PENERAPAN TEORI TADEUSZ KANTOOR DALAM TEATER BONEKA DI PERTUNJUKAN NYAROKA

  • EKA WAHYUNINGSIH

Abstract

Tiang penyangga kuatnya tradisi Madura tidak lepas dari prinsip“ Lebbhi bagus pote tolang etembheng pote mata “ Berarti  lebih baik mati dari pada menanggung malu. Ungkapan ini berlaku untuk mempertahankan martabat, hak dan harga diri sebagai suku Madura. Hal inilah yang  biasanya menimbulkan perselisihan yang tidak lepas dari persoalan lingkungan dan wanita. Perselisihan tersebut disebut dengan “Carok”. Carok merupakan jalan terakhir yang ditempuh oleh masyarakat suku Madura dalam menyelesaikan suatu masalah.
Bentuk penyajian karya teater yang berjudul “Nyaroka“ mengangkat tentang tradisi Carok dengan menggunakanteori Tadeusz Kantoor. Hal yang sering dilakukan oleh masyarakat Madura untuk menyelesaikan suatu masalah yang berhubungan dengan wanita secara jantan yaitu dengan menggunakan clurit. Beberapa eksplorasi dan observasi telah dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dalam pertunjukan dengan  menghadirkan macam-macam bentuk boneka mulai dari boneka kayu, barbie, kain, plastik dan lain-lain.
Tujuan dalam penciptaan karya ini adalah 1.)Menginformasikan kepada penonton tentang teori Tadeusz Kantoor dalam teater boneka dengan menggunakan boneka sebagai media dan aktor menjadi boneka. 2.) Menambah wawasan tentang kehidupan masyarakat Madura. 3.) Proses pengenalan aktor terhadap bentuk tubuh.

Kata Kunci :Carok, Madura, teaterboneka.

Published
2017-05-02
How to Cite
WAHYUNINGSIH, E. (2017). PENERAPAN TEORI TADEUSZ KANTOOR DALAM TEATER BONEKA DI PERTUNJUKAN NYAROKA. Solah, 7(1). Retrieved from https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/18949
Section
Articles
Abstract Views: 33
PDF Downloads: 103