ANALISIS PENYEBAB PERUBAHAN DARI PERAJIN GENTENG MENJADI PERAJIN BATU BATA (STUDI KASUS MASYARAKAT KELURAHAN KAWEDANAN KECAMATAN KAWEDANAN KABUPATEN MAGETAN)
Abstract
ANALISIS PENYEBAB PERUBAHAN DARI PERAJIN GENTENG MENJADI PERAJIN BATU BATA (STUDI KASUS MASYARAKAT KELURAHAN KAWEDANAN KECAMATAN KAWEDANAN KABUPATEN MAGETAN)
Charisma Wahyu Utami
Mahasiswa S1 Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Surabaya, hicha0.0ris@gmail.com
Dr. Bambang Sigit Widodo, M. Pd
Dosen Pembimbing Mahasiswa
Abstrak
Kelurahan Kawedanan merupakan salah satu kelurahan di Kabupaten Magetan yang masyarakatnya secara umum merupakan perajin genteng. Namun, masyarakat yang awalnya merupakan perajin genteng mulai beralih menjadi perajin batu bata. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang menyebabkan beralihnya minat masyarakat yang awalnya merupakan perajin genteng mulai beralih menjadi perajin batu bata.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Subyek dari penelitian ini adalah perajin batu bata di Kelurahan Kawedanan yang sebelumnya merupakan perajin genteng, perajin genteng, dan penyedia bahan baku. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tiga tahapan yaitu, reduksi, penyajian data, dan kesimpulan.
Hasil dari penelitian menunjukkan. Perajin genteng di Kelurahan Kawedanan sangat awam tentang karakteristik lempung yang digunakan sebagai bahan baku genteng, hal ini kemudian seringkali menimbulkan resiko kerugian yang cukup besar, resiko inilah yang kemudian menjadikan perajin memilih beralih pada batu bata dengan resiko gagal produksi yang lebih rendah. Proses produksi genteng yang lebih rumit dibandingkan dengan proses produksi batu bata menjadikan perajin memilih untuk membuat batu bata. Proses produksi genteng yang rumit kemudian diikuti modal yang diperlukan dalam industri genteng tidaklah sedikit, hal ini menyebabkan adanya keengganan karena takut dengan resiko yang dihadapi. Selain faktor tersebut, pemasaran genteng mengalami penurunan permintaan dari konsumen, sebaliknya penjualan batu bata tetap bisa berjalan sehingga lebih bisa diandalkan oleh perajin. Dukungan pemerintah tidak dapat dirasakan oleh perajin di Kelurahan Kawedanan karena tidak adanya KUB yang terstruktur di Kelurahan Kawedanan dan KUB ini hanya mencakup perajin – perajin besar dan perajin – perajin kecil tidak bisa ikut dalam KUB dikarenakan persyaratan yang diajukan oleh pengelola KUB yang dirasakan memberatkan perajin kecil.
Kata kunci : perajin, genteng, batu bata
Downloads

