BATIK TULIS TENGAH SAWAH DI DESA WIYORO KECAMATAN NGADIROJO KABUPATEN PACITAN (Kajian Wujud, Makna, Ekologi Budaya dan Fungsi)

Abstract

Abstrak

Batik sebagai salah satu hasil kebudayaan yang tumbuh di tengah kehidupan masyarakat. Batik mempunyai tujuan untuk mewujudkan ekspresi manusia yang berhubungan dengan apa pun yang di sekitarnya. Tempat yang menyuguhkan ragam motif batik, salah satunya adalah ‘Batik Tulis Tengah Sawah’ atau BTTS. Penelitian bertujuan menganalisis wujud, makna, dan fungsi BTTS yang kemudian dikaji dengan menggunakan kajian folklor yang dihubungkan dengan keadaan ekologi dari Kabupaten Pacitan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan objek BTTS. Selanjutnya untuk mengadalisis makna dan wujud menggunakan teori semiotik Pateda. Mengadalisis fungsi menggunakan teori fungsi Malinosky, dan untuk mengadalisis ekologi budaya menggunakan teori ekolog Ihrom. Sumber data diambil dari motif-motif batik yang diciptakan oleh BTTS. Guna untuk mengumpulkan data, peneliti menggunakan cara wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian, yang pertama membahas tentang awal mula terbentuknya BTTS sejak tahun 1980-an sampai dengan sekarang. Kedua membahas tentang wujud dan makna motif BTTS dilihat dari ekologi budaya Pacitan. Ketiga membahas fungsi dari BTTS sebagai system proyeksi, sarana pendidikan, mata pencaharian, ekspresi diri, dan identitas daerah. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukan bahwa adanya hubungan antara ekologi Kabupaten Pacitan dengan wujud, makna, dan fungsi dari BTTS. Salah satu contohnya yaitu motif Laskar Samudra. Dalam motif ini menceritakan tentang tradisi berupa upacara adat Jangkrik Genggong yang ada di Dusun Tawang, Desa Sidomulyo, Kabupaten Pacitan. Motif tersebut sebagai sarana khususnya untuk mengenalkan adaya budaya di Kabupaten Pacitan, sehingga dikenal masyarakat.

Kata kunci: batik, ekologis, makna, wujud, fungsi.

Abstract

Batik is one of the cultural products that grow in the middle of people's lives. Batik has the purpose of realizing human expression that relates to whatever is around it. A place that presents a variety of batik motifs, one of which is 'Batik Tulis Tengah Sawah' or BTTS. The research aims to analyze the form, meaning, and function of BTTS which is then studied using folklore studies related to the ecological conditions of Pacitan Regency. This research uses descriptive qualitative method using BTTS object. Furthermore, to analyze the meaning and form using Pateda's semiotic theory. To analyze the function using Malinosky's function theory, and to analyze the cultural ecology using Ihrom's ecologist theory. Data sources were taken from batik motifs created by BTTS. In order to collect data, researchers used interviews, observation, and documentation. The results of the research, the first discusses the beginning of the formation of BTTS since the 1980s until now. The second discusses the form and meaning of BTTS motifs in terms of Pacitan's cultural ecology. The third discusses the function of BTTS as a projection system, means of education, livelihood, self-expression, and regional identity. The conclusion of this research shows that there is a relationship between the ecology of Pacitan Regency and the form, meaning, and function of BTTS. One example is the Laskar Samudra motif. This motif tells about the tradition of the Jangkrik Genggong traditional ceremony in Tawang Hamlet, Sidomulyo Village, Pacitan Regency. The motif is a means especially to introduce the existence of culture in Pacitan Regency, so that it is known to the public.

Keywords: batik, ecological, meaning, form, function.