KAJIAN PERILAKU PETANI DALAM BUDIDAYA BAWANG MERAH PADA MUSIM KEMARAU DAN MUSIM HUJAN DI KECAMATAN SUKOMORO KABUPATEN NGANJUK
Abstract
Abstrak
Kabupaten Nganjuk merupakan daerah produsen bawang merah terbesar di Jawa Timur dengan kontribusi sebesar 47.83%. Data BPS tahun 2012-2014, menunjukkan bahwa di Kabupaten Nganjuk terdapat lima kecamatan sebagai pusat produksi bawang merah yaitu Kecamatan Rejoso, Wilangan, Bagor, Gondang dan Sukomoro. Masterplane Kawasan Agropolitan Kabupaten Nganjuk Tahun 2013, Kecamatan Sukomoro direkomendasikan sebagai pusat agropolitan komoditas bawang merah (Allium Cepa). Bawang merah diperlukan dalam kehidupan sehari-hari sehingga para petani berupaya untuk tetap bercocok tanam dalam berbagai kondisi dan menyesuaikan dengan kondisi alam yang terjadi di sekitarnya. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perilaku petani dalam budidaya bawang merah pada musim kemarau dan mengetahui perilaku petani dalam budidaya bawang merah pada musim hujan di Kecamatan Sukomoro Kabupaten Nganjuk.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survey. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive yaitu desa di Kecamatan Sukomoro kecuali Desa Sumengko dan Ngrengket. Populasinya sebanyak 9709 orang. Teknik penentuan sampel dengan menggunakan accidental sampling (sampel kebetulan) yaitu sebesar 100 responden. Pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara menggunakan kuesioner, observasi dan dokumentasi. Teknik analisisnya menggunakan presentase.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada musim kemarau petani mendapatkan sumber air untuk mengairi sawahnya berasal dari mesin diesel yaitu 94% (94 responden) dan 6% (6 responden) sumber airnya berasal dari irigasi. Pada musim hujan, 93% (100 responden) petani memperoleh air untuk mengairi sawahnya berasal dari air hujan dan 7% (7 responden) juga mendapatkan air dari irigasi. Perilaku petani bawang merah untuk penanaman bawang merah yaitu sejumlah 92% (92 responden) memilih varietas Bauji pada musim kemarau dan varietas Thailand pada musim hujan. Petani bawang merah pada musim kemarau memberikan pupuk lebih banyak dengan rata-rata 80,5 kg sekali pemberian dan pada musim hujan dengan rata-rata 63.75 kg. Petani memanen bawang merahnya saat musim kemarau sekitar umur 66 hari setelah tanam dan pada musim hujan berumur sekitar 56 hari setelah tanam. Luas lahan sekitar 2400 m2 modal yang diperlukan untuk membeli bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja pada musim kemarau rata-rata Rp. 7.500.000, dan pada musim hujan modal yang dibutuhkan rata-rata Rp. 6.700.000.
Kata kunci: bawang merah, perilaku petani, musim kemarau, musim hujan.
Abstrack
Nganjuk district is a region with the highest red onion producers in East Java who contributes 47.38% of their production. Data of Central Bureau of Statistics in 2012-2014 revealed that there were five sub-districts as the center of red onion production in Nganjuk Regency, i.e. subdistrict of Rejoso, Wilangan, Bagor Gondang, and Sukomoro. The master plan of the Agropolitan Regency of Nganjuk Year 2013, Subdistrict of Sukomoto, was recommended as the agropolitan center of red onion commodity (Allium Cepa). Red onion was needed in daily life so that farmers attempted to keep farming regardless of any circumstances and adjust to natural condition of the surrounding. The purpose of this research was to know farmer’s behavior in cultivating red onions during dry and wet season in Sukomoro Subdistrict, Nganjuk Regency.
Design of this researchwas a survey research. The location was decided purposively, in Sukomoro Subdistrict, except Sumengko and Ngrengket Village. The population were 9709 people. This research used accidental sampling technique with 100 respondents. The data collection was conducted by interviewing with questionnaire, observation, and documentation. The data were analyzed through a percentage.
The research result showed that in dry season, the farmers acquired water source to irrigate the field 94% (94 respondents) from diesel engine and 6% (respondents) of the other water source was from irrigation. During wet season, 93% (100 respondents) of the farmers obtained water from rain to irrigate their field and 7% (7 respondents) also acquired water from irrigation. The behavior of farmers of red onions to plant the onions showed that 92% (92 respondents) chose a variety of Bauji during dry season and Thailand variety for wet season. During dry season the onion farmers have gave more fertilizer with average of 80.5 kg once and with average 63.75 kg. The farmers have harvested the red onions during dry season when reaching 66 days old after planting and 56 days old after planting in wet season. With 2400 m2 land area, the capital used to purchased seeds, fertilizer, pesticide and labors during dry season was of average IDR. 7.500.000 and IDR 6.700.000 during wet season.
Key words: red onion,,farmer’s behavior, dry season, wet season.
Downloads
Downloads
Published
Issue
Section
Abstract views: 57
,
PDF Downloads: 355