IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH PENGGERAK DI SD INSAN MULYA KECAMATAN DRIYOREJO KABUPATEN GRESIK
DOI:
https://doi.org/10.26740/publika.v12n1.p147-159Keywords:
Implementasi, Kebijakan, Sekolah PenggerakAbstract
Sekolah penggerak berorientasi pada inovasi dan pembelajaran karakter anak yang sesuai dengan karakter profil pelajar Pancasila. Fokus program sekolah penggerak yaitu pada pengembangan hasil belajar siswa secara holistik yang mencakup kompetensi (literasi dan numerasi) dan karakter diawali dengan SDM yang unggul. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan implementasi program sekolah penggerak SD Insan Mulya di Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Data dikumpulkan dengan menggunakan Teknik wawancara dan observasi. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa implementasi program sekolah penggerak di SD Insan Mulya Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik dari empat ketepatan kebijakan. Ketepatan kebijakan berdasarkan lima intervensi berdasarkan digitalisasi sekolah dengan adanya platform-platform yang mendukung baik dari guru, sumberdaya dan sekolah, maupun dalam pembelajaran di kelas. Intervensi pengembangan sumberdaya sekolah baik dari kepala sekolah pengawas dan guru, intervensi dalam pembelajaran paradigma baru, perencanaan berbasis data dan pendampingan konsultatif asimetris. Ketepatan pelaksana yang berfokus pada guru, kepala sekolah, dan komite pembelajaran. Ketepatan target yang mengacu pada kesiapan target dalam menjalankan program sekolah penggerak. Ketepatan lingkungan yang berasal dari komunikasi lingkungan internal dan komunikasi dengan lingkungan eksternal. Dalam implementasi sekolah penggerak menemui beberapa kendala yaitu sulitnya mengalokasikan jam pelajaran karena terdapat tambahan P5, terkendalanya pemakaian chromebook dalam pembelajaran, pelaksanaan assessment yang soalnya masih dibuat secara kolektif. Peneliti memberikan saran perlu adanya penyeimbangan dan penyesuain dalam pengaturan jam pelajaran siswa, perlunya penyesuaian sarana dan prasarana yang dapat memaksimalkan kegunaan dalam pembelajaran, dan pelaksanaan assessment yang dilakukan secara mandiri dan bukan kolektif.
Sekolah Penggerak is oriented towards innovation and child character learning that matches the character of the student profile of Pancasila. The focus of the driving school program is on the development of student learning outcomes in a holistic way that includes competence (literacy and numeration) and character begun with superior SDM. The purpose of this research is to describe the implementation of the SD Insan Mulya mobilization school program in Driyorejo Gresik. The research method used is qualitative descriptive. Data collected using interview and observation techniques. The results of the research showed that the implementation of the mobilization school program in SD Insan Mulya Kecamatan Driyorejo Gresik of four policy precision. Policy accuracy is based on five interventions based on school digitization with platforms that support both teachers, resources and schools, as well as in classroom learning. School resource development interventions from both head of supervisory school and teacher, interventions in new paradigm learning, data-based planning and assisted consultative assistance asimetris. The executive's accuracy focuses on teachers, the head of school, and the awareness committee. Target accuracy that refers to the target's readiness in running a mobility school program. The environmental accuracy derived from the communication of the internal environment and communication with the external environment. In the implementation of the mobility school encountered some obstacles, namely the difficulty of allocating lessons hours because there are additional P5, at the very least the use of chromebooks in learning, the execution of assessments on which is still made collectively. The researchers suggested that there should be a balance and adjustment in the arrangement of student hours, the need for the allocation of means and facilities that can maximize equality in the education, and the implementation of assessments carried out independently and not collectively.