Abstrak
Jamas Sang Aji berasal dari kata Jamasan yang artinya memandikan, membersihkan. Sedangkan Sang Aji artinya benda pusaka, jika digabungkan maka Jamas Sang Aji memiliki arti memandikan atau membersihkan benda pusaka. Ritual siraman gong kyai pradah merupakan sebuah ritual yang berada di Kabupaten Blitar. Koreografer menajdikan makna ritual prosesi siraman gong kyai pradah sebagai fokus pembuatan karya dengan tujuan untuk mengingatkan atau melestarikan bahwa ritual siraman ini tidak akan dilupakan atau hilang begitu saja karena tergerus oleh zaman yang semakin moderen ini. Dalam metode penciptaanya koreografer memulai dari rangsang awal yaitu rangsang visual dan idesional, dengan tipe tari dramatik, dengan menggunakan teori konstruksi Jacqluine Smith. Kemudian tahap selanjutnya exsplorasi, improvisasi, dan evaluasi.
Bentuk penyajian karya tari Jamas Sang Aji meliputi struktur yang terdiri dari intro menceritakan tentang masyrakat, bahwa meskipun memilki karakterisik yang berbeda-beda tetapi memilki tujian yang sama. Serta penggunaan seting bertujuan
untuk memberikan kesan yang berlatarkan masyrakat. Pada adegan selanjutnya yaitu memasuki adegan kirab benda pusaka yang diarak oleh masyrakat dari kediaman letak tempat gong kyai pradah menuju lapangan tempat dimandikanya. Pada adegan ke III dimunculkan tarian bedhaya. Pada adegan ke IV menggambarkan bahwa manusia yang ada pada prosesi ritual siraman gong, maka harus memilki hati yang bersih dan suci tanpa memikirkan hal-hal yang buruk. Sehingga pikiran yang positif tersebut dapat terkabul dan melebur di dalam diri kita. pada adegan ke V menggambarkan sebuah prosesi ritual siraman gong kyai pradah dengan satu penari yang muncul yang dimaksutkan sebagai pawang untuk menyiramkan air suci dan bunga setaman kedalam gong pusaka untuk dibersihkan maupun dimandikan. Mitos masyrakat jika terkena air dari siraman gong kyai pradah ini dapat menyembuhkan berbagai penyakit, bisa awet muda, dan dapat menjadikan kesuburan. Pada adegan terakhir setelah pemandian dimunculkan simbol gerak macan karena masyrakat mempercayai bahwa gong kyai pradah memiliki penunggu yaitu seekor macan. Sehingga masyrakat mempercayai mitos tersebut dan tidak boleh menyepelekan atau meremehkan benda pusaka yang selalu dimandikan dalam setahun sebanyak dua kali pada saat 1 Syawal dan 12 Rabiul awal. Elmen utama yaitu gerak, dengan pijakan gerak dan karakteristik lemah lembut yang dikembangkan dengan elmen pendukung, yaitu iringan, tata rias dan busana, mengacu pada gaya mataraman, pola lantai, pemanggungan dengan panggung procenium beserta seting dan lightingnya.
Dengan melalui media seperti halnya tata rias dan busana, pola lantai, tata pentas cahaya, gong kyai pradah dalam prosesi ritualnya menjadi sebuah karya yang dinamis dengan menunjukan bentuk prosesi ritualnya dari awal hingga akhir prosesi sehingga membentuk bangunan tari yang bertipe tari dramatik.
Kata Kunci: Karya Tari, Jamas sang Aji, Bentuk Penyajian
Unduhan
Unduhan
Diterbitkan
Cara Mengutip
Terbitan
Bagian

