HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI DENGAN PRODUKTIVITAS USAHATANI PISANG MAS KIRANA DI KECAMATAN SENDURO DAN KECAMATAN PRONOJIWO KABUPATEN LUMAJANG
Abstract
Sri Winanti Endarwasih
Mahasiswa S1 Pendidikan Geografi, windy_hide@yahoo.co.id
Lucianus Sudaryono
Dosen Pembimbing Mahasiswa
Abstrak
Kecamatan Senduro dan Kecamatan Pronojiwo merupakan daerah penghasil pisang Mas Kirana di Kabupaten Lumajang.
Kecamatan Senduro menggunakan sistem monokultur, sedangkan Kecamatan Pronojiwo menggunakan sistem tumpang sari
dengan salak sebagai tanaman utama. Perbedaan sistem tanam ini berdampak pada input dan output pada usahatani yang juga
menunjukkan terjadinya perbedaan cara petani mengalokasikan atau mengatur faktor-faktor produksinya. Permasalahan ini
diangkat dalam penelitian untuk mengetahui seberapa besar usaha yang dilakukan petani untuk mengelola usahatani pisang
yang dijalankan di kedua daerah. Populasi dalam penelitian ini adalah satuan-satuan lahan pertanian pisang yang diusahakan
oleh petani pisang di Kecamatan Senduro dan Kecamatan Pronojiwo. Pengambilan sampel ditentukan 5 responden masing-
masing desa, 8 desa di Kecamatan Senduro dan 6 desa di Kecamatan Pronojiwo. Teknik pengumpulan data produktivitas
usahatani pisang dilakukan dengan menghitung efisiensi usahatani, dilihat dari rasio antara jumlah penerimaan dengan jumlah
biaya. Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor produksi terhadap produktivitas digunakan teknik analisis regresi linier
ganda. Hasil penelitiannya adalah di kedua kecamatan terdapat pengaruh yang kuat antara faktor-faktor produksi (ketinggian
tempat, kepadatan rumpun pisang, biaya bibit, biaya pupuk, biaya tenaga kerja, biaya produksi, dan proporsi biaya pisang
terhadap biaya produksi pada sistem tumpang sari) dengan produktivitas usahatani pisang. Di Kecamatan Senduro
ditunjukkan dengan nilai koefisien determinasi (R2
) yang tinggi yaitu 0,807 sedangkan di Kecamatan Pronojiwo sebesar
0,804. Nilai β kepadatan rumpun pisang di Kecamatan Senduro 1,110 sedangkan nilai β kepadatan rumpun pisang di
Kecamatan Pronojiwo 0,961. Nilai β biaya produksi di Kecamatan Senduro -1,035 sedangkan nilai β biaya produksi di
Kecamatan Pronojiwo -1,738. Ada hubungan regresi yang negatif antara biaya produksi dengan produktivitas usahatani
dimana di Kecamatan Senduro signifikan sedangkan di Kecamatan Pronojiwo tidak signifikan Dari hasil analisis di atas
diketahui bahwa kepadatan rumpun pisang dan biaya produksi masih berpengaruh di kedua daerah. Artinya petani masih
dimungkinkan menambah kepadatan rumpun dalam rangka meningkatkan produktivitas. Disamping itu juga terdapat usaha
petani untuk meningkatkan produktivitas usahataninya dengan cara menambah biaya produksi khususnya pada lahan-lahan
yang mengalami penurunan produktivitas. Yang membedakan adalah di Kecamatan Senduro peningkatan produktivitas telah
dilakukan secara umum oleh sebagian besar responden sedangkan di Kecamatan Pronojiwo peningkatan usahatani dilakukan
oleh beberapa responden saja karena nampaknya usahatani salak yang mulai menghasilkan secara perlahan telah mengurangi
perhatian petani terhadap pisang sebagai tanaman sela pada sistem tumpang sari.
Kata kunci: Usahatani Pisang, Faktor-faktor Produksi, Produktivitas Usahatani
Abstract
Senduro district and Pronojiwo district are regions that produce bananas called Mas Kirana. Senduro district uses monoculture
system, in other hand Pronojiwo district uses intercropping system in which zalacca as the main crop. This deference system
impact on the input and output on the farming that indicate the deference in the way farmers allocate and manage the
production factors. This problem is taken in this research in order to know how hard the efforts done by the farmers in
managing the banana farming which is run by both region. The population taken in this research is the field which is managed
by banana farmer at Senduro district dan Pronojiwo district. The sample is taken by 5 respondents in each village, there are 8
villages in Senduro disrict and 6 villages in Pronojiwo district. The data collection is done by calculating the efficiency seen
from the ratio between the total income and the cost. Multiple linear regression analysis is used in order to know the
production factors towards the productivity. Research results in both districts there is a strong influence between the factors of
production (altitude, density clumps of bananas, seed costs, fertilizer costs, labor costs, production costs, and the proport ion of
the cost against the cost of banana production in intercropping system) with productivity banana farming. In district Senduro
indicated by a high determination coefficient value is 0,807, while in the district Pronojiwo indicated by the determination
coefficient value of 0,804. β value of bananas density clumps in district Senduro 1,110 while β value of bananas density
clumps in the district Pronojiwo 0,961. β value of production costs in the district Senduro -1,035 while β value of production
costs in district Pronojiwo -1,738. There is a negative regression relationship between the cost of production by the farm
productivity in district Senduro significantly while in district Pronojiwo not significant. From the analysis above is known that
the density of banana groves and the production costs are still influential in both areas. It means that it is possible to increase
the density of farmer clusters in order to improve productivity. Besides, there is also a farmers efforts to improve their farm
productivity by increasing production costs in lands decreased productivity. The difference is in the district Senduro
increased productivity in general has been done by most of the respondents, while in district Pronojiwo improved farming is
done by some respondents as farming bark that seems to slowly start making has reduced the attention of farmers on banana
as intercrops in intercropping system.
Keywords: Banana Farming, Factor’s of production, Farming Produktivity
Downloads

