BENTUK, FUNGSI DAN MAKNA TATA RIAS DAN PROSESI UPACARA PERKAWINAN BALI AGUNG DI BALI
DOI:
https://doi.org/10.26740/jtr.v4n02.p%25pAbstract
Abstrak: Bali mempunyai tradisi sendiri dalam melaksanakan upacara perkawinannya. Perkawinan di Bali dipengaruhi oleh sistem kasta, yaitu : Brahmana, Ksatrya, Waisya, dan Sudra. Sistem kasta ini menyebabkan ketidaksetaraan status sosial di masyarakat dan berdampak pada tata upacara dan tata rias pengantin. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mendeskripsikan bentuk, fungsi, dan makna tata rias pengantin Bali Agung Putri, dan (2) mendeskripsikan prosesi upacara perkawinan Bali Agung dan maknanya. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan metode pengumpulan data wawancara, observasi, dan dokumentasi. Keabsahan data dilakukan dengan trianggulasi yaitu cross check hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian adalah : (1) bentuk, fungsi, dan makna tata rias pengantin Bali Agung Putri, yang terdiri dari tata rias wajah yaitu : hiasan dahi srinatha, alis melengkung, mata, hidung, dan bibir dirias dengan cantik. Penataan rambut dengan pusungan, hiasan rambut samping atau semi, serta asesoris sebagai ciri khas Bali Agung yaitu : petites, Gelung Agung dan Garuda mungkur, serta asesoris lainnya sebagai pelengkap. Tata busana mengenakan tapih, wastra perada, cerik perada, dan sabuk perada. Keseluruhan maknanya menandakan kedewasaan pengantin baik fisik maupun rohani, telah berani melepaskan diri dari orang tua, mempunyai hak dan kewajiban yang baru, dan ketika telah siap menjalankan kehidupan baru maka harus dapat lebih menata dirinya, dan (2) bentuk, fungsi, dan makna prosesi upacara yaitu : (a) lamaran /marerasan, (b) pengambilan dan mekalan-kalan, (c) mesakapan, (d) resepsi, setiap tahapan upacara memiliki makna khusus yang secara keseluruhan lebih menekankan pada bagaimana cara pengantin menjalankan rumah tangga yang baik yang berlandaskan ajaran Dharma atau kebaikan.
Kata kunci : Tata Rias pengantin Bali Agung putri, Makna, Prosesi, Perkawinan.
Abstract: Bali has its own tradition in wedding ceremonial procession. In Bali, wedding affected by caste system, they are: Brahmana, Ksatrya, Waisya, and Sudra. This caste system leads social status is unequal and affecting on ceremonial procession and wedding make up. This research aimed to: (1) describe configuration, function, and meaning of Bali Agung Putri wedding make up, and (2) describe ceremonial procession of Bali Agung wedding and it meant. Type of this research is descriptive qualitative with data collection methods are interview, observation, and documentation. Process to obtaining data validity conducted by triangulation method that is cross checking the interview result, observation, and documentation. Result of this research are: (1) configuration, function, and meaning of Bali Agung Putri wedding make up which composed of face make up, that are: srinatha forehead ornament, curved eyebrows, eyes, nose, and lips make up beautifully. Hair styling with pusungan, side hair ornament or semi, and accessories as characteristic of Bali Agung, those are: petitis, gelung agung, and garuda mungkur, also many accessories as complement. The wedding bridal is using tapih, wastra perada, cerik perada, and perada belt. The whole meaning indicates bride maturity physically and spiritually, dare to be apart from the parent, have a new right and responsibility, and when already to take a new live then must be able to organize himself more. (2) Configuration, function, and meaning of ceremonial procession are: (a) propose / marerasan, (b) taking and mekalan-kalan, (c) mesakapan, (d) reception. Every stages of ceremonial has particular meaning in which totally is more emphasize on how the bride to undertake good home life according to the Dharma or goodness.
Keywords : Bali Agung Putri wedding make up, meaning, procession, marriage
Downloads
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section

