Mimicry as Mockery in J.M. Coetzee Disgrace

  • HOSNI DHANU PRANATA

Abstract

Abstrak

Mimikri merupakan suatu bentuk perlawanan terhadap penjajah karena mimikri tidak hanya meniru, tetapi juga mengolok menjadikan penjajah terlihat berbeda. Coetzee Disgrace mencoba menguraikan masalah yang diakibatkan oleh keadaan pasca-apartheid; memberikan kemungkinan bagi orang kulit hitam dan orang kulit putih untuk berinteraksi satu sama lain dan dalam pertemuan ini membuat orang-orang kulit hitam melakukan mimikri atau meniru apa yang yang dilakukan orang-orang kulit putih, dalam berperilaku, dan bertindak. Akan tetapi, hal ini pasti ada yang berbeda, namun perbedaan tersebut justru menjadi cara bagaimana orang kulit hitam mengolok kulit putih. Olokan ini adalah cara untuk memberi perlawanan dan Petrus sebagai peran antagonis bagi Lurie memainkan perannya dengan baik. Dengan demikian persoalan problematis ini dimana mimikri sebagai ejekan untuk member perlawanan mengarahkan masalah yang akan dirumuskan sebagai berikut; (1) bagaimana mimikri digambarkan dalam J. M. Coetzee Disgrace? Dan (2) bagaimana mimikri berubah menjadi olokan sebagai perlawanan dalam J. M. Coetzee Disgrace? Untuk menjadikan penelitian ini menjadi lebih matang dan terarah, metode yang digunakan adalah pendekatan objektif dan interpretasi. Dibangun pada analisis, Petrus bermimikri untuk hidup namun hal ini tumbuh berbeda pada pandangan perspektif Lurie seakan martabatnya dipermalukan dan diejek, apalagi, Lucy tampaknya selalu berlindung pada Petrus setelah ia diperkosa oleh tiga pria kulit hitam. Kenyataan tak terduga ini secara meyakinkan memperlihatkan bahwa terdapat ruang untuk bernegosiasi selama pertemuan antara kulit putih dan orang kulit hitam terjadi, dan ruang itulah yang disebut Bhabha sebagai ruang ketiga.

Kata Kunci: mimicry, ruang ketiga, perlawanan.

 

Abstract

Mimicry is a kind of resistance against colonizer because mimicry does not simply imitate, but also mock the colonizer of being difference. Coetzee’s Disgrace elaborates the problems resulted of post-apartheid; it gives the possibility for the black and the white people to interact to each other and this encounter makes the black people doing mimicry or imitating what the white people do, behave, and act. However, it must be always different but this difference precisely becomes the way the black people mock the white. This mocking is the way to resist and Petrus as Lurie’s antagonist plays it well. Thus this problematical circumstance of mimicry as mockery to resist leads the problem to be formulated as; (1) how is mimicry depicted in J. M. Coetzee’s Disgrace? And (2) how does mimicry turn to be mockery as the resistance in J. M. Coetzee’s Disgrace? To bond and to stalemate the steady amount of the analysis, the used method is objective approach and interpretation. Constructed on the analysis, Petrus does mimicry to live but it grows differently on Lurie’s perspective as if his dignity is humiliated and mocked, moreover, Lucy seems to be always defending on Petrus after she is raped by three black men. This unpredictable ailment conclusively exposes that there is a space to negotiate during the encounter between the white and the black people and the space is actually what Bhabha calls as the third space.

Keywords: Mimicry, the third space, negotiation and resistance.

Published
2016-02-03
How to Cite
DHANU PRANATA, H. (2016). Mimicry as Mockery in J.M. Coetzee Disgrace. LITERA KULTURA : Journal of Literary and Cultural Studies, 4(1). https://doi.org/10.26740/lk.v4i1.14306
Section
Articles
Abstract Views: 47
PDF Downloads: 355