NILAI KETELADANAN DAN SIMBOL PETUAH JAWA MENJADI SEORANG RAJA DALAM NASKAH BABAD SEJARAH NARENDRA ING NUSA JAWA
DOI:
https://doi.org/10.26740/job.v19n4.p124-140Abstract
Berdasarkan data Komisi Pemilihan Umum (KPU), dimana tingkat golput sejak 2004 sejumlah 27, 45% semakin rendah dan terus menurun dari tahun-ketahun. .Hal ini dapat disebabkan oleh masyarakat yang kecewa dengan kinerja para pemimpinnya, mulai dari tingkat bawah hingga presiden. Sosok "pemimpin" ini telah menipu banyak masyarakat. Babad adalah kisah lama yang menceritakan asal-usul kerajaan atau daerah. Peneliti melakukan penelitian kualitatif, yang menghasilkan data deskriptif dan ucapan pribadi. Dalam proses pengumpulan data, langkah-langkah kerja dari penelitian filologi dan studi pustaka digunakan untuk mengawali penelitian. Penelitian ini dimulai dengan menggunakan metode generik, yaitu menggunakan penelitian filologi. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif naratif telah disebutkan sebelumnya digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini. Artikel ini terdiri dari dua rumusan masalah dalam Babad Sejarah Narendra Ing Nusa Jawa yang akan dibahas dan diuraikan dengan jelas, pertama nilai keteladaan terdiri 1) Bijaksana, 2) Dermawan, 3) Bela Negera dan yang kedua simbol petuah jawa menjadi seorang raja yang bisa dijadikan pedoman yaitu 1) Menjadi disegani, 2) Dicintai oleh akyat, 3) Menjadi Rendah Hati, 4) Menjadi Pemimpin Ideal. Keteladanan dan petuah akan selalu berkaitan karena di balik sebuah contoh teladan yang baik berasal dari petuah atau nasihat yang diamalkan atau diterapkan agar menjadi bentuk kebaikan. Berkaitan dengan kepemimpinan raja dimasa lalu terbukti bahwa kerajaan di Indonesia memiliki pengaruh besar dalam menciptakan peradaban dalam memimpin merupakan rekonstruksi dari terbentuknya sistem pemerintahan jawa yang pernah mencapai masa kejayaannya.
Downloads
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section

