Solah https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah <p>Jurnal Online Program Studi S-1 Pendidikan Seni Drama, Tari Dan Musik - Fakultas Bahasa dan Seni UNESA</p> en-US anik_ju1968@yahoo.co.id (Anik Juwariyah) dhanikris@unesa.ac.id (Dhani Kristiandri) Mon, 27 May 2019 20:15:49 +0000 OJS 3.1.1.0 http://blogs.law.harvard.edu/tech/rss 60 MITOLOGI KAIN PARANG DI DESA NGLUYU SEBAGAI GAGASAN BERKARYA TARI “KESRIMPET PARANG” https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/27798 Desa Ngluyu Kecamatan Ngluyu Kabupaten Nganjuk merupakan desa yang masih mempertahankan kepercayaan terhadap mitos kain parang yang berkembang sacara turun menurun. Kain parang merupakan benda kesayangan Pangeran Suromangundjoyo, sehingga sampai saat ini masyarakat dilarang untuk membawa atau memakai kain parang di wilayah tersebut. Dari sini penata tari tertarik untuk mengangkat fenomena tersebut menjadi sebuah karya tari dengan judul Kesrimpet Parang, karya tari ini menceritakan asal mula mitos kain parang di daerah tersebut. Karya tari ini disajikan dengan fokus isi mala petaka dan fokus bentuk dramatari, penata tari memilih fokus bentuk dramatari karena penata ingin memunculkan tokoh-tokoh pada fenoma tersebut.Dalam karya tari ini penata tari melakukan pengkajian terlebih dahulu terhadap karya-karya tari sebelumnya yang memiliki tema hampir sama dengan karya ini yaitu tari Ampak-ampak Parang Rusak dan tari Kawung. Pengkajian teoritis yang pada karya tari ini adalah mitologi, malapetaka, dramatari, dan koreografi.Kajian pustaka yang digunakan dalam penyusunan karya tari ini menggunakan metode konstruksi yaitu metode yang ada pada Jaquelin Smith. Gaya dalam penggarapan karya tari ini, penata tari lebih menggunakan pada gaya tari tradisi yang dikembangkan. Dalam metode konstruksi yang diterapkan dalam proses penciptaan karya tari ini telah melalui beberapa tahap, yaitu tahap eksplorasi, improvisasi, komposisi, analisi dan evaluasi serta finishing.Alur pada karya tari ini dibagi menjadi 6 bagian yaitu introduksi, adegan 1, adegan 2, adegan 3, adegan 4, dan yang terakhir adalah ending. Karya tari ini menggunakan tata rias dan busana yang disesuaikan dengan penokohan masing-masing penari, dan menggunakan properti topeng daun untuk menyimbolkan pepohonan serta properti kain parang yang disesuai dengan tema yang diangkat dalam karya tari ini. Karya tari ini menggunakan musik digital editing yang tergolong dalam musik pentatonis. Menggunakan panggung procenium dan tata cahaya yang disesuai dengan suasana.Karya tari merupakan sebuah garapan tari baru, yang mempunyai isi tentang cerita mitologi masyarakat Desa Ngluyu atas pantangan membawa kain parang yang apabila dilanggar maka akan terjadi mala petaka. Dalam proses penciptaan karya tari ini mengingatkan kita agar menaati norma yang berlaku pada suatu lingkungan dan penting bagi penata tari untuk benar-benar memikirkan konsep garapan serta perlu adanya dukungan dan konsistensi antara personal yang terlibat dalam proses kretatif.<br>Kata kunci : mitologi, parang, Pangeran Suromangundjoyo NITA SUKMAWATI, DJOKO TUTUKO ##submission.copyrightStatement## https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/27798 Mon, 27 May 2019 00:00:00 +0000 “SUROBOYO JUANG” (UNGKAPAN PERJUANGAN PERISTIWA 10 NOVEMBER 1945 DALAM BENTUK DRAMATIK) https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/27801 Peristiwa 10 November 1945 merupakan peristiwa heroik Rakyat Surabaya yang tangis bahagianya masih terasa hingga saat ini. Arek-arek Suroboyo dan segenap lapisan masyarakat melawan sekutu dengan kobaran semangat tanpa senjata. Perang ini memiliki intensitas tinggi dalam peperangan di Indonesia karena mencerminkan jiwa keadilan dan nasionalisme yang kuat dari masyarakat kota Surabaya. Maka, koreografer menciptakan tari Suroboyo Juang seba gai bentuk ungkapan peristiwa 10 November 1945. Karya tari ini memiliki fokus isi perjuangan dalam peristiwa 10 November 1945, dan fokus bentuknya merupakan sajian dari sebuah karya tari yang bertipe dramatik.Dalam proses penciptaan karya tari Suroboyo Juang ini koreografer melakukan pengkajian terlebih dahulu terhadap karya yang telah diciptakan oleh koreografer terdahulu yang tentunya telah relevan seperti Tari Benteng Suroboyo, Tari Joko Berek, dan Tari Greget Sawunggaling. Tidak hanya itu, pengkajian teori juga menggunakan teori ungkapan, perjuangan, sejarah, dramatik, dan koreografi.Karya tari Suroboyo Juang menggunakan metode konstruksi yang telah dikenalkan oleh Jacqueline Smith digunakan sebagai langkah-langkah untuk membangun sebuah ide yang akhirnya menjadi konsep. Dalam mengkonstruksi karya tari dibutuhkan pemahaman tentang elemen dasar tari seperti tenaga, ruang, dan waktu serta tatanan tari yang baik melalui tahap rangsang awal, menentukan tipe tari, mode penyajian, eksplorasi, improvisasi, analisis dan evaluasi, serta penghalusan. Judul Suroboyo Juang menjadi makna dari rakyat Surabaya yang sedeang berjuang dalam peristiwa 10 Novenber 1945. Teknik dan gaya tari Suroboyo Juang ialah gaya Jawa Timuran yang dikembangkan dengan kelincahan kaki, kekuatan tangan dan kaki, serta ragam gerak Tari Remo yang menjadi acuan karena memiliki rasa yang sama yaitu perjuangan.Alur pada karya tari ini dibagi menjadi empat bagian yakni introduksi, adegan 1, adegan 2, dan adegan 3. Koreografi dalam karya ini tentunya harus didukung dengan tata rias dan busana yang menggambarkan atau menyimbolkan karakter tarian tersebut. Sebagai pendukung karya tari, iringan musik menjadi hal yang penting. Dalam karya ini menggunakan iringan pentatonic dalam bentuk digital.Karya tari Suroboyo Juang menawarkan bentuk sajian yang mengeksplorasi tubuh berdasarkan tipe tari dramatik. Penyampaian gerak dalam karya ini dipertimbangkan dari sisi konsep karya dan kemampuan para penari yang tentunya memiliki motivasi dan isi. Pada hal tersebut koreografer berharap kepada para penikmat untuk tidak melupakan sejarah dan selalu mengapresiasi perjuangan para pahlawan. <br>Kata Kunci: Ungkapan, Suroboyo Juang, dan Dramatik. JUNIACE AJENG PANGESTUNINGTYAS INGGARI, DJOKO TUTUKO ##submission.copyrightStatement## https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/27801 Mon, 27 May 2019 00:00:00 +0000 CHATTAM AMAT REDJO SEBAGAI PENGEMBANG SENI TARI DI KOTA MALANG (STUDI KASUS PEMADATAN TARI BESKALAN) https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/28167 Chattam Amat Redjo merupakan salah satu seniman yang telah lama melakukan pengembangan seni tari di Kota Malang. Ada beberapa tari yang telah dikembangkan oleh Chattam Amat Redjo. Salah satu tari yang menonjol bahkan sekarang menjadi ikon Malang adalah tari Beskalan. Proses pengembangan tari Beskalan ini melalui metode pemadatan. Hal ini menarik untuk dikaji. Fokus penelitian ini yaitu mendeskripsikan riwayat hidup kehidupan dan kesenimanan Chattam Amat Redjo, mendeskripsikan konsep pengembangan yang dilakukan Chattam Amat Redjo dalam mengembangkan tari Malangan, mendeskripsikan tentang proses pemadatan dan bentuk pertunjukkan tari Beskalan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep pengembang seni oleh Edy Sedyawati, teori kreativitas oleh Jakob Sumardjo, konsep latar belakang dari teori Studi Tokoh oleh Arief Furchan dan Agus Maimun, konsep pemadatan dari S.D Humardani yang ditulis oleh Sutopo lalu konsep seni tari yang dikemukakan oleh Sumandiyo Hadi. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu reduksi, penyajian data, dan penarikan kesimpulan, dan validitas data menggunakan triangulasi sumber, metode, dan waktu. Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa Chattam Amat Redjo gemar terhadap seni karena pengaruh dari keadaan lingkungan sekitar (keluarga danlingkungan sekitar). Beliau memutuskan untuk menggeluti dan mengembangkan seni tari gaya Malangan. Dirinya beranggapan bahwa seni tari gaya Malangan harus tetap lestari dan semua penari di Malang harus memiliki teknik yang bagus saat menari tari gaya Malangan. Secara kualitatif pengembangan tari gaya Malangan Chattam Amat Redjo memiliki konsep pengembangan yang berpegang teguh pada teknik tari yang kuat. Teknik tari yang dimaksud oleh Chattam Amat Redjo adalah 5 teknik tari Malangan yaitu patrap, solah, greged, ulat, pandeleng. Salah satu tari yang dikembangkan secara kualitatif oleh Chattam Amat Redjo yaitu tari Beskalan dengan menggunakan metode pemadatan. Tari Beskalan mengalami pemadatan dengan menjadikan tari Beskalan lebih singkat, mengurangi gerakan-gerakan yang sama, serta mengubah tempo tarian menjadi lebih cepat dari sebelumnya. Dalam penelitian ini peneliti juga membahas tentang bentuk pertunjukkan tari Beskalan setelah mengalami pemadatan yaitu dari segi gerak, tata rias dan busana, iringan musik, tempat pertunjukkan, properti, tata sinar/lighting. Secara kuantitatif Chattam Amat Redjo menyebarkan tari-tari yang telah dikembangkannya dengan membuka Sanggar Swastika, di rumahnya dan melatih ke berbagai sanggar, instansi, sekolah hingga ke luar negeri. Dalam bidang seni tari Chattam Amat Redjo juga banyak meraih prestasi dan penghargaan salah satunya Penghargaan dari Gubernur Jawa Timur atas pengabdiannya di bidang seni dan budaya. Tari Beskalan merupakan salah satu tari yang telah dikembangkan oleh Chattam Amat Redjo melalui proses pemadatan. Tari ini memiliki kuakitas yang baik terbukti dengan dijadikannya tari ikon Kota Malang. Penelitian ini membuktikan bahwa Chattam Amat Redjo telah melakukan pengembangan seni tari Malangan dengan banyak hal dalam meningkatkan kualitas seni tari salah satunya memadatkan tari Beskalan, sehingga Chattam Amat Redjo bisa dikatakan sebagai pengembang tari di Kota Malang. <br>Kata kunci: Chattam Amat Redjo, pengembang, seni tari, pemadatan dan tari Beskalan GLADIS NADYA ASMARA, SETYO YANUARTUTI ##submission.copyrightStatement## https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/28167 Thu, 20 Jun 2019 00:00:00 +0000 MANAJEMEN SENI PERTUNJUKAN TAYUB ADI LARAS DI DESA TALOK KECAMATAN TUREN KABUPATEN MALANG https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/28170 Malang merupakan sebuah kota atau kabupaten di Jawa. Ada beberapa budaya-budaya yang dapat kita jumpai di Malang, antara lain Wayang Topeng Malangan (Topeng Malang), Tayub, Jaranan, Bantengan, dan lain sebagainya. Diantara dari beberapa kesenian yang ada di Malang, ada salah satu kesenian yang populer dari daerah Malang Selatan yaitu Tayub Adi Laras tempatnya di Desa Talok Kecamatan Turen Kabupaten Malang. Adi Laras merupakan organisasi Tayub yang sangat populer di daerah Malang. Ada dua kemasan pertunjukan yang ditawarkan kepada konsumen yaitu Tayuban dan Campursari. Itulah yang menjadi alasan konsumen puas dengan mengundang Adi Laras, karena Kepopuleran Adi Laras terbukti dari album yang dimiliki sudah mencapai 40 album, video yang sudah ditonton banyak orang melalui youtube, dan jadwal pementasan yang sangat padat. Keberhasilan Adi Laras ini, tentu ada manajemen yang mengelola. <br>Kata kunci: Tayub, Adi Laras, Manajemen VITA NANDA DEWI, ENIE WAHYUNING HANDAYANI ##submission.copyrightStatement## https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/28170 Thu, 20 Jun 2019 00:00:00 +0000 KREASI TARI CELENG PUTRI SEBAGAI PENINGKAT KUALITAS DALAM PERTUNJUKAN JARANAN MANGGOLO CAHYO MUDO https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/28185 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana asal-usul penari celeng putri dalam pertunjukan jaranan MCM, dan bagaimana kreasi tari celeng putri dalam pertunjukan jaranan MCM.Penelitian ini berlokasi di Paguyuban Jaranan MCM yang beralamat di Dusun Rembang Ngreco, Desa Rembang, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri. Objek penelitian ini yaitu penari celeng putri. Metode yang digunakan yaitu dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian dan pembahasan menunjukan bahwa MCM menampilkan penari celeng putri dengan tujuan untuk kiat bisnis, inovasi, serta kreasi pertunjukan agar tidak terkesan membosankan.Kreasi tari celeng putri memiliki pengaruh pada kualitas pertunjukan jaranan MCM. Kreasi tersebut menjadikan pertunjukan jaranan lebih menarik melalui komponen sajian tari celeng. Simpulan penelitian ini yaitu penari celeng putri memiliki peranan yang sangat kuat dalam pertunjukan Jaranan Manggolo Cahyo Mudo. Penari celeng putri memiliki kontribusi dan manfaat yang dapat membangun eksistensi dari sebuah paguyuban.<br>Kata kunci: Peranan, Perempuan, Penari Celeng Putri, Kesenian Jaranan ANIS DARMAWANTI, SETYO YANUARTUTI ##submission.copyrightStatement## https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/28185 Thu, 20 Jun 2019 00:00:00 +0000 Kreasi Penyajian Kesenian Tayub di Kabupaten Tulungagung (Tinjauan Struktur dan Gaya) https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/28187 Kesenian Tayub terdapat hampir di seluruh Pulau Jawa dan menjadi salah satu ekspresi yang penting bagi masyarakat pendukungnya. Kesenian Tayub merupakan sebuah ritual kesuburan. Kesenian Tayub di Kabupaten Tulungagung dalam penyajiannya berbeda dari daerah lain, bahkan mempunyai sebutan tersendiri yaitu Tayub Tulungagung-an. Keunikan pada penyajian Tayub Tulungagung-an ini terdapat pada jumlah waranggana yang banyak dan ciri khas pada saat ngibingan. Peneliti ingin mengkaji lebih jauh dengan rumusan masalah ;1. Bagaimana struktur penyajian kesenian Tayub di Kabupaten Tulungagung?, 2. Bagaimana gaya penyajian kesenian Tayub di Kabupaten Tulungagung?.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan objek penelitian kesenian Tayub di Kabupaten Tulungagung. Hasil penelitian ini membahas tentang struktur dan gaya penyajian kesenian tayub di Kabupaten Tulungagung. Terdapat elemen-elemen yaitu gerak, iringan, pola lantai, busana juga tempat dan waktu pelaksanaan. Elemen tersebut menjadi satu kesatuan yang harus ada dalam sebuah penyajian kesenian Tayub. Struktur penyajian terdiri dari struktur besar yaitu nguyu-nguyu(pra acara), bedayan (tarian selamat datang), gedhog (proses pembagian sampur diawali pramugari), ngibingan (adegan waranggana dan pengibing menari bersama). Gaya dipengaruhi oleh bentuk, teknik dan faktor-faktor. Secara bentuk, gaya pada kesenian Tayub Tulungagungan terdapat pada sajian bedayan dan ngibingan, yang memunculkan pola gerak megol mental, ngeper dan ogek lambung. Sajian gendingnya menggunakan pola kendang ganggamina, dengan teknik pukulan yang keras sehingga menghasilkan pola geraknya mengikuti tekanan kendang yang disajikan kemudian memunculkan karakter yang sigrak dan dinamis. Karakter tersebut dipengaruhi oleh faktor individual, yaitu disebabkan waranggana yang centil dan genit. Pola lantai yang disajikan merupakan gambaran filosofi kehidupan manusia yang selalu maju mundur, dan lintasan pola lantai yang berpapasan kemudian coblosan adalah sebuah makna simbolis dari kesenian Tayub, yaitu sebuah lambang kesuburan.<br>Kata kunci :Tayub, Tulungagung-an, Struktur, Gaya FEMILIA KRISTIAN ARUM SARI, JAJUK DWI SASANADJATI ##submission.copyrightStatement## https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/28187 Thu, 20 Jun 2019 00:00:00 +0000 Bentuk dan Fungsi Tari Gandhong Desa Bangun, Kecamatan Munjungan, Kabupaten Trenggalek https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/28372 Tari Gandhong Desa Bangun Kecamatan Munjungan Kabupaten Trenggalek mempunyai ciri yang unik yaitu pada struktur penyajiannya, biasanya dalam sebuah satu sajian tari terdapat satu durasi yang utuh artinya dalam satu objek tersebut menampilkan satu objek yang spesifik, namun pada Tari Gandhong memiliki 4 sub tema pembentuk Tari Gandhong tersebut. Struktur penyajian inilah yang nantinya akan membentuk elemen-elemen unsur pada Tari Gandhong menjadi sangat unik. Tari Gandhong ini merupakan tarian yang mengalami kesenjangan atau pergeseran, semula digunakan sebagai tarian pengesah pada ritual menjadi tarian pengiring pada ritual, maka dari masalah tersebut mengalami perubahan bentuk dan pergeseran fungsi.Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan bentuk dan fungsi pada Tari Gandhong Desa Bangun Kecamatan Munjungan Kabupaten Trenggalek. Penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara, dokumentasi, dan perekaman dengan validitas data berupa teknik triangulasil. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Struktur pertunjukan Tari Gandhong terdiri dari empat sub tema yaitu Tari Sarak, Tari Tani Makaryo, Tari Celeng, dan Tari Onggotruno. Keunikan pada Tari Gandhong yang menjadi ciri khas yaitu pada ke empat sub tema tersebut. Empat sub tema itulah yang membentuk elemen-elemen pada Tari Gandhong ini memiliki ciri khas sendiri-sendiri. Berdasarkan fungsi, Tari Gandhong memilki dua fungsi yaitu fungsi primer dan sekunder, fungsi primer pada Tari Gandhong adalah sebagai pengiring ritual. Fungsi yang kedua yaitu fungsi sekunder yang terdiri dari fungsi sebagai pengikat dan pembangkit rasa solidaritas, media komunikasi, sarana kebutuhan ekonomi, dan sarana regenerasi.<br>Kata Kunci: Tari, Gandhong, Trenggalek, bentuk, struktur, fungsi PUTRI KUSUMAWARDANI, JAJUK DWI SASANADJATI ##submission.copyrightStatement## https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/28372 Wed, 26 Jun 2019 00:00:00 +0000 BENTUK PERTUNJUKAN KESENIAN JARANAN TURONGGO JENGKI DI KABUPATEN TULUNGAGUNG JAWA TIMUR https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/28374 Kesenian Jaranan Turonggo Jengki di Desa Beji Kecamatan Boyolangu Kabupaten Tulungagung mempunyai ciri yang unik yaitu pada struktur penyajiannya penyajiannya yakni memasukan unsur lawakan di dalam pertujukan. Kesenian Jaranan Turonggo Jengki tercipta terbentuk secara tidak sengaja, berawal dari perkumpulan seniman biasa kemudian salah seorang seniman menerima job Jaranan , salah satu menerima job Ngelawak di Kediri, dan seniman yang lain hanya datang untuk menonton. Namun pada saat hari dimana akan tampil salah satu teman berhalangan hadir karena ada kegitan, akhirnya seniman yang menonton diajak untuk ikut menggantikan. Selesainya Job tersebut mereka berfikir bahwa Jaranan yang mereka bawakan disukai oleh banyak penonton karena ada unsur lawakan yg menjadikan Jaranan ini unik beda dari Jaranan lain. Terbentuknya nama Turonggo Jengki sendiri berasal dari kata Turonggo berarti sepeda laki laki dan Jengki berarti sepeda perempuan, maka maknanya penonton laki laki dan penonton perempuan menyukai jaranan tersebut. Di awal tahun 2013 nama Jaranan Turonggo Jengki di resmikan karena para seniman jaranan ingin lebih dikenal di semua kalangan. Untuk menampung para generasi muda yang berjiwa seni tinggi dan sadar akan pelestarian kebudayaan maka dibentuklah komunitas tari Jaranan Turonggo Jengki yang diprakarsai oleh Amit Bagus Prasetyo. Kesenian Jaranan Turonggo jengki mempunyai ciri yang unik yaitu pada struktur penyajiannya yakni memasukan unsur lawakan di dalam pertujukan.Pada kesempatan inilah peneliti ingin mengkaji lebih jauh mengenai Bentuk dan Fungsi Kesenian Jaranan Turonggo jengki dengan rumusan masalah, 1). Bagaimana bentuk penyajian kesenian Jaranan Turonggo Jengki di Kabupaten Tulungagung Jawa Timur ?, 2). Apa fungsi kesenian Jaranan Turonggo Jengki bagi masyarakat penikmatnya saat ini ?. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan subjek penelitiannya yaitu Kesenian Jaranan Turonggo Jengki Desa Beji, Kecamatan Boyolangu, Kabupeten Tulungagung dan objek penelitiannya Bentuk dan Fungsi Kesenian Jaranan Turonggo Jengki. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Bentuk oleh Soedarsono ( 1978:21-36), Teori Fungsi Soedarsono (2002:123.). Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu reduksi, penyajian data, dan penarikan kesimpulan, dan validitas data menggunakan triangulasi sumber, metode, dan waktu.Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Bentuk Penyajian Kesenian Jaranan Turonggo Jengki Di Kabupaten Tulungagung Jawa Timur mempunyai keunikan khusus yaitu pada bentuk penyajian yakni pertunjukan dengan menggabungkan antara kesenian jaranan dengan lawakan. Hal ini mengakibatkan jaranan ini berbeda dengan jaranan yang lainnya yang hanya menyajikan tarian saja. Dalam penelitian ini bentuk yang dimaksud adalah perwujudan yang diartikan sebagai hasil dari berbagai elemen tari dimana secara bersama-sama elemen itu menyatu dalam pertunjukan kesenian Jaranan Turonggo Jengki. Elemen-elemen pada Kesenian Jaranan Turonggo Jengki yaitu gerak, pola lantai, iringan, tata rias, tata busana, tempat pertunjukan, dan properti. Berdasarkan fungsi Kesenian Jaranan Turonggo Jengki yang bersifat kerakyatan memiliki dua fungsi yaitu fungsi primer dan sekunder, fungsi primer adalah sebagai media hiburan. Fungsi yang kedua yaitu fungsi sekunder yang terdiri sebagai pengikat dan pembangkit rasa solidaritas, media komunikasi, dan sarana kebutuhan ekonomi.<br>Kunci : Kesenian, Jaranan Turonggo Jengki, Tulungagng, bentuk, struktur, fungsi ERVINA YESSYEKA LOVIANI, ENIE WAHYUNING HANDAYANI ##submission.copyrightStatement## https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/28374 Wed, 26 Jun 2019 00:00:00 +0000 GAYA PERTUNJUKAN COLOR GUARD PADA ACARA BANDUNG MARCHING BAND CHAMPIONSHIP OLEH KOMUNITAS GITA WIDYA AGNI SURABAYA https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/28399 Color guard merupakan bagian non musik pada pertunjukan Marching Band yang mendukung keindahan secara visual, biasanya berupa olah tubuh atau tarian dengan menggunakan properti flag (bendera), rifle (senapan), sabre (pedang), serta properti lain sesuai dengan konsep yang ingin dibawakan pada saat pertunjukannya. Seiring dengan perkembangan zaman dan format pertunjukan color guard yang awalnya merupakan bagian dari pertunjukan musik Marching Band, kini telah menjadi sebuah pertunjukan yang lepas dari awalnya dengan memamerkan keindahan permainan bendera, permainan properti, permainan akrobatik, dan juga sebuah tarian yang biasanya menggunakan iringan musik yang diadopsi dari lagu yang sudah ada (rekaman). Di Surabaya ada komunitas color guard yang memiliki sebuah ciri khas dalam setiap pertunjukannya yaitu “Gita Widya Agni” Surabaya. Adapun fokus penelitian ini yaitu mendeskripsikan gaya pertunjukan color guard pada komunitas “Gita Widya Agni” Surabaya, mendeskripsikan ciri-ciri estetik pertunjukan color guard pada komunitas komunitas “Gita Widya Agni” Surabaya. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori gaya tari oleh Sumaryono, teori estetika oleh Djelantik. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan didekatkan teori keilmuan estetik. Teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu reduksi, penyajian data, dan penarikan kesimpulan, dan validitas data menggunakan triangulasi sumber, metode, dan waktu. Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa pertunjukan color guard “Gita Widya Agni” Surabaya memiliki sebuah gaya pertunjukan yang berbeda, ditinjau dari segi gerak, iringan, tata rias dan busana memiliki ciri tersendiri yang menjadikan sebuah identitas di setiap pertunjukannya. Hal ini tidak lepas dari kreativitas seorang koreografer dalam mengkemas pertunjukannya sehingga menjadi sebuah sajian pertunjukan yang apik. Arinto Prihatmoko merupakan koreografer dari color guard “Gita Widya Agni” Surabaya. Dalam menganalisis gerak pada color guard “Gita Widya Agni” Surabaya dapat dilihat pada penggunaan gerak akrobatik yang lebih bervariatif seperti fronts hand spring, toss jump dll. Gerak akrobatik tersebut memberikan kesan memukau kepada para penonton sehingga menjadikan sebuah identitas tersendiri disetiap pertunjukannya. Iringan musik yang digunakan dalam pertunjukan color guard diadopsi dari musik rekaman yang sudah ada dan ditambah dengan musik instrumen serta vokal untuk membangun suasana yang diinginkan. Konsep rias dan busana yang digunakan juga memiliki makna agar tidak lepas dengan konsep pertunjukannya. Warna biru menjadi warna dominan dalam penggunaan rias dan busana dikarenakan konsep yang dibawakan yaitu hujan. Apabila ditinjau dari ciri-ciri estetik, pertunjukan color guard yang dibawakan oleh “Gita Widya Agni” Surabaya tidak jauh berbeda dengan pertunjukan tari berkelompok. Namun pertunjukan color guard memiliki perbedaan pada penggunaan properti sebagai media ungkapnya, jika pada pertunjukan tari properti dihadirkan sesuai dengan konsep atau sesuai dengan kebutuhan yang menunjang sebuah penampilan karya tari, sedangkan color guard properti yang menjadi alat memamerkan unsur keindahannya. Perpaduan gerak tari, pergerakan properti serta unsur akrobatik dalam pergerakan pemain menjadikan sebuah keberagaman variasi pada pertunjukan color guard. Penggunaan gerak akrobatik, dinamika gerak, tata rias dan busana, serta penggunaan properti yang berbeda-beda menghasilkan daya tarik atau kekuatan dari pertunjukan color guard yang dapat membuat orang terpaku di setiap pertunjukannya. Setiap pemain color guard memiliki sebuah intensitas atau kekuatan yang tidak sama, maka dari itu agar terlihat seimbang antar para pemain bisa dicapai pada penyusunan desain pola lantai (display) dan penempatan pembagian properti yang di pertontonkan pada setiap pertunjukannya. Dengan demikian akan nampak sebuah keseimbangan dari para pemainnya.<br>Kata kunci: Color guard, Gita Widya Agni, gaya, ciri-ciri estetik MOHAMAD RAFLI ALI ASNAN, ENIE WAHYUNING HANDAYANI ##submission.copyrightStatement## https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/28399 Wed, 26 Jun 2019 00:00:00 +0000 FUNGSI TARI BRANYAK POTTRA KEMBHAR PADA THOPÈNG ḌHÂLÂNG “BUDI SASMITO” DESA MARENGAN KECAMATAN KALIANGET KABUPATEN SUMENEP MADURA https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/28400 Tari Branyak Pottra Kembhar sebuah bentuk tari tradisional yang menggambarkan sebagai tari putra berpasangan yang menggambarkan tentang kepandaian menari dalam keratin sumenep. Tarian ini pernah mengalami keeksintesian dan sangat fungsional dalam masyarakat pendukungnya. Keberadaan menjadi tari membuka dala pertunjukan thopèng ḍhâlâng dan sebagai sarana pembelajaran. Akan tetapi saat ini kondisinya sangat memperhatinkan, hampir punah dan jarang dipentaskan lagi. Sebagai warisan leluhur yang dulunya pernah manjadi bagian kehidupan dan sangat fungsional dimasyarakat, maka sangat disayangkan apabila tari tersebut hilang begitu saja tanpa bekas, Tari Branyak Pottra Kembhar terssebut memiliki ciri khas yang sangat spesifikasi dan layak untuk dikembangkan sesuai dengan selera masyarakat. Berdasarkan fenomena tersebut, maka merasa prihatin dan tertarik untuk ikut melakukan penyelamatan, dengan melakukan penelitian dan mengangkat judu “Bentuk Dan Fungsi Tari Branyak Pottra Kembhar Pada Thopèng Ḍhâlâng “Budi Sasmito” Desa Marengan Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep Madura”. Rumusan masalah yang diajukan untuk mengungkap fenomena tersebut yaitu (1)Bagaimana bentuk Tari Branyak Pottra Kembhar yang ada pada Thopèng ḍhâlâng “Budi Sasmito” di Desa Marengan Laok Kecamatan?(2)Bagaimana fungsi Tari Branyak Pottra Kembhar yang ada pada Thopèng ḍhâlâng “Budi Sasmito” di Desa Marengan Laok Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep?. Tujuan penelitian ini, secara (1)Untuk mendeskripsikan bentuk Tari Branyak Pottra Kembhar pada Thopèng ḍhâlâng“Budi Sasmito” di Desa Marengan Laok Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep.Untuk mengetahui fungsi Tari Branyak Pottra Kembhar yang ada pada Thopèng ḍhâlâng “Budi Sasmito” di Desa Marengan Laok Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep. Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti yaitu dapat menambah wawasan. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan teknik pengumpulan data yaitu, studi pustaka, studi lapangan dan wawancara dilengkapi dengan pencatatan dan pendokumentasian atau perekaman.Hasil penelitian bahwa tari Tari Branyak Pottra Kembhar merupakan dua lelaki kembar yang pantai menari dikeraton, pola gerak berhias dan memiliki arti tempat kanan kiri yaitu kebaikan (kanan) dan keburukan (kiri), tari ini merupakan sebuah tari tradisional yang juga digunakan sebagai media pembelajaran disekolah.<br>Kata kunci: Fungsi, Tari Branyak Pottra Kembhar, Thopèng ḍhâlâng “Budi Sasmito” NENSI INDRIAWATI, EKO WAHYUNI RAHAYU ##submission.copyrightStatement## https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/28400 Wed, 26 Jun 2019 00:00:00 +0000 KARYA TARI SAMUDIWARAGATI SEBAGAI UNGKAPAN RASA SYUKUR MASAYARAKAT NEKAYAN PANTAI PRIGI DALAM BENTUK DRAMATIK https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/28485 Masyarakat Desa Tasikmadu sebagian besar menggantungkan hidupnya di laut. Sebagai ungkapan rasa syukur dan berdoa memohon keselamatan dalam bekerja, para nelayan mempunyai kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap setahun sekali yaitu Larung Sembonyo. Penulis mencoba menciptakan sebuah sajian tari untuk menarik perhatian masyarakat yang berisi ungkapan rasa syukur masyarakat atas hasil laut melalui sajian sebuah karya koreografi baru dengan teknik gerak tradisional yang dikembangkan dengan tipe tari dramatik.Kajian teori koreografi dari berbagai ahli dijadikan pijakan dalam penciptaan karya tari ini, koreografi kelompok oleh Sumandiyo Hadi, metode konstruksi I oleh Jacqueline Smith, dan teori ungkapan oleh Soedarsono. Hasil penciptaan karya tari yang relevan juga turut menjadi sumber atau referensi mengenai konsep, teknik, dan gaya untuk memperlihatkan perbedaan orisinalitas masing-masing karya tari.Konsep dalam penciptaan karya tari ini terdiri dari tema yaitu wujud syukur dengan judul Samudiwaragati. Penata tari menggunakan tipe dramatik, dengan mode penyajian representatif dan simbolis. Penerapan tipe tari dramatik penulis ingin memunculkan suasana-suasana yang mendukung pada karya Samudiwaragati. Elemen utama tari adalah gerak dengan penggunaan teknik tradisional yang dikembangkan dan gaya tari Mataraman. Elemen pendukung meliputi iringan, tata cahaya, tata rias dan busana, tata pentas. Proses penciptaan dimulai dari rangsang, kerja studio sampai terbentuknya karya tari dengan judul Samudiwaragati. Karya tari ini diharapkan dapat menjadi sebuah karya yang inspiratif melalui tema yang dihadirkan dan memberikan informasi tentang budaya yang ada di Trenggalek. Konsep garap karya ini memiliki kecenderungan pada gerak-gerak anggun dan lemah lembut sehingga dapat melatih kemampuan serta meningkatkan kualitas kepenariannya dalam hal intensitas dan konsentrasi penari dalam bergerak. Penggunaan tipe dramatik dalam karya ini memberikan kesan agung sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat.<br>Kata Kunci: Samudiwaragati, Ungkapan, Syukur, Dramatik. PUPUT YULIANA SAPUTRI, JAJUK DWI SASANADJATI ##submission.copyrightStatement## https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/28485 Thu, 27 Jun 2019 00:00:00 +0000 Pendidikan Karakter Melalui Media Pembelajaran Ekstrakurikuler Kesenian Karawitan di SMAN 1 Dongko Kabupaten Trenggalek https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/28486 Ekstrakurikuler yang ada di SMAN 1 Dongko Kabupaten Trenggalek salah satunya kesenian karawitan yang terbentuk pada tahun 2009 bulan April, terbentuk atas dasar antusias siswa yang sangat banyak terhadap kesenian karawitan dan kesenian paling berpotensi. Latihan ekstrakurikuler dilakukan dua kali dalam satu minggu, materi yang diajarkan berpedoman pada buku karangan dari Ki Narto Subdho dan di tulis oleh A.Sugiarto, S.Kar.dengan judul buku “Kumpulan Gending Jawa Karya Ki Narto Sabdho”, dengan metode pengajaran pembelajaran melalui seni dan pembelajaran tentang seni. Media yang digunakan berupa media visual dan audio visual, serta dilengkapi dengan seperangkat gamelan. Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kualitatif menurut Kirk &amp; Miller (dalam Nasution 1988:23), dengan menggunakan teknik studi pusta berupa reverensi dari pustaka cetakan dan studi lapangan berupa: observasi, wawancara dan dokumentasi dalam pengumpulan data. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini seperti (1)Reduksi data, (2)Penyajian data (3)Pengambilan kesimpulan. Validasi data dalam penelitian ini (1)Triangulasi Sumber dan (2)Triangulasi metode. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kesenian karawitan di SMAN 1 Dongko kabupaten Trenggalek sebagai media pembentukan karakter, pembentuk budi luhur yang halus, dengan melalui gending-gending yang dimainkan secara tidak langsung mampu membentuk perilaku yang halus, karena gending yang di mainkan meliputi gending-gending klasik yang bernuansa halus dan rancak, sehingga gending dalam karawitan bisa sebagai terapi kepribadian siswa. <br>Kata Kunci : Pendidikan Karakter, Ekstrakurikuler, Karawitan. TITIK RIRIS SWASTUTI RAHAYU, ARIF HIDAJAD ##submission.copyrightStatement## https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/28486 Thu, 27 Jun 2019 00:00:00 +0000 KREATIVITAS PENCIPTAAN SUMITRO HADI SEBAGAI MAESTRO PENATA TARI KREASI BARU BANYUWANGI https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/28487 Sumitro Hadi merupakan seniman asli dari Kabupaten Banyuwangi yang lahir pada tanggal 16 Agustus 1951. Beliau adalah seniman hebat yang sampai saat ini masih eksis dalam kesenian Banyuwangi.Tujuan penelitian adalah 1) mendeskripsikan latar belakang kehidupan Sumitro Hadi sebagai Maestro penata tari kreasi baru Banyuwangi, 2)mendeskripsikan peran Sumitro Hadi di Banyuwangi sebagai Maestro penata tari kreasi di Banyuwangi, dan 3) mengetahui karya dan prestasi yang telah dicapai Sumitro Hadi sebagai Maestro penata tari kreasi baru di Banyuwangi. Metode penelitian yang digunakan berupa penelitian kualitatif yang bertujuan menggambarkan data yang menyangkut pertanyaan what, how, dan why. Sumber data dalam penelitian ini menggunakan place (tempat), person (orang), paper (tulisan). Metode pengumpulan data dalam penelitian ini metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah 1) Reduksi data, 2) Penyajian data, dan 3) Penarikan Kesimpulan. Penelitian ini dilakukan di Banyuwangi (rumah Sumitro Hadi, Pantai Boom, Sanggar Tari Tawang Alun Kecamatan Songgon, dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi). Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa 1) Sumitro Hadi dikenal sebagai koreografer berbakat karena latar belakang keluarga, riwayat pendidikan, riwayat pekerjaan dan pengaruh terbesar dari pengalaman berkesenian yang mendorong munculnya kreativitas/ bakat sebagai seniman. 2) Sumitro Hadi memiliki peranan yang sangat besar dalam dunia seni tari di Banyuwangi khususnya dalam bidang pengembang, pelestari, dan pendidik tari Banyuwangi. 3) Karya tari dan lagu yang beliau ciptakan pada tahun 1968-2015 berjumlah 103 karya. Salah satu karyanya yang menjadi ikon Banyuwangi sampai saat ini adalah tari Gandrung. Sumitro Hadi memiliki piagam penghargaan dari regional, nasional, internasional. Dari bukti-bukti lewat dari karya-karya, penghargaan, murid yang telah beliau didik adalah bukti nyata Sumitro Hadi layak menyandang gelar maestro penata tari kreasi baru Banyuwangi. <br>Kata Kunci: Sumitro Hadi, Maestro, Penata Tari, Tari Kreasi Baru KENDURI PRIMA DIYANTI, I NENGAH MARIASA ##submission.copyrightStatement## https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/28487 Thu, 27 Jun 2019 00:00:00 +0000 KARYA LAGU “STOP BULL” PADA EKSTRAKURIKULER KERONCONG DI SMP NEGERI 1 KOTA MOJOKERTO (DALAM TINJAUAN ARANSEMEN) https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/28724 Musik keroncong merupakan salah satu musik di Indonesia yang mempunyai keunikan dan khasnya sendiri. Perkembangan musik keroncong ditandai dengan adanya lomba festival dan acara di berbagai daerah. Tulisan ini membahas tinjauan aransemen lagu “Stop Bull” pada ekstrakurikuler musik keroncong di SMP Negeri 1 Kota Mojokerto yang mendapatkan juara 1 se-kota mojokerto. Lagu ini, terdapat variasi dan melodi didalamnya yang merupakan sebuah karya musik keroncong modern dan tidak terikat oleh aturan-aturan baku.Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Sumber yang digunakan mengacu pada buku-buku yang berkaitan dengan penulisan, menganalisis pada rekaman audio dan skor partitur pada lagu yang sudah dibuat.Hasil penelitian ini fokus pada tinjauan bentuk lagu dan aransemen pada lagu “Stop Bull” yang meliputi : (1) Introduction, terdapat counter melody yang dimainkan di tangga nada A mayor dengan menggunakan ritmis 1/2 dan pergerakan melodi yang bersimpangan dengan melodi asli. (2) Transisi dimainkan secara unison yang menggunakan gabungan ritmis 1/4 dan 1/8 dengan nada E. Filler Like Obbligato terjadi setelah transisi yaitu filler yang bergerak dalam melodi utama dan menggunakan gabungan ritmis 1/8, 1/2 dan teknik triplets. (3) Retransisi berfungsi sebagai penghubung antara interlude lagu bagian D pada bentuk tema II bagian E yang dimainkan di tangga nada A mayor. (4) Interlude, terdapat melodic variation and fake yang mengembangkan melodi dari melodi utama dengan akord yang sama dengan menggunakan ritmis 1/8 dan teknik triplets. (5) Disolution terdapat retransisi yang berfungsi mengantarkan interlude lagu bagian D pada bagian baru yaitu tema II bagian E. (6) Coda dimainkan secara bersamaan dengan tangga nada A mayor, birama 4/4 dan tempo 120 bpm. Violin memainkan melodi untuk memperkuat harmoni dari vokal, dan (7) Postlude, tempo berubah dengan menggunakan simbol ritt. Progresi akord yang dimainkan yaitu Bm.<br>Kata Kunci : Bentuk lagu, Aransemen, “Stop Bull”, Keroncong. NEVRI VIDRA NARITA ##submission.copyrightStatement## https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/28724 Thu, 04 Jul 2019 00:00:00 +0000 Kreatifitas Gong Gumbeng dalam Bersih Desa di Desa Wringinanom Kecamatan Sambit Kabupaten Ponorogo https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/28725 Kesenian Gong Gumbeng merupakan salah satu kesenian di Kabupaten Ponorogo, tepatnya di Desa Wringinanom Kecamatan Sambit. Kesenian ini diperkirakan ada sejak 1637 M atau sekitar tahun 1838. Sejak munculnya kesenian Gong Gumbeng dijadikan sebagai ritual bersih desa hingga sekarang ini. Masyarakat Desa Wringinanom meyakini kesenian Gong Gumbeng harus selalu dilaksanakan dalam upacara ritual bersih desa, untuk mengindari datangnya masa paceklik. Dengan demikian keberadaan kesenian Gong Gumbeng bagi masyarakat Desa Wringinanom masih sangat bermakna sampai sekarang. Hal ini merupakan fenomena yang menarik untuk dikaji lebih dalam dan dilakukan penelitian lebih lanjut, mengingat hanya terdapat satu kelompok kesenian Gong Gumbeng dan satu-satunya kesenian yang berbeda dan unik dari kesenian-kesenian yang ada di Kabupaten Ponorogo. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk penyajian kesenian Gong Gumbeng dalam ritual bersih desa di Desa Wringinanom Kecamatan Sambit Kabupaten Ponorogo dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dan mengamati secara langsung ke lapangan dengan melakukan wawancara kepada pelaku seni, lembaga, dan masyarakat sekitar.<br>Kata Kunci: Kesenian Gong Gumbeng, Bentuk. ARLINA HAPPY LUPITASARI, SETYO YANUARTUTI ##submission.copyrightStatement## https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/28725 Thu, 04 Jul 2019 00:00:00 +0000 Kreasi Karya Tari Jaranan Sanjoyo Putro Desa Bandar Kidul Kota Kediri https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/28963 Kediri merupakan salah satu wilayah di Jawa Timur yang kental dengan kesenian jaranannya. Pada umumnya jenis jaranan yang ada di Kediri adalah jaranan pegon. Salah satu paguyuban jaranan yang berkembang di Kediri adalah Jaranan Sanjoyo Putro yang didirikan pada tahun 1996. Penelitian ini dibuat untuk mengetahui bentuk dan gaya tari jaranan Sanjoyo Putro karena selama ini masih belum ada penelitian yang membahas serta sebagai tambahan wawasan mengenai gerak tari jaranan yang ada di Kediri pada umumnya. Masalah yang diangkat oleh peneliti dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimana bentuk tari Jaranan Sanjoyo Putro, 2) Bagaimana gaya tari Jaranan Sanjoyo Putro. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk gerak tari jaranan Sanjoyo Putro dan Gaya Tari Jaranan Sanjoyo Putro.Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data trianggulasi metode yang berarti membandingkan dan mengecek balik suatu informasi yang diperoleh dengan cara menggunakan beberapa teknik pengumpulan data pada setiap sumber data. Hasil dari penelitian ini adalah bentuk dan gaya tari jaranan Sanjoyo Putro tidak pernah berubah sejak diciptakan. Bentuk gerak yang mendominasi dalam tari jaranan adalah singget, gedhegan, junjungan, entrogan, ngglebag dan srisig yang selalu diulang. Ciri khas yang terdapat pada jaranan Sanjoyo Putro adalah terdapat 2 model masuknya penari ke arena pentas, mempertahankan tradisi dan senggakan “Saya Kawak Saya Penak”. Selain itu terdapat berbagai hal yang mendukung penyajian jaranan, yaitu tata rias, tata busana, property, pola lantai, tata pentas dan cahaya serta iringan music pendukung dalam tarian.<br>Kata kunci: bentuk tari, gaya tari, jaranan Sanjoyo Putro. ALISA CAHYANI, BAMBANG SUGITO ##submission.copyrightStatement## https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/28963 Tue, 09 Jul 2019 00:00:00 +0000 UNGKAPAN KEANGGUNAN WANITA TIONGHOA SURABAYA DALAM TIPE TARI DRAMATIK MELALUI KARYA TARI “JUAN” https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/29066 Surabaya memiliki macam etnis sebagai masyarakatnya.salah satunya adalah etnis Tionghoa. Tionghoa hadir di Indonesia sudah sejak lama masuk dengan jalur perdagangan tepatnya di daerah utara Surabaya, mereka berdagang dan sukses berkembang di Indonesia sehingga mereka sungguh untuk tinggal dan menetap di Indonesia. Dari berbagai khas yang menarik dari Tionghoa, wanita tionghoa menjadi suatu khas yang menarik untuk di amati keelokan,kecantikan,dan keindahan yang dimilikinya membuat insan yang melihat hanyut dalam pandangannya. Fenomena tersebut yang melatar belakangi pada karya tari Juan ini. Karya tari Juan memiliki 2 variabel bentuk dan isi. Variabel bentuk yang digunakan adalah tipe tari dramatik dan variabel isi menceritakan tentang sosok wanita Tionghoa yang memiliki keanggunan dan keindahan dalam kesehariannya namun kini telah bergeser yang tidak ditemukan lagi pada wanita keturunan Tionghoa pada zaman sekarang. Penciptaan karya tari Juan yaitu sebagai wujud realisasi dari ide koregrafer dan Untuk bentuk pendeskripsian, mengkaji dan menganlisa dari karya tari “Juan”. Sehingga karya tari ini tidak hanya dipahami oleh visual namun juga tersaji jelas secara teori. Metode yang digunakan adalah metode kontruksi oleh Jacqluline Smith sebagai acuan dan pijakan untuk membuat karya tari Juan ini.Kajian teori digunakan sebagai acuan atau pijakan untuk membuat sebuah karya sehingga karya yang tersaji tidak keluar dari kaidah-kaidah yang sudah ada, selain itu juga mempermudah proses menjadi lebih sistematis dan tertata rapi. Metode Kontrukasi oleh Jacqluline Smith menjadi pijakan dalam pembuatan karya “Juan”. Proses sesuai dengan metode kontruksi dimulai dari tema yang dipilih yaitu keanggunan . Judul yang di ambil “Juan” yang merupakan kata dari bahasa Cina yang memiliki arti indah menggambarkan laku indah seorang wanita Tionghoa . Tipe tari dramatik dipilih karena sinkron dengan keingan koreografer yang tidak ingin memunculkan tokoh yang spesifik dan cerita yang terlalu fulgar . Mode yang digunakan simbolis karena menggunakan simbol-simbol untuk menggambarkan gerak dan maksud, kemudian representatif karena mempresentasikan kembali bentuk objek wanita Tionghoa kedalam panggung. Teknik berasal dari kemampuan koreografer mengolah gerak sehingga menjadi karya yang baru murni dari pemikiran koreografer. Gaya yang digunakan tari tradisi Surabaya dan Cina yang diolah lalu dikembangkan dengan selaras. Jumlah penari sebanyak 5 orang wanita yang berperan menjadi wanita Tionghoa Surabaya dengan sifat yang anggun. Tata Teknik Pentas yang digunakan panggung prosenium dengan tata pencahayaan yang lengkap. Iringanyang digunakan merupakan ansamble instrumen campuran antara diatonis dan pentatonis bernuansa Jawa dan Cina. <br>Kata Kunci: Etnis,Tionghoa,Dramatik,Wanita KENYA KUSESWARI KANZHIRENGGANI, DJOKO TUTUKO ##submission.copyrightStatement## https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/29066 Thu, 11 Jul 2019 00:00:00 +0000 PERWUJUDAN TOKOH MENAKJINGGA DENGAN TIPE TARI DRAMATIK MELALUI KARYA TARI “SANG MENAK” https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/29069 Karya adalah hasil cipta, rasa, dan karsa manusia. Tari merupakan sebuah ungkapan ekspresi manusia yang diungkapkan melalui gerak tubuh dan ekspresi, erat dengan tenaga, ruang, dan waktu dalam keberadaanya. Karya tari berisi tentang gagasan penata tari yang diterjemahkan kedalam bentuk gerak serta telah mengalami stilisasi disusun dengan teori komposisi dan koreografi. Salah satu bentuk ungkapan jiwa manusia yang diwujudkan melalui gerak.Karya tari dengan judul “Sang Menak” tersebut menceritakan tentang Sosok Joko Umbaran atau Menakjingga yang diingkari oleh Ratu Kencana Wungu yang mengakibatkan Joko Umbaran terluka batinnya menurut masyarakat Blambangan dalam perebutan hegemoni kerajaan Blambangan. Karya ini memiliki dua variabel yaitu variabel bentuk dengan menggunakan konsep dramatik dan variabel isi pada bentuk perwujudan tokoh menakjingga. Penggunaan tipe tari dramatik dapat memudahkan seorang koreografer untuk menciptakan sebuah karya tari, karena tipe tari dramatik telah memiliki tahapan-tahapan yang dapat dijadikan panutan untuk membuat sebuah karya tari. Karya ini melalui beberapa tahapan yaitu melalui tahap eksplorasi, improvisasi, evaluasi dll. Pada karya tari “Sang Menak” koreografer berharap penikmat dapat mendapatkan pesan yang ingin disampaikan oleh koreografer dan dapat Mendeskripsikan bentuk penyajian pada karya tari “Sang Menak” serta bentuk perwujudan Menakjinggo melalui pengenbangan elemen geraknya.<br>Kata Kunci: Perwujudan, Dramatik, Menakjingga, “Sang Menak” TRI ASIYAH, DJOKO TUTUKO ##submission.copyrightStatement## https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/29069 Thu, 11 Jul 2019 00:00:00 +0000 KARYA MUSIK “ a – KU ” DALAM TINJAUAN BENTUK MUSIK https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/29084 Karya “a-KU” adalah sebuah karya musik programatik yang menceritakan perjalanan hidup seorang anak manusia, mulai dari terlahir didunia, balita, anak-anak, muda, hingga massa pencarian jati dirinya. Dari beberapa massa perjalanan hidup tersebut telah dirangkai kedalam karya musik berbentuk 3 bagian kompleks/besar.Judul “a-KU” memiliki makna yang mendalam, dimana huruf a (kecil) adalah nama depan dari anak dalam cerita tersebut. Dan -KU (balok) memiliki makna, Tuhan Yang Maha Esa. Jadi karya “a-KU” adalah karya musik yang menceritakan perjalanan hidup seorang anak manusia yang tidak lepas dari tuntunan Tuhan. Dimana anak dalam cerita itu adalah komposer itu sendiri.Karya musik “a-KU” disajikan dalam format Orchestra dengan jumlah pemusik 31 orang. Karya musik ini memiliki 144 birama dengan durasi 7 menit 15 detik. Tangganada yang digunakan dalam karya musik ini ialah Natural lalu dimodulasi ke G pada bagian 2, lalu naik 1 nada ke A minor pada bagian yang sama, dan bagian terakhir C dimodulasi lagi ke D major. Sukat yang digunakan adalah 4/4, ¾, dan 6/8.Dalam penulisannya karya ini mengerucut pada tinjauan bentuk musik. Karya musik “a-KU” adalah sebuah karya musik dengan 3 bagian kompleks/ besar, yang apabila dijabarkan memiliki urutan sebagai berikut: Ak (Introduksi, A, A’, A1, A2), Bk (Bridge, B1, B1’, B2), Ck (C, C’, C1, C1’, C2, Coda).<br>Kata Kunci : Perjalanan Hidup, Struktur Bentuk Musik. ANGGA YOGA SAPUTRA, MOH SARJOKO ##submission.copyrightStatement## https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/29084 Fri, 12 Jul 2019 00:00:00 +0000 UNGKAPAN KESETIAAN MELALUI TIPE DRAMATIK PADA KARYA TARI “SATYA LAMBARI” https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/29086 Pada karya dengan judul Satya Lambari, penulis sekaligus koreografer memunculkan sebuah koreografi dengan variabel isi yang terinspirasi dari kisah kesetiaan Gandari. Koreografer tertarik karena pada zaman sekarang sudah hampir tidak ada hal seperti itu dilakukan oleh masyarakat umum sehingga koreografer merasakan hal baru untuk dapat mengeksplorasi gerak yang mempunyai makna kesetiaan. Konsep ini divisualisasikan dengan tipe tari dramatik. Teori yang digunakan antara lain teori ungkapan, kesetiaan, tipe dramatik dan teori koreografi. Metode penciptaan karya tari ini menggunakan pendekatan kontruksi oleh Jacquiline Smith yang melalui beberapa proses yaitu eksplorasi, komposisi, improvisasi dan evaluasi. Karya tari Satya Lambari ini mempunyai sebuah rancangan kekaryaan untuk melangkah pada proses studio. Tema yang dipilih yaitu kesetiaan dengan judul karya Satya Lambari yang berarti sebuah kesetiaan yang tulus dari Dewi gandari. Mode penyajiannya diungkapkan secara simbolis representatif. Koreografer menggunakan gaya Jawa Timuran etnis Mataram dengan iringan musik pentatonis laras pelog dan diatonis yang digabungkan. Sesuai dengan bentuk pertunjukannya yaitu dramatik, koreografer memilih panggung prosenium sebagai arena pertunjukan dengan tata lampu yang sudah disesuaikan. Pendukung lainnya seperti tata rias dan busana tari Satya Lambari ini menggunakan pendekatan pertunjukan tradisi. Karya tari Satya Lambari ini juga menggunakan properti berupa rambut panjang yang dibuat dari benang wol berwarna hitam dikepang. Penggunaan properti tersebut digunakan sebagai penutup mata penari sebagai simbol kesetiaan Dewi Gandari.Dengan variabel isi dan bentuk, karya tari Satya Lambari ini ditemukan simpulan simpulan yang didapat dari isi kesetiaan adalah sebuah makna tentang proses bertahan yang disimbolkan dengan menjaga keseimbangan yang ditimbulkan dengan gaya gravitasi bumi serta konsentrasi penari dalam bergerak akan lebih diperhatikan karena kondisi penari dalam keaadaan mata tertutup. Selain itu, simbol gerak menutup mata adalah salah satu bentuk visualisasi kesetiaan Dewi Gandari. Tipe tari dramatik juga ditemukan simpulan yaitu dengan adanya dinamika suasana serta klimaks dapat memperlihatkan alur dramatik yang disampaikan. <br>Kata kunci: Ungkapan, Kesetian, Dramatik, Satya Lambari MAHARANI DHINDA GANES WAHYUNINGTYAS, PENI PUSPITO ##submission.copyrightStatement## https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/29086 Fri, 12 Jul 2019 00:00:00 +0000 WUJUD KETEGUHAN DEWI KUNTI DALAM TIPE DRAMATIK PADA KARYA TARI “ SANG PRITHA” https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/29088 Mahabharata merupakan kisah epik yang terbagi menjadi delapan belas kitab atau sering disebut Astadasaparwa. Rangkaian kitab menceritakan kronologi peristiwa dalam kisah Mahabharata, yakni semenjak kisah para leluhur Pandawa dan Korawa (Yayati, Yadu, Puru, Kuru, Duswanta, Sakuntala, Bharata) sampai kisah diterimanya Pandawa di surga. (Pendit,2005:18)Fokus karya merupakan sebuah kefokusan ide garap dalam karya tari. Fokus dalam penciptaan karya sangatlah penting, supaya maksud dan makna yang akan disampaikan oleh koreografer tersampaikan kepada penonton. Fokus karya pada karya tari ini terdapat dua variabel, yaitu variabel isi dan variabel bentuk. Variabel isi tentang keteguhan hati seorang Dewi Kunti dalam menjalani hidupnya. Variabel bentuknya merupakan sebuah karya tari tpe dramatik yang terinspirasi dari cerita Mahabharata.Karya tari ini menggambarkan bagaimana kehidupan Dewi Kunti melalui Tipe Dramatik. Kehidan Dewi Kunti yang tidak selalu berjalan mulus menjadi daya tarik koreografer dalam proses penciptaan karya tari ini, namun hal positif yang diambil disini yaitu keteguhan. Dimana Dewi Kunti sangat teguh menjalani kehidupannya sampai harus merelakan kedua putra kandungnya berperang dan salah satu dari mereka gugur di medan perang. Tipe dalam karya tari ini adalah dramatik. Pada karya tari ini tidak memusatkan cerita di dalam suatu kejadian atau sauna, melainkan menekankan pada kekutan – kekuatan gerak untuk memvisualisasikan keteguhan Dewi Kunti<br>Kata Kunci : Tipe Dramatik, Keteguhan, Dewi Kunti ADITYA PRISMA SUGONDO, DJOKO TUTUKO ##submission.copyrightStatement## https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/29088 Fri, 12 Jul 2019 00:00:00 +0000 “Laku Kreatif Tri Broto Wibisono Dalam Proses Menciptakan Karya Tari” https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/29208 Tri Broto Wibisono juga memilki ciri khas yang unik dengan kosisten dalam berkarya seni tari Jawa Timuran. Karya tari Tri Broto Wibisono juga dengan mudah ditarikan oleh segala usia sehingga dapat diterima dan dikenang oleh masyarakat sampai sekarang. Sebagai contoh pengabdian pada seni tari yang ada di Surabaya menghantarkan Tri Broto Wibisono untuk mengembangkan tari Remo Sawunggaling, pengembangan ini diberi nama Remo Jugag. Tri Broto Wibisono tidak terbatas menghasilkan karya-karya tari tetapi juga menghasilkan karya tulis berupa buku jurnal dan artikel yang telah menjadi buku dan acuan bagi para peneliti seni tari diterbitkan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Timur tahun 2001. Pentingnya penelitian proses kreatif salah satunya untuk mempertahankan sosok pelestari budaya seperti Tri Broto Wibisono.Penelitian ini terinspirasi dari karya terdahulu yang berkaitan dengan penelitian biografi dan proses kreatif seniman. Skripsi yang berjudul “Biografi Tri Broto Wibisono, Konsep dan Pandangan Terhadap Seni Tari” karya Mey Kartika Sari; Jurnal yang berjudul “Proses Kreatif R. Fajar Iriadi Dalam Penciptaan Karya Seni Lukis Periode 2010-2013” karya Taufiqur Pratama; Skripsi yang berjudul “Proses kreatif penciptaan Tari Parijhoto Sinangling karya Eko Ferianto” oleh Ulivia. Penelitian ini menggunakan teori Kreativitas dari Hawkins, teori proses kreatif dari Ellfeldt, Jequeline Smith, William, dan Rogers. Penulisan ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif dan metode penelitian kualitatif. Subjek dalam penelitian ini ialah Tri Broto Wibisono dan Objek penelitiannya adalah proses kreatif Tri Broto Wibisono dalam menciptakan karya tari. Tri Broto Wibisono menyusun konsep menggunakan teori dari Hawkins serta Jacqueline Smith dengan rangsangan awal, menentukan tipe tari, menghayati, mengkhayal, serta improvisasi. Saat proses studio Tri Broto Wibisono juga menggunakan teori dari Alma Hawkins dan Jacqueline Smith yang dimulai dari mengejawantahkan ( membuat motif bentuk), memberi bentuk, improvisasi, evaluasi, seleksi penghalusan, serta motif. Menyajikan karya tari yang dilakukan Tri Broto Wibisono terdapat elemen-elemen diantaranya karakter, gending, busana, gerak, serta penonton. Dalam tiga bahasan tersebut juga membahas ciri-ciri kreativitas dan faktor yang mempengaruhi kreativitas Tri Broto Wibisono.Laku kreatif Tri Broto Wibisono dalam proses menciptakan karya tari dapat menjadi acuan bagi generasi muda. Karena Tri Broto Wibisono menciptakan karya tari mementingkan dan menggunakan roso untuk menghasilkan karya tari yang dapat memberikan kesan kepada penonton atau penikmat seni. Sehingga diharapkan dengan penelitian ini dapat menjadi rujukan bagi penelitian sebelumnya.<br>Kata Kunci: Proses Kreatif dan Tri Broto Wibisono YENI NOVA RATNASARI, WARIH HANDAYANINGRUM ##submission.copyrightStatement## https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/29208 Wed, 17 Jul 2019 00:00:00 +0000 UNGKAPAN KETEGUHAN HATI DEWI AMBA MELALUI TIPE TARI LIRIS PADA KARYA KEKAH https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/29213 Karya tari Kekah berangkat dari cerita Mahabharata yaitu kisah seorang putri raja bernama Dewi Amba. Kisah percintaan Dewi Amba yang penuh keteguhan membuat koreografer ingin mengangkatnya sebagai sebuah ide gagasan untuk menciptakan suatu karya. Koreografer mengungkap keteguhan Dewi Amba menjadi sesuatu yang baru dari bentuk penyajiannya dan dikemas dalam bentuk pertunjukan tari liris. Karya tari Kekah terinspirasi dari karya In Controll koreografer Nihayah dan tari Bedaya Semang yang diciptakan oleh Sultan Agung. Teori karya tari Kekah yang digunakan dalam proses kreatifnya antara lain teori ungkap dari Kridalaksana, teori keteguhan hati dari Peterson dan Seligman, dan tari liris dari Jacquiline Smith. Tidak lepas dari teori komposisi tari, koreografi ini tidak akan menjadi sesuatu yang baik apabila tidak dibekali dengan ilmu-ilmu komposisi dan koreografi. Koreografer menjadikan karya tari Kekah melalui tipe tari liris dengan menggunakan teori konstruksi Jacquiline Smith. Karya tari dengan judul Kekah menggunakan tipe tari liris yang memiliki kualitas lembut tanpa ada patahan. Karya tari Kekah ini memiliki unsur pendukung yaitu tata rias busana, tata teknik pencahayaan, dan iringan musik tari. Dalam proses karya tari Kekah ini koreografer mengawalinya dengan menemukan rangsang lalu menentukan tipe tari, setelah itu menentukan mode penyajian. Lalu pada prosesnya koreografer melakukan eksplorasi, improvisasi, komposisi, dan evaluasi. Koreografer juga menghadirkan skenario karya agar tidak salah arah pada proses untuk menghasilkan gerak dan pola lantaiKarya tari Kekah ini dapat ditarik kesimpulan bahwa akan menemukan suatu hal baru berdasarkan fokus dan mendapatkan bermacam-macam bentuk. Selain itu koreografer juga berharap karya Kekah dapat menjadi dorongan para seniman lain untuk menciptakan karya yang inspiratif dan dapat digunakan sebagai bahan inspirasi bagi koreografer lain.<br>Kata Kunci: Ungkapan, keteguhan hati, Tari liris, dan Kekah GHINA ATIKA PRATIWI, PENI PUSPITO ##submission.copyrightStatement## https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/29213 Wed, 17 Jul 2019 00:00:00 +0000 KREASI BENTUK TARI REMO GANDRUNG PADA LUDRUK IRAMA BARU DI BALONGBENDO KABUPATEN SIDOARJO https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/29378 Tari Remo Gandrung merupakan tari yang lahir pada ludruk sekitar tahun 1969-an, namun Tari Remo gaya ini kurang eksis sehingga sempat hilang dan sama sekali tidak ada tulisan baik berupa buku, jurnal, maupun artikel yang memuatnya. Hanya ada beberapa video dokumentasi amatir yang di unggah di YouTube, ciri-ciri Tari Remo Gandrung merupakan tari berpasangan, gaya busana Tari Remo Gandrung dimodifikasi diluar warna-warna biasanya seperti penggunaan warna merah dan sampur penari yang sangat panjang. Selain itu, gaya improvisasi dan pembawaan karakter yang cukup kuat ada pada Kelompok Ludruk Irama Baru, serta diketahui bahwa tarian tersebut masih dipentaskan sampai tahun 2019 ketika penelitian ini berlangsung. Tari Remo Gandrung hadir dengan formasi berpasangan. Penggabungan antara Tari Remo Putra dan Tari Remo Putri yang saling berinteraksi seperti tari berpasangan. Namun, hal tersebut justru menjadi angin segar karena Tari Remo Gandrung memberikan sentuhan yang benar-benar baru pada suatu penyajian Tari Remo. Hal tersebut menarik untuk dikaji serta fokus penelitian ini yaitu bentuk penyajian Tari Remo Gandrung pada Ludruk Irama Baru dan Ludruk Irama Baru mempertahankan eksistentsi Tari Remo Gandrung.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teori bentuk penyajian oleh Jazuli dan teori Eksistensi oleh Sumandiyo, jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, teknik pengumpulan data, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu reduksi data, penyajian data, simpulan, dan validitas data menggunakan triangulasi sumber, triangulasi metode, dan triangulasi waktu.Hasil Penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa Bentuk penyajian Tari Remo Gandrung mempunyai keunikan yang berbeda dari Tari Remo Gandrung pada kelompok Ludruk lainnya, keunikan terdapat pada beberapa unsur bentuk penyajian didalamnya antara lain, unsur gerak, iringan musik, rias, busana, pelaku, dan tempat pentasnya. Eksistensi Tari Remo Gandrung juga bergantung pada keberadaan pertunjukan induknya yaitu Ludruk, hal lain yang menjadi pengaruh adalah pelaku kesenian sebagai generasi penerus, serta keberlangsungan Tari Remo Gandrung yang bersinggungan dengan perkembangan zaman, perhatian kepada hiburan yang lebih mudah diakses seperti Mall, Smartphone, bioskop, dan lain sebagainya juga menjadi salah satu faktor penting terkait eksistensi Tari Remo Gandrung sebagai kesenian tradisional.<br>Kata kunci: Tari Remo Gandrung, Ludruk Irama Baru, Bentuk Penyajian, Eksistensi. AMBAWANI GELAR, WARIH HANDAYANINGRUM ##submission.copyrightStatement## https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/29378 Mon, 22 Jul 2019 00:00:00 +0000 KREASI BENTUK JARANAN BRENG DESA GLEDUG KECAMATAN SANANKULON KABUPATEN BLITAR https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/29385 Jaranan Breng merupakan kesenian yang menjadi ciri dan cikal bakal kesenian Desa Gledug Kecamatan Sanankulon Kabupaten Blitar. Ketertarikan peneliti pada Jaranan Breng karena memiliki keunikan, yaitu: 1) dianggap sebagai cikal bakal kesenian pertama di Desa Gledug, 2) menggunakan properti berang dari bambu, 3) mempunyai gerakan masih pakem, 4) memiliki fungsi sebagai memeriahkan ritual. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana isi bentuk penyajian dalam pertunjukan Jaranan Breng Desa Gledug Kecamatan Sanankulon Kabupaten Blitar. Penelitian ini berlokasi di Desa Gledug Kecamatan Sanankulon Kabupaten Blitar. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif diskriptif sehingga menghasilkan data berupa deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Validitas data menggunakan teknik triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Teknik analisis data menggunakan analisis sebelum di lapangan dan analisis data di lapangan model Miles and Huberman, reduksi data, data display dan verification. Hasil penelitian dan pembahasan menunjukan bahwa kreasi bentuk penyajian dalam pertunjukan Jaranan Breng Desa Gledug Kecamatan Sanankulon Kabupaten Blitar terdapat beberapa elemen pendukung, antara lain: gerak; pola lantai; musik/iringan; tata rias dan busana; tempat pertunjukan dan perlengkapan/property. Simpulan pada penelitian ini menunjukan bahwa, kreasi bentuk penyajian dalam pertunjukan Jaranan Breng Desa Gledug Kecamatan Sanankulon Kabupaten Blitar hingga sekarang dapat terus hidup, dinikmati dan diminati oleh masyarakat.<br>Kata kunci: Kreasi, Bentuk, Jaranan SINDA AGUSTINA, BAMBANG SUGITO ##submission.copyrightStatement## https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/29385 Mon, 22 Jul 2019 00:00:00 +0000 KARYA KOREOGRAFI KELOMPOK CHERLEADING DALAM PERSPEKTIF SENI PERTUNJUKAN https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/29534 Cheerleader dilahirkan sebagai pendukung atau penyemangat, tetapi tidak hanya berdiam diri saja dan berteriak-teriak. Cheerleader sebenarnya memiliki penampilan dan merupakan salah satu bidang olahraga yang dapat dibilang cukup ekstrim. Penampian cheerleading biasanya berkisar 2,5 - 3 menit yang menampilkan berbagai penampilan yang tidak biasa seperti pyramid, stunt, thumbling, dance, jumps, dan motion yang beraneka ragam. Di indonesia, cheerleader mulai menampakkan eksistansinya semenjak tahun 2000-an. Tujuan penulisan untuk mengenalkan cheerleader kepada masyarakat, bahwa cheerleader saat ini yang diakui sebagai bentuk olahraga mulai menjadi suatu pertunjukkan koreografi yang menghibur berdirilah suatu komunitas pecinta cheerleading surabaya yakni Independent Cheerleaders Of West Surabaya (Incrows). komunitas cheerleaders di Surabaya yang berdiri pada tanggal 25 Juli 2010 dan berfungsi sebagai wadah komunikasi para cheerleaders khusunya di Surabaya. INCROWS sendiri tergabung didalam suatu induk organisasi cheerleading indonesia yakni The A Team Cheerleading Company yang berpusat di Jakarta sejak tahun 24 april 2011. INCROWS adalah cheerleading yang berusaha untuk memadukan tekhnik olahraga cheerleader dengan koreografi tari yang mengandalkan ruang, tenaga, dan waktu. Sehingga dari perpaduan tersebut tercipta estetika baru dalam sajian koreograti tari yang ekstrim. Membuat penonton akan merasakan kaget, takjub dan merinding saat menikmati pertunj ukan tersebut. <br>Kata Kunci : Cheerleader, Koreografi, Seni Pertunjukan ALISYA RETNAYU KARISMA, WARIH HANDAYANINGRUM ##submission.copyrightStatement## https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/29534 Wed, 24 Jul 2019 00:00:00 +0000 KOLABORASI GRUP KERONCONG DJAGANK DAN DJ NUNU DALAM ARANSEMEN LAGU BENGAWAN SOLO DI KOTA LAMONGAN https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/29536 Grup Keroncong Djagank adalah grup keroncong dari Lamongan yang personilnya adalah siswa aktif dari SMAN 2 Lamongan, dan juga merupakan satu-satunya grup keroncong di Lamongan yang berasal dari Sekolah Menengah Atas di kota Lamongan dan satu-satunya grup keroncong yang berhasil berkolaborasi dengan mengaransemen sebuah lagu dengan seorang DJ. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kolaborasi grup Keroncong Djagank dan DJ Nunu dalam aransemen lagu Bengawan Solo ciptaan Gesang, mendeskripsikan kendala yang dihadapi dalam latihan grup Keroncong Djagank, mendeskripsikan hasil aransemen lagu Bengawan Solo oleh grup Keroncong Djagank dan DJ Nunu. Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif. Subjek penelitian yaitu Grup Keroncong Djagank dan DJ Nunu dengan objek penelitian ditekankan pada kolaborasi dan aransemen. Sumber data dalam penelitian ini melalui dua cara, yaitu: (1) Sumber data primer, (2) Sumber data sekunder. Pengumpulan data melalui beberapa cara yaitu: (1) Observasi, (2) Wawancara, (3) Dokumentasi, (4) Rekaman,. Validitas data dalam penelitian ini yaitu: (1) Triangulasi Sumber, (2) Triangulasi Teknik, (3) Triangulasi Waktu.Grup keroncong Djagank berhasil mengkolaborasikan musiknya dengan musik elektrik yang dimainkan oleh seorang DJ. Ini adalah suatu hal yang jarang sekali dilakukan oleh grup keroncong lain dan Grup Keroncong Djagank berhasil melakukan kolaborasi dengan DJ Nunu dengan baik. Kendala-kendala yang terjadi dalam proses kolaborasi, antara lain: (1) perbedaan pendapat dari masing-masing personil, (2) minat para penikmat musik keroncong di kota Lamongan masih minim. Maka dari itu Kr. Djagank berkolaborasi dengan seorang DJ bertujuan untuk meningkatkan minat para penikmat musik keroncong di Kota Lamongan.<br>Kata Kunci : Kolaborasi Grup Keroncong Djagank dan Dj Nunu VANDA DEVIA RACHMASARI, AGUS SUWAHYONO ##submission.copyrightStatement## https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/29536 Wed, 24 Jul 2019 00:00:00 +0000 KARYA TARI “SIGRAK” https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/29750 Sigrak merupakan sebuah karya tari yang terinspirasi dari kelincahan seorang gadis yang sedang bermain dan tidak menggunakan gadged di era globalisasi seperti ini. Maka, koreografer menciptakan tari Sigrak sebagai bentuk ungkapan kegembiraan dan suka cita seorang gadis nan lincah. Karya tari ini memiliki fokus isi suka cita dan gembira dan fokus bentuknya merupakan sajian dari sebuah karya tari yang bertipe dramatik.Dalam proses penciptaan karya tari Sigrak ini koreografer melakukan pengkajian terlebih dahulu terhadap karya yang telah diciptakan oleh koreografer terdahulu yang tentunya telah relevan seperti Tari dhunak, Tari piwales, dan Tari Reresik. Tidak hanya itu, pengkajian teori juga menggunakan teori ungkapan, perjuangan, dan dramatik. Karya tari Sigrak menggunakan metode konstruksi yang telah dikenalkan oleh Jacqueline Smith digunakan sebagai langkah-langkah untuk membangun sebuah ide yang akhirnya menjadi konsep. Dalam mengkonstruksi karya tari dibutuhkan pemahaman tentang elemen dasar tari seperti tenaga, ruang, dan waktu serta tatanan tari yang baik melalui tahap rangsang awal, menentukan tipe tari, mode penyajian, eksplorasi, improvisasi, analisis dan evaluasi, serta penghalusan.. Teknik dan gaya tari Sigrak ialah gaya jawa timur mataraman yang dikembangkan dengan kelincahan kaki, kekuatan tangan dan kaki, serta ragam gerak Tari Dhunak yang menjadi acuan karena memiliki rasa yang sama yaitu pengungkapan emosional.Alur pada karya tari ini dibagi menjadi empat bagian yakni introduksi, adegan 1, adegan 2, dan adegan 3. Koreografi dalam karya ini tentunya harus didukung dengan tata rias dan busana yang menggambarkan atau menyimbolkan karakter tarian tersebut. Sebagai pendukung karya tari, iringan musik menjadi hal yang penting. Dalam karya ini menggunakan iringan pentatonic dalam bentuk digital.Karya tari Sigrak menawarkan bentuk sajian yang mengeksplorasi tubuh berdasarkan tipe tari dramatik. Penyampaian gerak dalam karya ini dipertimbangkan dari sisi konsep karya dan kemampuan para penari yang tentunya memiliki motivasi dan isi. <br>Kata Kunci : Ungkapan, Sigrak, dan Dramatik SELLA MAHDA SOFIYANA, ANIK JUWARIYAH ##submission.copyrightStatement## https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/29750 Mon, 29 Jul 2019 00:00:00 +0000 VISUALISASI GENERASI MENUNDUK DALAM BENTUK PERTUNJUKAN DANCE THEATER PADA KARYA “PARADOKS” https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/31954 <p>Pada karya dengan judul Paradoks, penulis yang sekaligus menjadi koreografer mengangkat fenomena paradoks yang terjadi di tengah masyarakat yaitu masyarakat yang merubah kebiasaannya menjadi menunduk karena ketergantungan dengan gadget. </p> <p>Kebiasaan itu disebut dengan generasi menunduk. Paradoks merupakan penyataan yang seolah-olah bertentangan dengan pendapat umum atau kebenaran atau bersifat kontradiksi tetapi kenyataannya mengandung kebenaran. Fokus pada karya ini adalah paradoks tentang generasi menunduk yang nantinya akan divisualisasikan menjadi sesuatu yang baru dari bentuk penyajiannya dan dikemas dalam bentuk pertunjukan dance theater.</p> <p> Hasil penciptaan relevan, terinspirasi dari karya “Paradox” koreografer Rizza Ahmad dan Mirna Arfianti. Pendekatan pada karya tari Paradoks menggunakan metode kontruksi. Penafsiran koreografer terhadap paradoks yang terjadi di masyarakat tentang generasi menunduk, dianjutkan pada tahap proses kreatif, diantaranya ekplorasi, improvisasi, analisis, evaluasi dan finishing. Karya Paradoks menggunakan mode penyajian representatif dan simbolis menurut Ben Suharto yaitu pengungkapan mempresentasikan bentuk asli objek yang dijadikan ide. Dari hasil karya ini dapat disimpulkan bahwa dari fokus yang terpilih, koreografer berharap untuk semua penikmat agar dapat belajar dari sebuah objek sederhana, dari hal kecil menjadi besar, dari yang susah menjadi mudah dan mengembangkan pemikiran serta penafsiran sesuatu yang berdasar pada ide gagasan yang menimbulkan sebuah kreatifitas dalam memaknai hal-hal dalam kehidupan. </p> <br><br><br><br><br> AGUS SETIAWAN ##submission.copyrightStatement## https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/31954 Mon, 27 Jan 2020 00:00:00 +0000