Pengaruh Frekuensi Pencelupan Pewarnaan Kulit Pohon Mahoni Terhadap Hasil Jadi Batik Pada Bahan Rajut

  • IRMA MARDHITA SARI

Abstract

 

Abstrak

Pewarnaan di Indonesia menggunakan zat warna buatan dan zat warna alam, pada zaman dahulu pewarnaan yang digunakan adalah zat warna alam yang berasal dari tumbuhan misalnya kulit dari pohon mahoni, pewarnaan alam sering digunakan untuk pewarnaan batik. Bahan yang biasa digunakan untuk pewarnaan alam dan batik adalah sutera, wool, katun dan bahan rajut. Pada penelitian ini peneliti melakukan pewarnaan menggunakan kulit pohon mahoni terhadap hasil jadi batik yang diterapkan pada bahan rajut dengan frekuensi  pencelupan yang berbeda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil jadi pewarnaan alam kulit pohon mahoni, mengetahui pengaruh frekuensi pencelupan, mengetahui frekuensi pencelupan yang menghasilkan warna yang paling baik.

Penelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen. Variabel bebas dari penelitian ini adalah frekuensi pencelupan 5 kali, 7 kali dan 9 kali. Varibel terikat pada penelitan ini adalah hasil jadi pewarnaan kulit pohon mahoni pada batik yang ditinjau dari kerataan warna, ketajaman warna, dan hasil jadi motif batik. Sedangkan variabel kontrol dari penelitian ini adalah kulit pohon mahoni, alat untuk pewarnaan, air, teknik pewarnaan, teknik mordanting, berat mordan dan bahan rajut. Metode pengumpulan data dari penelitian ini adalah observasi dengan lembar kuesioner yang dilakukan pada 30 responden. Hasil uji statistik varians tunggal menggunakan program SPSS 21.

Hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa frekuensi pencelupan mempengaruhi hasil jadi pewarnaan alam kulit pohon mahoni terhadap hasil jadi batik pada bahan rajut ditinjau dari aspek kerataan warna untuk frekuensi 5 kali pencelupan cukup baik, frekuensi 7 kali pencelupan cukup baik, dan pada frekuensi 9 kali pencelupan hasilnya baik. Aspek ketajaman warna pada frekuensi 5 kali pencelupan cukup baik, frekuensi 7 kali pencelupan cukup baik, frekuensi 9 kali pencelupan cukup baik. Pada aspek hasil jadi batik frekuensi 5 kali pencelupan cukup baik, frekuensi 7 kali pencelupan hasilnya baik, frekuensi 9 kali pencelupan hasilnya baik. Ada pengaruh yang berbeda antara frekunsi pencelupan 5 kali, 7 kali, dan 9 kali terhadap hasil jadi pewarnaan kulit pohon mahoni. Dilihat dari nilai rata-rata mean frekuensi pencelupan yang menghailkan warna yang paling baik adalah 9 kali, ditinjau dari aspek kerataan warna hasilnya baik, aspek ketajaman warna cukup baik, hasil jadi motif batik hasinya baik dari pada 5 kali dan 7 kali pencelupan.

Kata kunci            : Frekuensi Pencelupan, Kulit Pohon Mahoni, Hasil Jadi Batik, Bahan Rajut (T-Shirt).

 

Abstract

In Indonesia, coloration is using synthetic dye and natural dye. At long time to go, coloration was using natural dye derived from plants, for example bark of mahogany. Natural dying often used on batik coloration. The fabric often used for natural dyeing is silk, wool, cotton, and knit fabric. In this research, researcher performing coloration using mahogany bark applied toward product of batik which applied on knit fabric with different dying frequency. The aims of this research were to know the outcome of natural dying of mahogany bark, to know effect of dying frequent, to know dying frequent which produce the best color.

This research was experimental research. The independent variable of this research was frequency of dying 5 times, 7 times, and 9 times. Dependent variable in this research was the outcome of mahogany bark coloration on batik viewed from color evenness, color sharpness, and the outcome motif of batik. The controlled variables in this research were mahogany bark, dying equipments, water, dying technique, mordanting technique, mordant weight, and knit fabric. Data collecting method of this research was observation through questionnaire sheet performed by 30 respondents. Statistic test result of single variant used SPSS 21 program.

Data analysis result could be concluded that dying frequent affected on the outcome of mahogany bark natural coloration toward the outcome of batik on knit fabric with aspects of color evenness for frequency 5 times dying was good enough, frequency 7 times dying was good enough, and at frequency 9 times dying the result was good. The aspect of color sharpness at frequency 5 times dying was good enough, frequency 7 times dying was good enough, frequency 9 times dying was good enough. At aspect of the outcome motif of batik for frequency 5 times dying was good enough, frequency 7 times dying had good result, frequency 9 times dying was good result. There was different effect of dying frequency 5 times, 7 times, and 9 times on the outcome of mahogany bark coloration. Viewed from average mean of dying frequency, the best color produce was at 9 times, viewed from color evenness the outcome was good, color sharpness was good enough, the outcome of batik motif was better than at 5 times and 7 times of dying..

Keywords: dying frequent, mahogany bark, batik, knit fabric (t-shirt)

 

Published
2014-05-16
How to Cite
MARDHITA SARI, I. (2014). Pengaruh Frekuensi Pencelupan Pewarnaan Kulit Pohon Mahoni Terhadap Hasil Jadi Batik Pada Bahan Rajut. Jurnal Online Tata Busana, 3(2). https://doi.org/10.26740/jotb.v3n2.p%p
Abstract Views: 58
PDF Downloads: 48