Relevansi Kebaktian Panembahan Senapati kepada Sultan Pajang dalam Naskah Babad Mataram dengan Konsep Mikul Dhuwur Mendhem Jero
Abstract
Panembahan Senapati merupakan anak angkat dari Sultan Hadi Wijaya atau Sultan Pajang. Meski Panembahan Senapati bukan anak kandung dari Sultan Pajang. Namun ia tetap memuliakan dan menghormati Sultan Pajang seperti ayah kandungnya sendiri. Konsep mikul dhuwur mendhem jero bukan hanya bermakna menghormati orang tua yang masih hidup namun juga penghormatan bagi orang tua yang telah meninggal dunia. Wujud kebaktian Panembahan Senapati secara tidak langsung ia menerapkan dengan konsep mikul dhuwur mendem jero. Sikap dan tindakan Panembahan Senapati mewujudkan adanya sikap ataupun perilaku anak kepada ayahnya dengan menerapkan konsep mikul dhuwur mendhem jero. Untuk melakukan penelitian ini dengan sumber yang terdapat dalam naskah Babad Mataram KBG 598, penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yang didasarkan pada data primer dari naskah. Studi literatur dan teori-teori filologi digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data dengan menginventarisasi naskah disertasi, melakukan transliterasi naskah, mengkritik naskah, menerjemahkan naskah, dan menyelesaikan tahapan analisis teks Babad Mataram KBG 598. Hasil dari penelitian ini bahwa Panembahasan Senapati mewujudkan kebaktiannya kepada Sultan Pajang dengan konsep Jawa yaitu mikul dhuwur mendhem jero. hal tersebut bertujuan agar mencontoh tindakan Panembahan Senapati kepada orang tuanya bahwa semua manusia harus selalu memuliakan dan menjunjung tinggi-tinggi nama orang tuanya meski ada maupun tidak.
Kata kunci: kebaktian, anak, mikul dhuwur, mendhem jero, kebudayaan
Downloads
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section

