FAKTOR SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT PETANI MEMPENGARUHI TIDAK DITERAPKANNYA SISTEM TERASERING (SENGKEDAN) DALAM PERTANIAN (Studi Kasus Sistem Pertanian Terasering Di Desa Ranu Pani Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang)

  • TEGUH IMAM PRAWIJAYA

Abstract

FAKTOR SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT PETANI MEMPENGARUHI TIDAK DITERAPKANNYA SISTEM TERASERING (SENGKEDAN) DALAM PERTANIAN

(Studi Kasus Sistem Pertanian Terasering Di Desa Ranu Pani Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang) 

Teguh Imam Prawijaya

Mahasiswa S1 Pendidikan Geografi, teguhmelisa@gmail.com

Dr. Murtedjo, M.Si

Dosen Pembimbing

ABSTRAK

Desa Ranu Pani Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang adalah desa tertinggi di Jawa Timur. Desa ini terletak di ketinggian/elevasi 2.200 meter dari permukaan laut dan sebagian besar penduduknya bermata pencarian sebagai petani. Di desa Ranu Pani terdapat banyak sekali bukit-bukit yang curam, namun daerah yang curam tersebut dimanfaatkan oleh para petani desa Ranu Pani sebagai lahan pertaniannya tanpa menggunakan sistem terasering atau sengkedan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana perilaku  masyarakat petani desa Ranu Pani Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang yang tidak menggunakan sistem terasiring dalam lahan pertaniannya dan untuk mengetahui bagaimana cara petani di desa Ranu Pani Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang yang tidak menggunakan sistem terasering untuk mengurangi resiko terjadinya erosi. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Tempat penelitian dilakukan di desa Ranu Pani Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang. Informan kunci dalam penelitian ini adalah perangkat desa yang peneliti wawancarai. Pemilihan sampel sumber data dalam penelitian kualitatif dipilih secara purposive dan bersifat snowball sampling. Menurut data yang diperoleh dari lapangan, pengetahuan masyarakat petani di desa Ranu Pani tergolong masih rendah. Lahan pertanian desa Ranu Pani sendiri berada di lereng gunung Semeru yang mengakibatkan lahan-lahannya banyak yang miring, sehingga sering terjadi longsor, hal ini dikarenakan mereka tidak menggunakan sistem terasering. Walaupun mereka tahu akibat yang akan ditimbulkan, tetapi karena sudah terbiasa, masyarakat desa Ranu Pani mengabaikan resiko tersebut. Perilaku masyarakat desa Ranu Pani masih dirasa kurang baik, atau kurang peduli terhadap lingkungannya. Petani desa Ranu Pani tidak menggunakan sistem terasering sejak jaman dahulu hingga saat ini. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat desa Ranu Pani masih tergolong pekat akan adat dan kebiasaannya. Masyarakat petani desa Ranu Pani dirasa masih sulit menerima ilmu dan pengetahuan yang baru dalam sistem pertaniannya. Masyarakat petani desa Ranu Pani masih tergolong rendah terhadap teknologi yang dimiliki untuk pertanaiannya. Petani desa Ranu Pani masih dirasa kuat dengan budaya yang sudah ada dan sulit untuk dirubah dalam sistem pertanianya meski sistem pertaniannya dianggap salah.

Kata kunci : faktor sosial-budaya, tidak diterapkannya sistem terasering                                    

 

ABSTRACT

The Ranu Pani-Senduro village at the Suburb of Lumajang considered as the highest village in East Java. The village is situated at 2,200 meters altitude above the sea level and most of its inhabitants are farmers. The village of Ranu Pani has numerous steep hills, and the steeped areas are utilized as farming field without the terraced system or sengkedan applied. This research was aiming to find out the behavior of peasant village of Ranu Pani-Senduro Suburb of Lumajang, who weren’tapply terraced system on his farm land. Moreover, this study also tried to find out the management system used by the farmers in the village of Ranu Pani Senduro Suburb of Lumajang to minimize the erosion’s risk factor, without applying the terraced system available. The type of research used is a qualitative research extended with phenomenological approach. This research was conducted at Ranu Pani Senduro village, Lumajang Suburb. The main subject informants in this study are the stakeholders who are interviewed by the researcher. Sample selection data is in qualitative research,which selected using a purposive and snowball sampling. According to the collected data, the knowledge of the farming community of Ranu Pani Village is still remaining low. The avalanche oftenly occurred, due to Ranu Pani village positions on the slopes of Semeru Mountains, that causing a sloping landscape. Frequent landslide obviously caused by the truancy of terraced system. The Ranu Pani villagers actually aware about the consequences of disobeying the application of terraced system into their farmland, however, they are reluctant to change their farming habit and continue ignoring the risks. This behavior is completely unacceptable and harmful to the surrounding environment. Those farmers aren’t using terraced system through generation, and decide to refuse it until present. This phenomenon proves that those people still believes and hold their heredited culture and habit tightly. And I proposed, it is going to be difficult for them to accept a new idea in farming system to be applied on their agricultural system. Moreover, the peasant village of Ranu Pani is not having an advanced technology on their agricultural systems. They are confirmed more believe on their existed cultural system and it might be challenging to change their farming system, even though they have been informed that their farming habit is erroneous and potentially cause dangers.

Keywords: socio-cultural factors, un-implemented terraced system.

 

Published
2014-05-04
Abstract Views: 215
PDF Downloads: 2315