Cerita Reyog Ponorogo Versi Bantarangin sebagai Ide Penciptaan Karya Kriya Logam

  • YULIA DARUN NAFIATI
  • INDAH CHRYSANTI ANGGE

Abstract

Pertunjukan Reyog Ponorogo adalah sebuah penampilan sendratari dan diiringi bunyi musik tradisional yaitu gamelan. Cerita Reyog Ponorogo tersimpan dalam pertunjukan Reyog namun belum banyak yang mengerti dengan alur cerita yang disampaikan, sedangkan untuk melestarikan budaya diperlukan untuk mengenalkan cerita budaya tersebut dengan baik. Cerita Reyog Ponorogo sudah ada semenjak abad XII, dan diharapkan eksistensinya akan hidup sepanjang zaman. Maka dari itu Perupa memiliki motivasi untuk mengenalkan cerita Reyog Ponorogo melalui media yaitu karya kriya. Konsep ide tersebut semakin kuat karena seni kriya memiliki hubungan yang erat dengan budaya di sekitar masyarakat. Tahapan yang ditempuh perupa dalam proses perwujudan karya meliputi pematangan konsep, pembuatan desain, validasi desain, proses perwujudan karya, dan finishing karya. Desain awal yang disiapkan berjumlah 16 buah kemudian dipilih empat buah desain untuk dieksekusi menjadi karya. Perupa membuat empat karya logam dengan judul “Kerajaan Bantarangin”, “Pertarungan”, “Kekalahan”, dan “Kesenian Reyog Ponorogo”. Bahan yang digunakan adalah plat logam tembaga berukuran 36x60cm dengan ketebalan 0,55mm. Perwujudan karya logam menggunakan teknik pembentukan yang terdiri dari beberapa teknik ukir logam (rancapan, wudulan endak-endakan) dan teknik finishing. Teknik finishing sendiri dibagi menjadi empat tahap yaitu pencucian, pewarnaan dengan oksidasi kimia Na2S, pelapisan dan perakitan.

Kata Kunci: Reyog Ponorogo, kriya logam, Bantarangin

Published
2019-12-03
Section
Articles
Abstract Views: 69
PDF Downloads: 295