Nilai Budaya sajrone Tradhisi Selapanan Bayi ing Desa Durungbedug Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo
DOI:
https://doi.org/10.26740/job.v9n4.p%25pAbstract
ABSTRAK
Tradhisi selapanan bayi sebagai salah satu tradhisi yang dilaksanakan ketika bayi menginjak usia tiga puluh lima hari. Semua daerah masih melaksanakan tradhisi selapanan, tapi di Desa Durungbedug ini ada bagian yang khas atau berbeda dari yang lain. Fokus penelitian ini terletak pada proses berlangsungnya tradhisi selapanan bayi, peralatan dan bahan yang diperlukan dalam proses tradhisi selapanan bayi serta wujud tindakan sosial Max Weber yang telah dijelaskan dalam empat konsep yaitu tindakan tradhisional, tindakan afektif, rasionalitas sarana-tujuan dan rasionalitas nilai. Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif yang diharapkan dapat menggambarkan dan menjelaskan tentang Nilai Budaya dalam tradhisi selapanan bayi. Hasil dari penelitian yang pertama yaitu masyarakat ingin melestarikan tradhisi yang telah ada dan dilaksanakan secara turun temurun oleh leluhur Jawa terutama leluhur Desa. Kedua, menunjukkan jika pelaku tradhisi itu telah terikat emosional dengan leluhur Desa terhadap waktu dan proses tradhisi. Ketiga, masyarakat Desa dengan sadar bisa melaksanakan tradhisi tersebut karena memiliki kapasitas dari sumber daya manusia beserta aspek finansialnya. Keempat masarakat Desa ingin menjaga nilai-nilai budaya, nilai pendidikan dan nilai religi yang tersirat dalam tradhisi selapanan bayi. Selain itu masarakat juga ingin memperoleh manfaatnya dengan cara meniru dan melestarikan tradhisi dari leluhur Desa.
Kata kunci: nilai budaya, tradhisi selapanan bayi, tindakan sosial.
Downloads
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
Abstract views: 125
,
PDF Downloads: 102











