Estetika Resepsi Novel Roman Picisan Karya Eddy D.Iskandar ke Dalam Film Roman Picisan (1980) dan Film Rompis (2018)

  • RISKYLIA

Abstract

Abstrak

Penelitian ini memaparkan tentang novel Roman Picisan karya Eddy D.Iskandar yang dialihwahanakan oleh sutradara Adisoerya Abdy dengan judul film Roman Picisan (1980) dan novel Roman Picisan karya Eddy D.islandar dialihwahanakan kembali pada tahun 2018 oleh sutradara Monty Tiwa dengan judul Rompis, bahwa dari novel yang sama kedua film tersebut terdapat perbedaan yang dilatar belakangi oleh estetika resepsi masing-masing pembaca (sutradara). Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan perbandingan proses estetika resepsi berupa pengalaman pembaca, horizon harapan, jarak estetik, semangat zaman, rangkaian sastra, perspektif diakronik-sinkronik, dan sejarah sastra umum dari satu novel ke dalam versi film yang berbeda. Penelitian ini merupakan penelitian berjenis kualitatif dengan pendekatan pragmatik. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik studi kepustakaan dan simak catat, sedangkan teknik analisis data menggunakan metode deskriptif komparatif dan metode hermeutika. Sementara itu, teori yang digunakan untuk mengkaji adalah teori struktur naratif Seymour Chatman guna menganalisis kernels dan satellite yang membangun cerita, kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan ekranisasi seperti penciutan, penambahan, dan perubahan variasi guna mengetahui proses terjadinya proses penciutan, penambahan, dan perubahan variasi yang terdapat pada film Roman Picisan (1980) karya Adisoerya Abdy dengan film Rompis (2018) karya Monty Tiwa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa film Roman Picisan (1980) karya Adisoerya Abdy memiliki 67 kernels, sementara film Rompis (2018) karya Monty Tiwa memiliki 72 kernels. Meski diadaptasi dari satu novel yang sama, dua film tersebut mengalami proses ekranisasi yang berbeda. Film Rompis (2018) mengalami lebih banyak penciutan disebabkan durasi yang terbatas dan peristiwa-peristiwa yang tidak dapat ditayangkan untuk masa sekarang serta banyak mengalami proses penambahan sebagai inovasi yang dilakukan pembaca (sutradara), sementara film Roman Picisan (1980) mengalami penciutan lebih sedikit disebabkan adanya keterbatasan durasi waktu. Kemudian hasil tersebut dianalisis dengan tujuh tesis Jauss guna menjawab estetika resepsi pembaca (sutradara) dalam memahami novel sebagai bahan film, hasil tersebut menunjukkan bahwa pada film Roman Picisan (1980) lebih memiliki kemiripan serta kesesuaian adegan pada cerita berdasarkan novel Roman Picisan karya Eddy D.Iskandar, sementara pada film Rompis (2018) karya Monty Tiwa banyak melakukan pembaruan serta penyangkalan-penyangkalan beberapa adegan di luar isi novel Roman Picisan karya Eddy D.Iskandar.

Kata kunci: estetika resepsi, ekranisasi, novel, film.

Published
2020-01-12
Section
Articles
Abstract Views: 387
PDF Downloads: 855