Relevansi Simbolisme Wayang dan Keterampilan Dalang Tentang Hakikat serta Hubungannya Kawula-Gusti dalam Serat Suluk Wirasat

Authors

  • Kharisma Aulia Nur Azizah Universitas Negeri Surabaya
  • Satriya Ardhi Pratama UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung

DOI:

https://doi.org/10.26740/job.v20n4.p1-16

Abstract

Wayang kulit adalah bentuk seni dan kebudayaan tertua di pulau Jawa, khususnya di Indonesia secara umum. Pada awalnya, seni wayang kulit merupakan bentuk penghormatan terhadap agama lokal yang mencakup dimensi spiritual yang bersatu dengan estetika budaya. Dimensi spiritual dalam wayang kulit terkait dengan pelaku seni tersebut, terutama masyarakat yang menjadi pencetus kebudayaan wayang, yaitu seniman dan penikmat wayang. Kedudukan sosial dan keagamaan seniman serta penikmat wayang memiliki pengaruh yang signifikan dalam karakteristik pertunjukan wayang kulit. Di Jawa, wayang kulit memiliki dimensi spiritualitas Islam yang menyatu dengan budaya Kejawen, sehingga ekspresi keislaman dalam wayang masuk ke dalam kebudayaan Jawa yang "asli", dan melahirkan spiritualitas keislaman yang tidak konvensional.Simbol dan perbuatan dalam pertunjukan wayang telah lama dikenal oleh penggemar wayang. Salah satu karya sastra Jawa yang sangat terkenal adalah Serat Suluk Wirasat. Karya ini ditulis oleh seorang sufi Jawa bernama Sunan Kalijaga. Serat Suluk Wirasat membahas makna kehidupan dan ajaran sufi. Salah satu tema penting yang ditekankan dalam karya ini adalah perumpamaan antara makhluk dan Sang Pencipta. Dalam perumpamaan ini, makhluk diibaratkan sebagai wayang, sementara Sang Pencipta diibaratkan sebagai dalang. Wayang dan dalang merupakan simbolisme yang sangat penting dalam budaya Jawa. Wayang merupakan boneka kayu yang digunakan dalam pertunjukan wayang kulit, sedangkan dalang adalah orang yang mengendalikan boneka tersebut dan mengatur alur ceritanya. Perlu diketahui bahwasanya, perumpamaan makhluk dan Sang Pencipta dalam Serat Suluk Wirasat juga mengajarkan tentang pentingnya untuk mengenal diri sendiri dan memperbaiki diri. Dalam Serat Suluk Wirasat, wayang diibaratkan sebagai manusia yang memiliki kekurangan dan kesalahan, dan Sang Pencipta diibaratkan sebagai dalang yang selalu memberikan arahan dan pengampunan.

 

Kata kunci : Simbolisme, Wayang & Dalang, Suluk Wirasat

Downloads

Download data is not yet available.

Downloads

Published

2025-04-19

How to Cite

Azizah, K. A. N., & Pratama, S. A. (2025). Relevansi Simbolisme Wayang dan Keterampilan Dalang Tentang Hakikat serta Hubungannya Kawula-Gusti dalam Serat Suluk Wirasat. Jurnal Online Baradha, 20(4), 1–16. https://doi.org/10.26740/job.v20n4.p1-16
Abstract views: 93 , PDF Downloads: 70