Variasi Leksikal Isolek Madura di Kabupaten Probolinggo dan Sumenep

  • DIANA MERY ASTUTI

Abstract

Bahasa Madura di Kabupaten Probolinggo terus menerus berinovasi dan terpengaruh oleh keadaan geografis sekitarnya. Dengan begitu perlu diketahui berapa banyak variasi leksikal yang terjadi pada isolek Madura di Kabupaten Probolinggo dengan bahasa Madura asli yang terletak di Kabupaten Sumenep sebagai daerah relik. Penelitian ini menggunakan metode cakap dan pupuan lapangan dengan tujuan menghasilkan variasi leksikal serta pemetaan, status variasi, dan kosakata bahasa Indonesia yang dipinjam oleh penutur isolek Madura di Kabupaten Probolinggo dan Sumenep. Terdapat 3 daerah pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu Desa Aeng Merah (DP1), Desa Tiris (DP2), dan Desa Kedungsari (DP3). Metode analisis yang digunakan yaitu metode padan, dialektometri, dan berkas isoglos, yang kemudian menunjukkan adanya variasi leksikal sebanyak 116 glos, variasi fonologis 144 glos, serta tanpa beda 140 glos. Menurut penghitungan dialektometri, status variasi pada DP 1:2 sebesar 72,4% yang dianggap sebagai perbedaan dialek. Pada DP 1:3 sebesar 76,7% yang juga dianggap sebagai perbedaan dialek. Sedangkan status variasi pada DP 2:3 sebesar 29,3% yang dianggap sebagai perbedaan wicara. Selanjutnya ditemukan sebanyak 12 glos zero atau glos yang tidak ada berian, serta 12 glos kosakata bahasa Indonesia yang dipinjam dan dipakai sebagai bahasa sehari-hari oleh penutur isolek Madura di Kabupaten Probolinggo dan Sumenep.
Kata kunci: variasi leksikal, pemetaan, isolek Madura.

Madura’s language in Probolinggo Regency continues to innovate and affected by the surrounding geographical conditions. Therefore, need to know how many lexical variations that happened to Madura isolect in Probolinggo Regency with original Madura’s language which is located in Sumenep Regency as a relic locations. This thesis uses data source based on daily conversation and study research in particular location with purpose of create a good description of lexical variation with mapping, status variation, and Indonesian vocabulary which borrowed by speaker of Madura’s isolect in Probolinggo and Sumenep Regency. There are 3 observation areas used in this study, namely is Aeng Merah village (DP1), Tiris village (DP2), and Kedungsari village (DP3). Research method used is equality, dialectometry, and isogloss system, then showed that there were 116 gloss lexical variations, 144 phonological variations, and 140 gloss without difference. Then 116 gloss of these lexical variations mapped and shows the thickening of isogloss in DP 1, meaning that there is a difference between DP 1:2 and DP 1:3. According to dialectometric calculations, status variation at DP 1:2 amounting 72,4%, which is considered a dialect difference. In DP 1:3 amounting 76,7% which is also considered a dialect difference. While the status variation at DP 2:3 amounting 29,3% which is considered a parler difference. Then found 12 zero gloss or gloss which doesn’t exist and 12 gloss of Indonesian vocabulary that borrowed and used as everyday language by speakers of Madura’s isolect in Probolinggo and Sumenep Regency.

Keywords: lexical variation, mapping, Madura’s isolect.

Published
2019-08-01
Abstract Views: 76
PDF Downloads: 65