PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN DEMOGRAFITERHADAP KETIDAKIKUTSERTAAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS)MENJADI AKSEPTOR KB AKTIF DI KABUPATEN JOMBANG

  • ADE CEINDRIA

Abstract

PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN DEMOGRAFI
TERHADAP KETIDAKIKUTSERTAAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS)
MENJADI AKSEPTOR KB AKTIF DI KABUPATEN JOMBANG
Ade Ceindria
Mahasiswa S1 Pendidikan Geografi, cinniyoka_sakura_azusa@yahoo.com
PCSubyantoro
Dosen Pembimbing Mahasiswa
ABSTRAK
Pencapaian peserta KB aktif di Kabupaten Jombang pada tahun 2008 sebanyak 192.471 (79,45%), tahun 2009
sebanyak 195.427 (79,23%), dan tahun 2010 sebanyak 195.600 (78,03%). Dari pencapaian angka pesera KB tersebut
terlihat bahwa selama tiga tahun terakhir peningkatan Pasangan Usia Subur (PUS) ternyata tidak diikuti oleh
meningkatnya peserta KB aktif secara signifikan, sehingga pencapaiannya terus merosot. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan suami dan istri, keikutsertaan dalam penyuluhan, tingkat pendapatan
keluarga, jumlah anak, dan kelengkapan anak terhadap ketidakikutsertaan PUS menjadi akseptor KB aktif di
Kabupaten Jombang. Penelitian ini termasuk penelitian survey dengan rancangan case control yaitu setiap satu subyek
kasus yaitu PUS yang tidak menjadi akseptor KB aktif dicarikan kontrolnya yaitu PUS yang menjadi akseptor KB aktif
dan kemudian dikendalikan dengan status pekerjaan.Pengambilan sampel diambil dari 5 kecamatan yaitu Kecamatan
Wonosalam, Jombang, Diwek, Ngusikan, dan Bareng. Tiap kecamatan diambil sampel 70 wanita. Adapun teknik
analisis data yang digunakan adalah uji Chi-Square dan Regresi Logistik Berganda. Hasil penelitian menunjukan
bahwa dengan uji Chi-Square variabel keikutsertaan dalam penyuluhan (p = 0,000) dengan OR = 3,51 dan jumlah
anak (p = 0,010) dengan OR = 2,11 memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ketidakikkutsertaan PUS menjadi
akseptor KB aktif di Kabupaten Jombang. Hal ini sejalan dengan hasil uji Regresi Logistik Berganda yang menyatakan
bahwa variabel yang paling berpengaruh adalah variabel keikutsertaan dalam penyuluhan (Sig. = 0,000) dan jumlah
anak (Sig. = 0,003). Kemudian, untuk variabel kelengkapan anak, pada Chi – Square mempunyai pengaruh (p = 0,036)
dengan Oods Ratio 1,63, tetapi pada hasil uji Regresi Logistik Berganda tidak berpengaruh (Sig. = 0,076). Sedangkan
untuk variabel tingkat pendidikan suami (Sig = 0,099), tingkat pendidikan istri (Sig = 0,100), dan tingkat pendapatan
keluarga (Sig = 0,573) tidak berpengaruh terhadap ketidakikutsertaan PUS menjadi akseptor KB aktif di Kabupaten
Jombang. Alasan PUS tidak menjadi akseptor KB aktif adalah ingin anak lagi (14,86%), tidak ingin anak lagi
(10,29%), dilarang suami (10,29%), pelayanan KB yang jauh dari rumah (3,71%), kesehatan (3,43%), agama (3,43%),
biaya mahal (2,28%) dan belum punya anak (1,71%). Jadi dapat disimpulkan, variabel yang memiliki pengaruh secara
signifikan terhadap ketidakikutsertaan KB adalah variabel keikutsertaan dalam penyuluhan. Ini kemungkinan
disebabkan karena kurang efektifnya penyuluhan, jauhnya lokasi penyuluhan dari desa atau bahkan kurangnya
motivator yang memotivasi PUS untuk ikut KB.
Kata Kunci : PUS, KB, tingkat pendidikan, penyuluhan, tingkat pendapatan, jumlah anak, kelengkapan anak.
ABSTRACT
Achievement the family planning acceptors (FPA) active participant in Jombang KB in 2008 is 192 471 (79.45%), in
2009 is 195 427 (79.23%), and in 2010 is 195 600 (78.03%). FPA buzzing rate of achievement can be seen that over the
last three years an increase of Eligible Fertile Couples (EFA) was not followed by an increase in active planning
participants significantly, so that achievement continues to decline. The aim of this study was to determine the effect of
educational level of husbands, wives education level, participation in education, family income level, number of
children, and the completeness of children to the family planning acceptors active in Jombang. This research survey
with case control design that every single subject that is not the become active acceptors which control group that
became active acceptors and then controlled by the status of working. samples taken from 5 districts are Wonosalam
District, Jombang, Diwek, Ngusikan, and Bareng. Each sub-sample of 70 women taken. The data analysis technique
used is the Chi-Square test and Multiple Logistic Regression. The results showed that the Chi-Square test of variables
of participation in extension (p = 0.000) with OR = 3.51 and number of children (p = 0.010) with OR = 2.11 has a
significant impact on EFA absency become active acceptors in Jombang. This is consistent with the results of Multiple
Logistic Regression which states that the most influential variable is the variable participation in extension (Sig. =
0.000) and number of children (Sig. = 0.003). Then, for completeness child variables, the Chi - Square has the effect (p
= 0.036) with oods Ratio 1.63, but the test results are not influenced Multiple Logistic Regression (Sig. = 0.076). As for
the husband's education level variable (Sig = 0.099), education level of the wife (Sig = 0.100), and family income level
(Sig = 0.573) did not affect the exclusion of become active acceptors in Jombang. excuse not to become active
acceptors are like children again (14.86%), did not want any more children (10.29%), prohibited the husband
(10.29%), family planning services are far from home (3.71%) , health (3.43%), religion (3.43%), high cost (2.28%)
and do not have children (1.71%). So it can be concluded, that the variable has a significant influence on the exclusion
of participation in family planning is variable education. It maybe due to the lack of effective extension services,
extension location away from the village or even a lack of motivators that motivate EFA to join FPP.
Keywords: EFA, family planning, education level, education, income level, number of children, child completeness.

Published
2013-08-28
Abstract Views: 6
PDF Downloads: 0