KARYA TARI APOY DHANGKA SEBAGAI  WUJUD UNGKAP SEMANGAT DALAM LEGENDA API TAK KUNJUNG PADAM

  • Triana Agustin

Abstract

Api Tak Kunjung Padam merupakan wisata alam yang berada di Kabupaten Pamekasan, dan memiliki latar belakang kisah dari suatu legenda “Ki Moko”. Koreografer menjadikan makna Api dalam Api Tak Kunjung Padam tersebut sebagai fokus pembuatan karya dengan tujuan untuk memvisualisasikan semangat orang Madura yang tidak pernah padam dalam bentuk karya tari dan mendiskripsikan bentuk penyajian karya tari Apoy Dhangka. Metode penciptaan karya dimulai dari menentukan rangsang awal yaitu rangsang visual dan idesional, dengan tipe tari dramatik, yang menggunakan mode penyajian simbolis representatif kemudian tahap selanjutnya eksplorasi, improvisasi, dan evaluasi.
Bentuk penyajian karya tari Apoy Dhangka meliputi struktur yang dibagi menjadi empat bagian yaitu intro menceritakan romantis dan keharmonisan antara Ki Moko dengan Putri Palembang, gerak yang dihadirkan pada adegan ini gerak-gerak saling interaksi antar dua tokoh. Serta penggunaan setting bertujuan untuk memberikan kesan dan menunjukkan tempat Dhangka, adegan I Kehidupan masyarakat Madura adegan ini dimulai dari   perkenalan masyarakat dengan penari di atas trap dengan gerak pelan, kemudian tempo yang diciptakan semakin cepat bermaksud menambah karakter orang Madura yang selalu bersemangat, adegan II Kegalauan dan kekacauan hati Ki Moko pada adegan ini tokoh Ki Moko dan putri bergerak berbeda dengan penari yang lainnya, penari yang lainnya hanya memperkuat tokoh. Tata lampu yang digunakan pada adegan ini yaitu efek blits atau lampu yang bergerak cepat dan bergantian, ini bertujuan untuk memperkuat susana kekacauan, adegan III Doa dan kemunculan Api Tak Kunjung Padam pada adegan berdoa Ki Moko menggunakan pakaian yang berbeda agar menonjolkan tokoh seorang Ki Moko, dengan para penari yang bergerak dengan level rendah juga memperkuat karakter tokoh Ki Moko. Pada adegan kemunculan api, para penari menari dengan menggunakan properti gunungan berbentuk api dan penari wanita juga bergerak menggunakan sampur sebagai penguat kemunculan api. Penggunaan smoke juga bertujuan untuk memperkuat suasana ke magisan. Elemen utama yaitu gerak dengan pijakan gerak dan karakteristik Madura yang dikembangkan dan elemen pendukung yaitu iringan, rias busana mengacu pada gaya jawa timuran, pola lantai, pemanggungan dengan panggung procenium beserta setting dan lightingnya.
Melalui media ungkap gerak, pola lantai, tata rias dan busana, tata teknik pentas, tata cahaya, semangat Ki Moko dalam Legenda Api Tak Kunjung Padam menjadi karya yang dinamis dengan penekanan-penekanan konflik sehingga membentuk bangunan tari dramatik.

Kata kunci: Karya Tari, Legenda Api Tak Kunjung Padam, Bentuk Penyajian

Published
2017-02-03
How to Cite
Agustin, T. (2017). KARYA TARI APOY DHANGKA SEBAGAI  WUJUD UNGKAP SEMANGAT DALAM LEGENDA API TAK KUNJUNG PADAM. Solah, 7(1). Retrieved from https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/18638
Section
Articles
Abstract Views: 34
PDF Downloads: 286