewujudkan PHBS di SD Hang Tuah 10 Sidoarjo 

Dalam temuan penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa: 1) Usaha kepala sekolah dalam melaksanakan pembinaan PHBS di Sekolah meliputi melakukan tahap analisis situasi yang dilaksanakan pada tahun 2009; membentuk kelompok kerja khusus yang melibatkan seluruh guru dan stakeholder yang ada; pembuatan kebijakan PHBS bersama para guru dan stake holder; penyiapan pengadaan infrastruktur PHBS yang diawali dengan evaluasi, pengamatan, pembuatan program, kemudian dilakukan penganggaran dalam RAPBS; sosialisasi program PHBS di sekolah melalui rapat, penyebaran surat edaran, dan pemasangan banner dan pamflet tentang PHBS di sekitar area sekolah; 2) Usaha kepala sekolah dalam melaksanakan penerapan PHBS di sekolah meliputi menanamkan nilai-nilai PHBS melalui pembiasaan; menanamkan PHBS di luar jam pelajaran sekolah melalui pengadaan kegiatan-kegiatan kebersihan yang melibatkan siswa, lomba kebersihan kelas, event cuci tangan, penyebaran pesan-pesan PHBS di sekolah melalui pamflet dan banner yang di pasang di sekitar area sekolah, dan olah raga bersama pada hari Jum`at ; melakukan bimbingan PHBS kepada siswa melalui konseling dengan cara mengundang para ahli kesehatan dari staff puskesmas, dokter rumah sakit angkatan laut, dan staff angkatan laut untuk memberikan pengetahuan atau pengajaran mengenai PHBS,  dan melibatkan guru bimbingan dan konseling dalam menghadapi permasalahan terkait siswa yang melanggar peraturan PHBS di sekolah; dan mengadakan kegiatan penyuluhan dan keterampilan  yang dilakukan kepada  siswa dan wali murid, memasang pamflet dan banner PHBS di sekitar area sekolah, mengundang ahli kesehatan dan pihak puskesmas untuk mendidik kader UKS, membimbing para siswa untuk membuat mading PHBS; 3) Usaha kepala sekolah dalam melaksanakan evaluasi PHBS di sekolah meliputi evaluasi jangka waktu panjang yang dilakukan pada setiap semester dan akhir tahun dan evaluasi jangka pendek yang dilakukan setiap hari dan ketika sekolah akan mengikuti event;  4) Usaha kepala sekolah dalam memenuhi indikator PHBS di sekolah yang meliputi menyediakan tempat cuci tangan di depan kelas, mewajibkan siswa untuk mencuci tangan sebelum masuk kelas, dan mengadakan event cuci tangan bersama; mewajibkan kantin untuk menjual makanan yang memiliki gizi, teruji oleh BPOM, bebas dari 5P, dan melarang berjualan di depan sekolah, melarang siswa untuk jajan di luar sekolah; melibatkan penata sekolah dan piket siswa dalam pembersihan jamban dan menyediakan masing-masing jamban bagi laki-laki dan perempuan; mewajibkan siswa untuk berlahraga 2 kali dalam seminggu, sedangkan guru seklai dalam seminggu; melibatkan siswa dan penata sekolah untuk membersihkan jentik-jentik nyamuk pada saaat pembersihan jamban dengan memberikan abate; menciptakan sekolah yang bebas rokok dengan cara memasang cctv, melarang warga sekolah untuk merokok, mensosialisasikan larangan merokok dan memasang pamflet larangan untuk merokok; melakukan kegiatan penimbangan berat badan setiap semester sekali yang dilakukan oleh kader UKS dan guru; dan menyediakan 2 macam tempat sampah di depan setiap kelas dan sekitar area sekolah, membuat larangan membuang sampah sembarangan dan memperingatkan siswa yang membuang sampah sembarangan.

Berdasarkan hasil temuan penelitian tersebut dapat dilihat bahwa kepala sekolah telah melakukan 3 pendekatan tersebut yakni pendekatan pimpinan dengan menjadikan perannya sebagai pemimpin di sekolah untuk mewujudkan PHBS di sekolah, bina suasana dengan cara menciptakan suasana sekolah yang kondusif untuk melaksanakan PHBS dengan  tidak hanya membuat lingkungan yang nyaman saja akan tetapi dengan menciptakan perilaku warga sekolah yang selalu ber-PHBS.

Kemudian berdasarkan temuan diatas dapat diketahui bahwa usaha kepala sekolah dalam mewujudkan PHBS di SD Hang Tuah 10 Sidoarjo dimulai dalam 3 tahap yakni tahap pembinaan, tahap penerapan dan tahap evaluasi. Hal ini sesuai dengan apa yang dijelaskan Kemenkes RI (2011:7) bahwa langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam implementasi PHBS di sekolah adalah pembinaan, penerapan dan evaluasi PHBS di sekolah.

Selanjutnya dalam melaksanakan pembinaan PHBS di sekolah kepala sekolah melakukan beberapa tahapan kegiatan yakni analisis situasi, pembentukan kelompok kerja khusus, pembuatan kebijakan PHBS di sekolah, penyiapan infrastruktur dan sosialiasi penerapan PHBS di sekolah. Hal ini sesuai dengan penjelasan Kemenkes RI (2011:7-11)

Kemudian menurut Kemenkes RI (2011:9-10) dijelaskan bahwa dalam menerapkan PHBS di sekolah ada langkah-langkah yang dilakukan secara bertahap antara lain: 1) menanamkan nilai-nilai untuk ber-PHBS kepada siswa sesuai kurikulum yang berlaku; 2) menanamkan nilai-nilai untuk ber-PHBS kepada siswa yang dilakukan diluar jam pelajaran biasa; 3) bimbingan hidup bersih dan sehat melalui konseling; dan 4) kegiatan penyuluhan dan latihan keterampilan dengan melibatkan peran aktif siswa, guru dan orang tua antara lain melalui penyuluhan kelompok, pemutaran kaset radio/fil, penempatan media poster, pemyebaran leaflet dna membuat majalah dinding.

Hal ini sesuai dengan apa yang dilakukan oleh kepala sekolah pada tahap penerapan PHBS di sekolah, namun pada langkah pertama yaitu menanamkan nilai-nilai untuk ber-PHBS kepada siswa sesuai kurikulum yang berlaku, kepala sekolah tidak melakukannya melainkan kepala sekolah menanamkan nilai-nilai PHBS tersebut kepada siswa melalui pembiasaan. Adapun pada langkah kedua sampai keempat, apa yang dilakukan kepala sekolah sesuai dengan teori tersebut..

Tahap ketiga dari implementasi PHBS di sekolah adalah evaluasi, menurut Kemenkes RI (2011:11) dijelaskan bahwa hal yang dilakukan dalam dalam tahap pemantauan dan evaluasi adalah melakukan pemantuan dan evaluasi secara periodik dalam kurun waktu yang telah ditentukan tentang kebijakan-kebijakan PHBS yang telah dilaksanakan oleh kepala sekolah, serta meminta pendapat Pokja PHBS di sekolah dam melakukan kajian terhadap masalah yang ditemukan, kemudian memutuskan apakah perlu penyesuaian terhadap kebijakan.

Penjelasan tersebut sesuai dengan apa yang dilakukan kepala sekolah dalam melaksanakan tahap evaluasi PHBS di sekolah, pada prakteknya kepala sekolah melakukan evaluasi secara periodik dalam kurun waktu yang telah ditentukan yaitu evaluasi jangka pendek yang dilakukan setiap hari dan ketika ada event dan evaluasi jangka panjang yang dilakukan setiap semester dan akhir tahun, selain itu kepala sekolah juga melibatkan kelompok kerja PHBS dalam melakukan evaluasi kebijakan PHBS di sekolah, kelompok kerja tersebut melakukan pengamatan tentang bagaimana program PHBS di sekolah berjalan.

Berdasar hasil temuan yang telah peneliti paparkan sebelumnya didapati bahwa kepala sekolah telah melakukan usaha-usaha untuk memenuhi * indikator PHBS di sekolah, akan tetapi pada poin menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan, kepala sekolah belum melakukan hal tersebut melainkan kepala sekolah hanya meleksanakan kegiatan menimbang berat dan mengukur tinggi badan setiap satu semester sekali.

 

 

 

 

  1. 2.    Peran kepala sekolah dalam mewujudkan PHBS di SD Hang Tuah 10 Sidoarjo

Dalam temuan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa: 1) Kepala sekolah menerapkan beberapa kebijakan yang inovatif dalam rangka menciptakan sekolah yang ber-PHBS. Kepala sekolah juga memberi kesempatan pada guru dan wali murid untuk menyampaikan inovasi mereka; 2) Peran kepala sekolah sebagai motivator dapat dilihat dari kegiatan yang dilakukan kepala sekolah meliputi kepala sekolah selalu memotivasi warga sekolah dengan memberikan pesan dan nasehat untuk ber-PHBS pada setiap apel pagi hari senin dan apel pagi harian untuk guru; kepala sekolah memberikan punishment kepada siswa yang tidak ber-PHBS di sekolah; kepala sekolah mengundang para ahli kesehatan untuk memberikan motivasi tentang PHBS kepada siswa; kepala sekolah memberikan apresiasi kepada siswa dan guru yang aktif ber-PHBS.

Huberman (dalam Ibrahim, 1988:41) menyatakan bahwa “Innovation is the creative selection, organization and utilization of human and material resources in new and unique ways which will result in the attainment of a higher level of achievement for the defined goals and oblectives” yang artinya bahwa inovasi adalah pemilihan secara kreatif, pengorganisasian dan pemanfaatan dalam menggunakan sumber daya manusia dan materi dengan cara yang baru dan unik untuk mendapatkan hasil pencapaian yang lebih tinggi dalam tujuan dan objektif. Berdasarkan teori tersebut dan hasil temuan penelitian maka dapat dilihat bahwa kepala sekolah telah melakukan pemilihan secaara kreatif yakni ketika memilih kelompok kerja khusus PHBS, memilih stakeholder dan memilih kader UKS yang nantinya akan menjadi role model bagi temannya sendiri, kemudian kepala sekolah juga telah melakukan pengorganisasian dan pemanfaatan sumber daya materi dan manusia dengan baik hal itu dapat terlihat dengan antusiasme semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan PHBS di sekolah.

Mulyasa (2011:118-119) menyatakan bahwa dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai inovator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah, dan mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif. Kepala sekolah yang inovator akan tercermin dari cara-cara ia melakukan pekerjaannya secara konstruktif, kreatif, delegatif, integrative, rasional, objektif, pragmatis, keteladanan, disiplin, serta adaptable dan fleksibel, Kepala sekolah sebagai inovator harus mampu mencari, menemukan, dan melaksanakan berbagai pembaharuan di sekolah.

Adapun dari hasil temuan penelitian yang peneliti paparkan, terlihat bahwa kepala sekolah telah memenuhi beberapa poin dari yang telah dipaparkan dalam teori tersebut. Poin-poin yang telah dipenuhi antara lain yakni melaksanakan berbagai pembaharuan dan mencari gagasan baru di sekolah dengan menciptakan beberapa kebijakan PHBS yang tidak terdapat di sekolah lainnya, memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah dengan selalu datang ke sekolah lebih awal dan melakukan pengecekan kebersihan di sekitar area sekolah.

Selain berperan sebagai inovator, kepala sekolah juga berperan sebagai motivator dalam mewujudkan PHBS di SD Hang Tuah 10 Sidoarjo. Menurut Effendi (dalam Manullang, 2004:193) menjelaskan bahwa motivasi adalah kegiatan memberikan dorongan pada seseorang atau diri sendiri untuk mengambil suatu tindakan yang dikehendaki. Kemudian menurut Sutrisno (2011:109) motivasi adalah suatu faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu aktifitas tertentu, oleh karena itu motivasi sering kali diartikan pula sebagai faktor pendorong perilaku seseorang. Hal tersebut sesuai dengan hasil temuan penelitian yang telah peneliti paparkan yaitu bahwa kepala sekolah telah melakukan kegiatan untuk memberikan suatu dorongan kepada warga sekolah untuk selalu melakukan PHBS di sekolah yakni memberikan mereka motivasi melalui pesan dan nasehat untuk ber-PHBS yang selalu disampaikan setiap hari pada apel guru dan pada apel senin pagi, selain itu kepala sekolah juga memberikan punishment kepala mereka yang melanggar peraturan PHBS dan memberikan reward kepada mereka yang aktif dalam ber-PHBS.

Menurut Mulyasa (2011:120) menjelaskan bahwa sebagai motivator kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif, dan penyediaan berbagai sumber belajar melalui pengembangan Pusat Sumber Belajar. Sedangkan Menurut Sutomo (2011:97-98) dijelaskan bahwa peran dan fungsi kepala sekolah sebagai motivator yaitu memberikan motivasi kepada semua warga sekolah agar mereka dapat melaksanakan tugas-tugas di sekolah secara baik dan benar. Kepala sekolah bertugas membentuk lingkungan kerja dan suasasan kerja yang kondusif, membangun prinsip penghargaan dan hukuman yang sistemik.

.Berdasarkan hasil temuan yang telah peneliti paparkan, dapat terlihat bahwa kepala sekolah telah memenuhi beberapa poin tersebut yakni kepala sekolah memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada tenaga kependidikan dengan cara selalu memberikan pesan dan nasehat mengenai PHBS pada setiap apel guru, pengaturan suasana sekolah yang bersih, rapi dan rindang menjadikan warga sekolah termotivasi untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan sekolah, menerapkan disiplin mengenai peraturan-peraturan PHBS yang ada dengan memberikan peringatan kepada yang melanggarnya, dan memotivasi para siswa dan guru dengan memberikan apresisasi kepada mereka yang aktif dalam ber-PHBS di sekolah.

 

  1. 3.    Faktor penghambat dan pendukung dalam mewujudkan PHBS di SD Hang Tuah 10 Sidoarjo

Dalam temuan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa: 1).  Faktor yang menjadi penghambat dalam mewujudkan PHBS di SD Hang Tuah 10 Sidoarjo adalah karateristik perilaku siswa SD yang masih kekanak-kanakan dan system sekolah yang sudah menganut MBS, sehingga penganggaran hanya dilakukan pada RAPBS; 2). Faktor pendukung dalam mewujudkan PHBS di SD Hang Tuah 10 Sidoarjo adalah antusiasmu guru dan stakeholder dalam melaksanakan program PHBS di sekolah

Dalam prosesnya untuk mewujudkan PHBS di SD Hang Tuah 10 Sidoarjo kepala sekolah menghadapi berbagai hambatan, pertama adalah faktor perilaku siswa yang masih kekanak-kanakan, untuk menerapkan peraturan PHBS kepada mereka sangatlah diperlukan usaha yang ekstra dan berulang-ulang karena dari perilaku siswa-siswa tersebut beberapa program PHBS ada yang berjalan tidak sempurna, contohnya tidak adanya sabun cuci tangan di setiap tempat cuci tangan, padahal sabun tersebut telah disediakan oleh guru, namun para siswa menggunakannya untuk bermain-main sehingga ada beberapa tempat cuci tangan yang tidak ada sabunnya, kemudian masih adanya beberapa siswa yang tidak sengaja membawa tempat makan dan minum sendiri sehingga ketika membeli jajan di kantin, mereka menggunakan pembungkus yang disediakan oleh pihak kantin dan membawanya ke area sekolah, kemudian membuangnya sembarangan, hal-hal seperti itulah yang menjadikan PHBS di SD Hang Tuah 10 belum sempuran seutuhnya. Kemudian Selain faktor siswa juga terdapat faktor penghambat lainnya, yaitu status sekolah yang telah MBS, sebelum berstatus MBS SD Hang Tuah 10 Sidoarjo mendapatkan dana dari yayasan Hang Tuah, namun setelah MBS sekolah mulai mengelola dana tersebut secara mandiri dan hal ini berdampak pada penganggaran infrastruktur PHBS yang bermasalah sebelum tiba waktunya RAPBS.

Adapun faktor pendukung dalam mewujudkan PHBS di SD Hang Tuah 10 Sidoarjo adalah antusiasme guru dan stakeholder dalam melaksanakan program PHBS di SD Hang Tuah 10 Sidoarjo, stakeholder yang dimaksud adalah wali murid, puskesmas, PKK, dan warga sekitar, hal ini dikarenakan sekolah yang selalu mengajak para stakeholder untuk bekerjasama dalam mewujudkan PHBS di SD Hang Tuah 10 Sidoarjo.

 

PENUTUP

Berdasarkan temuan penelitian yang dilakukan di SD Hang Tuah 10 Sidoarjo maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

  1. Kepala sekolah telah melakukan usaha-usahanya dalam rangka mewujudkan PHBS di SD Hang Tuah 10 Sidoarjo dengan baik, hal tersebut dapat dilihat bahwa kepala sekolah telah melakukan tugas-tugasnya sesuai dengan buku teknis yang diterbitkan oleh Kemenkes RI, dan kepala sekolah telah melakukan usaha-usaha untuk memenuhi indikator PHBS di sekolah dan sebagian besar indikator tersebut telah terpenuhi di SD Hang Tuah 10 Sidoarjo, meskipun ada beberapa indikator yang masih belum terpenuhi.
  2. Dalam usahanya mewujudkan PHBS di SD Hang Tuah 10 Sidoarjo, kepala sekolah telah menjalankan perannya sebagai inovator dan motivator dengan baik, hal tersebut dapat terlihat dari adanya kebijakan-kebijakan unggulan dalam bidang kebersihan yang menjadikan SD Hang Tuah 10 Sidoarjo unggul dari sekolah lain, kemudian antusiasme para stakeholder PHBS yang tidak terlepas dari peran kepala sekolah sebagai motivator dalam memotivasi mereka setiap harinya untuk selalu menjalankan program PHBS di sekolah.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

BPS. 2015. Kebutuhan Data Ketenagakerjaan Untuk Pembangunan Berkelanjutan (online:http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/@asia/@ro-bangkok/@ilo-jakarta/documents/presentation/wcms_346599.pdf) diakses pada 14 November 2016.

 

Ibrahim. 1988. Inovasi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud.

 

Kemendikbud. 2014. Panduan Pelaksanaan Pembinaan Sekolah Dasar Bersih dan Sehat (SD Bersih Sehat). Jakarta: Kemendikbud.

 

Kemenkes RI. 2011. Interaksi Suplemen. Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan.

 

Kemenkes RI. 2011. Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Jakarta: Menteri Kesehatan RI.

 

Manullang,  M dan Marihot Manullang. 2004. Manajemen Kinerja Sumber Daya Manusia. Bogor: IPB Press.

 

Mulyasa, E. 2011. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. BandungL PT Remaja Rosdakarya.

 

Riyanto, Yatim. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Surabaya: UNESA University Press.

 

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

 

Sutomo. 2011. Manajemen Sekolah. Semarang: UPT MKK UNNES.

 

Sutrisno, Edy. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Ghalia Indonesia.

 

Tim. 2013. Modul Field Lab Semester V Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

 

Yin, Robert, K. 2012. Studi Kasus; Desain dan Metode. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Published
2017-10-09
Abstract Views: 407
PDF Downloads: 55