Dampak Pembangunan Waduk Konservasi Air Lamong Terhadap Lingkungan Terbangun, Kondisi  Sosial Dan Ekonomi Petani Daerah Irigasi Waduk Lamong Di Kecamatan Badas Kabupaten Kediri Pada Periode Pembangunan 2010-2015

  • BADARUL UMAM

Abstract

Abstrak

                          Upaya pemanfaatan mata air secara optimal dan berkelanjutan, diperlukan langkah-langkah yang tepat, meliputi perumusan strategi dan penyusunan program pengelolaan mata air serta dukungan kelembagaan yang memadai. Kaidah konservasi tanah dan air , atau konservasi sumberdaya alam pada umumnya, adalah sama yaitu bahwa kita harus hemat menggunakan sumberdaya alam dan mengelola berdasarkan hukum  alam itu sendiri. Potensi sumber daya air sangat melimpah di ketahui bahwa terdapat 13 mata air yang di wilayah Kecamatan Badas. Pembangunan membawa dampak pada mata air yang dahulunya hanya dibiarkan mengalir alami, tanpa sentuhan tangan manusia serta pemanfaatan yang sederhana dan meliputi wilayah yang sangat sempit. Pembangunan ini bertujuan untuk irigasi, pariwisata, konservasi. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui 1) perubahan struktur ruang lingkungan terbangun Kecamatan Badas sebelum dan setelah pembangunan konservasi air lamong, 2) tingkat kondisi ekonomi petani  Kecamatan Badas khususnya Pendapatan, Peluang usaha, produktifitas dengan adanya pembangunan Waduk Konservasi sumber daya air lamong, 3) tingkat kondisi sosial petani khusnya pembentukan organisasi pengairan, gaya hidup, kerjasama/ persaingan dengan adanya pembangunan konservasi sumber daya air lamong , (4) partisispasi petani dalam konservasi air lamong.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Unit analisisnya adalah Wilayah Aliran Waduk Ampomangiran yang secara administratif masuk dalam 5 desa di Kecamatan Badas dengan luasan sawah mencapai 918 Ha. Sampel ditentukan sebanyak 110 petani  untuk mengetahui perkembangan sosial dan  ekonomi dengan teknik judgmental sampling. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahapan. Pertama, untuk mengetahui perubahan struktur ruang wilayah mata air dilakukan analisis temporal pada tahun 2010-2015, selanjutnya untuk mengetahui persentase perubahan struktur ruang dilakukan pengukuran melalui Geo-calculate di Arc-Gis. Kedua, untuk mengetahui dampak pembangunan pada petani dilakukan analisis sosio-hidro mengenai pemanfaatan air yang berdampak pada sosial-ekonomi petani pemakai air diwilayah daerah aliran sungai ampomangiran 1. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan survey, kuisioner, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan  analisis Temporal dan deskruptif kuantitatif untuk mengukur sosial ekonomi petani.

Hasil penelitian ini diperoleh hasil, bahwa perubahan wilayah kawasan mata air pada tahun 2010-2015 memiliki pengaruh pada struktur ruang wilayah kawasan mata air sistem jaringan sarana dan fungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara menyeluruh memiliki hubungan fungsional. Adapun pertumbuhan dari jarak terbangun meliputi bangunan ampomangiran 1, 2, dan 3 sejauh 5.469 m/5.4 km. Jarak terdekat yang terlayani waduk 0.300 m/0,3 km dengan luasan sawah yang mampu teraliri sejumlah 918 Ha. Penambahan luas kawasan mata air menjadi 0.283836 Ha pada tahun 2013, 0.061107 Ha pada tahap II pembangunan. Hubungan fungsional ini berdampak pada sektor ekonomi sebesar Rp. 146.070.000. Pada variabel ekspresi sikap hasilnya nilai guna waduk 4.46 % Sangat setuju, Indikator Interaksi Spasial memiliki rata-rata sebesar 4.64 % dan masuk dalam kategori Sangat Satuju. Indikator aktifitas memiliki rata-rata 4.19 dan termasuk dalam kategori Setuju. Hal ini menunjukan bahwa dengan adanya pembangunan waduk air lamong membuat aktifitas yang berhubungan dengan pengairan menjadi semakin dekat yang memunculkan beragam aktifitas. Partisipasi petani berupa Publik hearing sebesar 72.7 % tingginya demokrasi dalam berpendapat dan mengajukan pertanyaan, Publik Meating 60.9 % dilakukan pertemuan dengan publik, 90.4 % ceramah dan diskusi dilakukan tinggi, praktik pengelolaan dan pemanfaatan sebesar 67.3 % dan 79.1 %, dan praktik pengelolaan sumber daya alam di hilir sebesar 2.33 % penanaman disepanjang aliran sungai ditanami sebagian, 49.1 % dilakukan pengerukan sangat rutin, 49.1 % di lakukan pemasangan batu disepanjang aliran sungai.

 

Kata Kunci : Konservasi, Perubahan Struktur Ruang, Sosial, Ekonomi, Partisipasi

Published
2016-08-31
Section
Articles
Abstract Views: 49
PDF Downloads: 41