DAMPAK BEROPERASINYA JEMBATAN SURAMADU TERHADAP PERKEMBANGAN WILAYAH SURABAYA DAN BANGKALAN

  • ASMAUL Chusnah CHUSNAH HIDAYAH Jurnal Online Program Studi S-1 Pendidikan Geografi - Fakultas Ilmu Sosial UNESA

Abstract

Jembatan Suramadu beroperasi sejak pertengahan 2009 diharap dapat membuat Pulau Madura yang masih tertutup
dengan interaksi wilayah luar dapat lebih terbuka dan berkembang seperti wilayah lain dan menjadi wilayah hinterland
dari Surabaya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan wilayah yang terjadi melalui
beberapa indicator seperti: kondisi pendapatan setelah Jembatan Suramadu beroperasi, besarnya perkembangan fisik
wilayah pada sisi Surabaya dan Bangkalan, besarnya pertumbuhan penduduk non alami pada sisi Surabaya dan
Bangkalan, rasio penduduk petani dan non petani pada sisi Surabaya dan Bangkalan serta tingkat pendidikan yang
dimiliki masyarakat wilayah Surabaya dan Bangkalan. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Populasi dalam
penelitian ini adalah wilayah Surabaya dan Bangkalan yang kemudian dijadikan sampel wilayah berupa kecamatan.
Karena sampel wilayah, maka perlu mengambilan responden dengan cara stratified random sampling untuk sumber
mengambil data. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dengan berpedoman
pada data primer yang diolah dan sekunder dari instansi terkait. Hasil dari penelitian ini adalah pada sektor pendapatn
rata-rata Kenjeran sebesar Rp.170.437/bulan, Rp.535.000/bulan di Jambangan dan Rp.569.167/bulan di Benowo.
Sehingga tidak ada pengaruh jarak jauh dekatnya kecamatan dengan Jembatan terhadap pendapatan. Namun pada
wilayah Bangkalan wilayah yang dekat rata-rata pendapatannya sebesar yaitu Rp638.021/bulan pada Labang,
Rp442.500/bulan pada Kamal, Rp413.636/bulan pada Socah, Rp342.308/bulan pada Geger, Rp393.750/bulan pada
Konang. Untuk indikator perkembangan fisik di Kenjeran didominasi perindustrian seluas 20.412 M2, Jambangan
didominasi tempat tinggal seluas 13271 M2 dan Benowo industry seluas 3517 M2. Pada wilayah Bangkalan cenderung
pada pemukiman penduduk seluas 6957 M2 di Labang, 6924 M2 di Kamal, 5738 M2 di Socah, 5166 M2 di Geger, dan
5075 M2 di Konang. Dengan adanya Jembatan Suramadu membuat semakin banyak penduduk pendatang yang masuk
wilayah Kenjeran sebesar 2.963 jiwa, Jambangan 1.293 jiwa, dan Benowo 1.079 jiwa. Sedangkan bagi masyarakan di
Bangkalan lebih banyak warga yang pindah sebesar 345 jiwa Labang, 260 jiwa di Kamal, 359 jiwa di Socah, 381 jiwa
di Geger, dan 293 jiwa di Konang. Rasio penduduk petani dan non petani di Kenjeran 2,1%, di Jambangan 0,9% dan
di Benowo 1,8% untuk wilayah Bangkalan yaitu di Labang 72%, Kamal 38%, Socah 64%, Geger 69%, dan Konang
84%. Tahun sukses pendidikan di Surabaya yaitu Kenjeran, Jambangan dan Benowo adalah sama yaitu 12 tahun.
Sedangkan di Bangkalan yaitu Labang 11 tahun, Kamal, Socah, Geger, Konang 9 tahun.

Kata Kunci: Fungsi Jembatan Suramadu, Perkembangan Wilayah.

Abstract

Suramadu operating since mid-2009 is expected to make the island of Madura, which previously were covered by
outside regional interaction. So expect Salt Island can be more open and developed as other areas and a hinterland area
of Surabaya. The purpose of this study was to determine the development of the area that goes through some indicators
such as: condition after Suramadu operating income, the magnitude of the physical development of the area on the side
of Surabaya and Bangkalan, the amount of non-natural population growth in the Surabaya and Bangkalan, the ratio of
population of farmers and non-farmers on the side of Surabaya and Bangkalan and education levels of the community's
Surabaya and Bangkalan. This research is descriptive. Population in this research is the area of Surabaya and
Bangkalan then be sub-sampled regions. Because the sample region, the need to retrieval of respondents with stratified
random sampling method to retrieve data sources. Data collection was conducted through interviews, and
documentation. Data analysis was based on the primary data and secondary processed from relevant agencies. The
results of this study are pendapatn sector average of Rp.170.437/bulan Kenjeran, Rp.535.000/bulan in jars and
Rp.569.167/bulan in Benowo. So there is no long-range influence of the nearby districts to bridge the revenue.
However, in regions close Bangkalan area median income for the Rp638.021/bulan on Labang, Rp442.500/bulan on
Kamal, Rp413.636/bulan on Socah, Rp342.308/bulan on Geger, Rp393.750/bulan on Konang. For indicators of
physical development in Kenjeran predominantly industrial area of 20,412 M2, Jambangan predominantly residential
area of 13,271 M2 and 3517 M2 Benowo covering industry. In areas prone Bangkalan residential area of 6957 M2 in
Labang, 6924 Kamal M2, M2 in 5738 Socah, 5166 at Geger M2 and 5075 M2 Konang. With the Suramadu make more
and more migrants entering the region by 2963 Kenjeran soul, soul Jambangan 1293 and 1079 Benowo soul. As for the
Community Sector in Bangkalan more citizens are moving at 345 souls Labang, 260 people in Kamal, 359 people in
Socah, 381 people in Geger, and 293 people in Konang. The ratio of population of farmers and non-farmers in
Kenjeran 2.1%, in the jars Benowo 0.9% and 1.8% for the region Labang Bangkalan ie 72%, 38% Kamal, Socah 64%,
69% Geger and Konang 84 %. Successful year of education in Surabaya is Kenjeran, vases and Benowo is the same,
namely 12 years. While in Bangkalan the Labang 11 years, Kamal, Socah, Geger, Konang 9 years.

Keywords: Function Suramadu, Regional Development.

Published
2012-10-01
Section
Articles
Abstract Views: 69
PDF Downloads: 117 PDF Downloads: 0