DEKONSTRUKSI KEHIDUPAN BERAGAMADALAM NOVEL SANG PENCERAH KARYA AKMAL NASERY BASRAL

  • ADITYA AKBAR HAKIM

Abstract

Abstrak
Kemajemukan pikiran (pluralisme) dan fakta kemajemukan (pluralitas) yang ditampilkan dalam
kaitannya dengan kehidupan sosial kemasyarakatan menjadi sesuatu perkara yang tidak akan dapat
dielakkan dari setiap interaksi antar berbagai hubungan masyarakat dengan individu dalam lingkungan
kehidupan sosialnya. Semua hal itu termanifestasi secara baik dalam sajian karya sastra berbentuk novel
bergenre religi. Sang Pencerah merupakan judul yang diberikan pengarang untuk novel tersebut, secara
implisit dan sekaligus juga eksplisit dijumpai ada banyak fenomena dari pola kehidupan beragama yang
mengalami koreksi atau menemukan pola baru dari pola kehidupan beragama sebelumnya dalam novel.
Adanya dua kontradiksi dari dua pola kehidupan beragama tersebut menjadikan terbuka peluang untuk
dilakukan pengajian dengan menggunakan dekonstruksi.
Dekonstruksi, secara garis besar adalah cara untuk membawa kontradiksi-kontradiksi yang
bersembunyi di balik konsep-konsep kita selama ini dan keyakinan yang melekat pada diri ini ke hadapan
kita. Dekonstruksi kehidupan beragama adalah “pembongkaran” terhadap konstruksi lama kehidupan
beragama untuk menemukan konstruksi baru. Penelitian ini membahas dekonstruksi kehidupan beragama
yang terjadi khususnya pada masyarakat Kauman, Yogyakarta yang dilihat dalam novel Sang Pencerah.
Masalah yang diteliti adalah bagaimana bentuk kehidupan beragama tersebut, bagaimana bentuk
dekonstruksi kehidupan beragama, serta bagaimana reaksi masyarakat dalam novel terhadap dekonstruksi
kehidupan beragama. Tujuan utama penelitian ini adalah mendeskripsikan bagaimana bentuk kehidupan
beragama dalam novel Sang Pencerah, mendeskripsikan bentuk dekonstruksi kehidupan beragama dalam
novel Sang Pencerah, dan mendeskripsikan reaksi masyarakat dalam novel terhadap dekonstruksi
kehidupan beragama pada novel Sang Pencerah karya Akmal Nasery Basral.
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan sosiologi sastra sedangkan
teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis isi atau content analysis dengan menggunakan
metode tafsir sastra atau hermeneutik. Penelitian ini disebut juga sebagai penelitian deskriptif kualitatif
karena data dan analisis data yang dihasilkan merupakan rangkaian penjelasan berupa kata, kalimat, dan
atau wacana.
Hasil yang didapat dari penelitian ini ternyata teridentifikasi bahwa masyarakat dalam novel
cenderung ketika melaksanakan beragam aktivitas yang berkaitan dengan ritual peribadatan penyebahan
terhadap Tuhan masih dicampuri atau bahkan dibarengi oleh unsur-unsur yang berbau ritual adat dan
tradisi peninggalan secara turun-temurun oleh leluhur mereka. Kepatuhan menjalankan tradisi begitu
kentara dilakukan oleh masyarakat dalam novel sebagai manifestasi untuk melestarikan sekaligus sebagai
eksistensi keberlangsungan kebudayaan dan agama yang diharapkan bisa tetap berjalan secara beriringan.
Ditemukan juga bahwa tampak bagaimana masyarakat dalam novel dalam hidup beragama masih kolot,
patuh secara berlebihan terhadap anjuran kiai serta hidup pada masa kemunduran, keterpurukan, kondisi
kemelaratan akibat tekanan dari pihak pemerintah kolonial Belanda.
Selain itu, bentuk dekonstruksi kehidupan beragama yang terjadi dalam novel terlihat ada dan
atau terjadi lebih banyak mengarah pada aspek kehidupan beragama hubungan dengan Tuhan terlepas
masih tetap juga ditemukan ada pada hubungan dengan sesama manusia. Hal itu berarti bahwa
masyarakat dalam novel ketika menjalankan beragam ritual keagamaannya memang cenderung selalu
mengedepankan dan sekaligus terlebih dahulu menjunjung tinggi makna kebudayaan yang timbul dari
proses perilaku kehidupan beragama mereka. Tuntutan tradisi lebih dikedepankan atau dijadikan prioritas
untuk menjalankan berbagai ritual dan aktivitas kehidupan beragama dibanding dengan tuntutan yang
harus dilakukan dari ajaran agama Islam itu sendiri.
Reaksi yang ditemukan bahwa masyarakat sebagian besar menolak atau bahkan menentang
dengan sangat keras, penolakan tersebut diwujudkan dengan tindakan serangan batin dan fisik serta
beragam perilaku lain dengan menuduh tokoh Dahlan, tokoh yang cenderung terlihat lebih dominan
mempunyai pemikiran-pemikiran baru terhadap koreksi kehidupan beragama masyarakat dalam novel
sebagai kiai kafir, kiai yang murtad dari Islam, kiai gila, dan menjadi bagian dari antek Kristen.
1
Dekonstruksi Kehidupan Beragama dalam Novel Sang Pencerah
Kata Kunci: dekonstruksi, kehidupan beragama.
Abstract
Pluralism and the fact of pluralism that is shown in relation of society life, becomes a problem that
no one can avoid as individual of society. Those all are manifested in religious novels and one of them is
Akmal Nasery Basral’s Sang Pencerah. Phenomenon rises from various religious social life, which is
found a new type of religious social life from the existing religious social life before implicitly and
explicitly. Those contradiction finally can potentially be analyzed with deconstruction.
Briefly, deconstruction is a way to bring contradictions that hide concepts we bring as belief and
structure of our life. Deconstruction religious life is “scattering” toward the construction of the existing
religious life, then finding of the new construction to rebuild or rearrange. This research talks about
deconstruction of people in Kauman, Yogyakarta through Akmal Nasery Basral’s Sang Pencerah. The
problem is how religious life formed and how deconstruction works on it, and the reaction of the people
toward the deconstruction. The objective of this study is describing deconstruction religious life in Akmal
Nasery Basral’s Sang Pencerah and reaction of the people toward the deconstruction.
Sociology literature as the approach is used to analyzed the data. The assembling is through
content analysis with hermeneutic criticism. This research is also a qualitative description because the
analyzed data is from explanation of word, sentence, or discourse.
The result of this research actually tend to identify the religious life in the novel that still involves
in cultural and traditionally ritual. This obeying toward the activities are caused by the manifestation of
inheritance. It is also found that the religious life people in the novel are still orthodox, obeying the priests
excessively, living in ancient life, poorness of Dutch’s colonization.
Besides that, deconstruction religious life in the novel seems tightly in showing the relationship
between God and human and human and human. It means that the people in the novel tend to prior
culture. Tradition is the priority to do and act every ritual of religious activity rather than doing their
Islam.
The reaction that is found in the novel, mostly reject the deconstruction. It can be found in the
form of rejection physically and mentally and everything to accuse Dahlan, the dribbler of deconstruct, as
the Kafir, the forbidden priest, Murtad, and Christian.
Keywords: deconstruction, religious life.

Published
2013-02-06
Section
Articles
Abstract Views: 52
PDF Downloads: 142