Maksim Kemurahan Hati dan Kesetujuan dalam Pergaulan di Lingkungan Ponpes Al Ittihad Trowulan Mojokerto
Abstract
Abstrak
Maksim kemurahan hati dan kesetujuan merupakan suatu etika kesantunan berbahasa. Maksim kemurahan hati terbentuk dengan adanya prinsip memaksimalkan keuntungan untuk mitra tutur khususnya dalam komunikasi dengan unsur pujian dan juga dengan meminimalkan unsur cacian atau menghina terhadap mitra tutur. Sedangkan maksim kesetujuan yaitu maksim yang memaksimalkan aspek kesetujuan dalam komunikasi (Leech, 2011). Aspek kesetujuan tersebut dapat ditunjukkan dengan adanya pemikiran dan percakapan yang selaras dari para pelaku percakapan. Hal ini banyak sekali dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, begitu pula dalam pondok pesantren. Orang-orang dalam pesantren atau sekitar pesantren bisa disebut sebagai masyarakat pesantren, diantaranya yaitu Kyai, keluarga Kyai, santri, dan masyarakat yang berada disekitar kawasan pondok pesantren. Bahasa yang digunakan para santri menjadi hal yang menarik perhatian untuk diteliti mengenai aspek kesantunan bahasanya, terutama mengenai maksim kemurahan hati dan kesetujuan serta penyimpangannya karena mengingat santri dan lingkungan pondok pesantren merupakan objek penelitian yang jarang sekali ditemui dalam penelitian bahasa. Penelitian ini menggunakan landasan teori kesantunan bahasa oleh Leech (1993), dan menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu dengan menganalisis dan menyuguhkan data dalam bentuk deskripsi. Hasil dari penelitian ini yaitu menunjukkan berbagai macam bentuk maksim kemurahan hati dan kesetujuan serta penyimpangannya dalam percakapan para santri terhadap masyarakat pondok pesantren di desa Tawangsari kecamatan Trowulan kabupaten Mojokerto.
Kata kunci : maksim kemurahan hati, maksim kesetujuan, dan masyarakat pesantren.
PDF Downloads: 273