Sarung Tenun Ikat Donggala Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2009 s.d 2013

  • ASRI ZEINTATIENI

Abstract

 

Abstrak

 

Sarung tenun ikat atau sarung sutra Donggala merupakan salah satu hasil kerajinan tradisional Kabupaten Donggala yang sudah terkenal di seluruh Nusantara. Salah satu tempat di Sulawesi Tengah yang menghasilkan kain tenun ikat adalah daerah Donggala Kelurahan Watusampu. Kain tenun Donggala memiliki motif dan ragam hias yang khas yaitu bunga, daun, fauna, serta unsur geometris, baik warna dan tehnik pembuatannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bahan, motif, ragam hias, warna dan proses pembuatan sarung tenun ikat Donggala tahun 2009–2013.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif, bertujuan membuat gambaran dengan cara mendeskripsikan suatu keadaan dan situasi serta gejala–gejala secara faktual dan objektif mengenai bahan, motif, ragam hias, warna, serta proses pembuatan sarung tenun ikat Donggala pada kerajinan kain tenun home industry di Kabupaten Donggala. Teknik pengumpulan data penelitian dilakukan dengan observasi, wawancara atau interview, dan dokumentasi terhadap 3 pengrajin sarung tenun ikat Donggala.

Tahun 2009–2013, bahan menggunakan benang sutra, katun, sintetis, serta campuran katun dan kapas, yang dikenal dengan nama “spunslik” atau yang lebih dikenal pengerajin dengan nama benang mesres. Tahun 2009–2011, motif  yang digunakan adalah kain messa, sarung pelekat garusu dan buya cura, buya bomba, buya subi sabe, buya subi kumbaja, kombinasi buya bomba dan subi, buya bomba kota, serta buya awi. Tahun 2012–2013 motifnya sama dengan tahun sebelunya hanya buya subi sabe dan buya awi tidak digunakan lagi.Tahun 2009–2011, ragam hias yang digunakan sama. Tahun 2012 ragam hias yang digunakan sama dengan tahun 2011, hanya tidak terdapat (punanu unu dan tonji kea) pada ragam hias utama, (bunga melati dan kuncup mawar) pada ragam hias isian, dan renda–renda pada ragam hias pinggiran. Tahun 2013 sama seperti tahun 2012, hanya pada ragam hias utama terdapat guma dan tidak terdapat (burung merak dan bunga lentera), ragam hias isian terdapat bunga cangkokan dan tidak terdapat (bunga anyelir, cempaka putih dan bunga lentera), ragam hias pinggiran terdapat segitiga. Warna pada sarung tenun ikat terdiri dari warna terang dan warna gelap, selain itu tidak terdapat batasan warna pada sarung tenun ikat Donggala. Warna kuning dan ungu digemari konsumen di tahun 2010, warna orange menjadi tren di tahun 2012. warna biru benhur dan hijau zambrut merupakan tren warna di tahun 2013. Proses pembuatan sarung tenun ikat Donggala sama dari tahun 2009–2013 yaitu masih menggunakan cara yang tradisional.

 

Kata Kunci: Sarung, Tenun Ikat, Donggala, Sulawesi Tengah.

 

 

Abstract

 

Donggala bunch weaving sarong or Donggala silk sarong is a traditional handicraft which has been well known in Indonesia. One of the places in Central Sulawesi which produces the bunch weaving fabric is Donggala, Watusampu. Donggala bunch weaving fabric has various motif and special ornaments. There are flowers, leaf, animals, and geometry, either color or the technique used to make. This research aims to find the materials, motif, ornaments, color, and making process of Donggala bunch weaving sarong, 2009–2013.

This research is a descriptive qualitative research which aims to make description by describing the condition, situation, factual and objective symptoms of materials, motif, ornaments, colors, and the process of making Donggala bunch weaving  sarong in the weaving home industry in Donggala. The data collecting techniques are observation, interview, and documentation of 3 people who make Donggala sarong bunch weaving.

 

In 2009–2013, the materials used are silk, catoon, synthetic, and mix between cotton and cotton plant. There are known as “spunslik” or the people will know it as mesres. The motif used in 2009–2011, re messa, pelekat garusu sarong and buya cura, buya bomba, buya subi sabe, buya subi kumbaja, the combination between buya bomba and subi, buya bomba kota, and buya awi. The motif in 2012–2013 is similar with the previous year. Unfortunately buya subi sabe and buya awi are not used. The ornaments used in 2009–2011 are similar. The ornament used in 2011 is similar with the ornaments used in 2012, but punanu unu and tonji kea are not placed in the main ornaments. Jasmine and rose are not placed in the main ornaments. Lace is also not placed in the border. 2013 is similar with 2012, but main ornament has guma and it does not have peacock and lanterns flower. Main ornament has graft and it does not have carnation, white cempaka, and latterns flower. In the border, it has triangle. The color in the bunch weaving sarong is from the dark color to the light color. Besides that, it does not have limitation in the Donggala bunch weaving sarong. Yellow and purple is interested by the consumer in 2010. Orange is in 2012. Blue and green are trend color in 2013. The process of making Donggala bunch weaving sarong in 2009–2013 is still using traditional ways.

 

Keywords: Sarong, Bunch Weaving, Donggala, Central Sulawesi.

 

Published
2014-01-24
How to Cite
ZEINTATIENI, A. (2014). Sarung Tenun Ikat Donggala Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2009 s.d 2013. Jurnal Online Tata Busana, 3(1). https://doi.org/10.26740/jotb.v3n1.p%p
Abstract Views: 310
PDF Downloads: 91