TRADISI PUTER KAYUN DI DESA BOYOLANGU KECAMATAN GIRI KABUPATEN BANYUWANGI (KAJIAN FOLKLOR)

  • Mega Liana Universitas Negeri Surabaya
  • Yohan Susilo Universitas Negeri Surabaya

Abstract

ABSTRACT

The puter kayun tradition in Boyolangu Village is a regional cultural form of Banyuwangi Regency which is a half-oral folklore. The purpose of this research is to explain its history, sequence of events, understanding and meaning, functions, changes, and how to preserve it. The method used in this research is descriptive qualitative, using observation, interview, documentation, recording, and data validation techniques. The tools used are a list of questions, mobile phones, and notebooks. The results of this study are that the puter kayun tradition has a relationship between Buyut Jakso and watudodol, Puter Kayun is a legacy of Boyolangu residents to remember the services of Buyut Jakso who had opened the road in Watudodol. The implementation of the puter kayun tradition is divided into four days from the seventh day to the tenth day of Eid. The ubarampe used are setaman flower, kupat, buffalo mask, singkal and garu, janur, gig, and tumpeng. Its meaning is to be an example for the community, especially Boyolangu village where this tradition developed, when they do work in society to create a sense of peace in their lives. The function of the puter kayun tradition for the people of Boyolangu is as village salvation and social culture. There are always changes in the puter kayun tradition every year, especially in the number of dokars used. The way to preserve the puter kayun tradition is by passing it on to the descendants of the Boyolangu people, improving the ubarampe tradition of puter kayun, and being supported by the Culture and Tourism Office of Banyuwangi Regency.

Keywords: Folklore, Puter Kayun Tradition, Great-grandfather Jakso.

 

 

ABSTRAK

Tradisi puter kayun di Desa Boyolangu merupakan bentuk budaya daerah  Kabupaten Banyuwangi yang merupakan cerita rakyat setengah lisan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan sejarahnya, urutan acara, pengertian dan makna, fungsi, perubahan, dan cara melestarikannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, dengan teknik observasi, wawacara, dokumentasi, pencatatan, dan validasi data. Alat yang digunakan adalah daftar pertanyaan, handphone, dan buku catatan. Hasil dari penelitian ini adalah tradisi puter kayun mempunyai hubungan antara Buyut Jakso dengan watudodol, Puter Kayun merupakan napak tilas warga Boyolangu untuk mengingat jasa Buyut Jakso yang telah membuka jalan di Watudodol. Pelaksanaan acara tradisi puter kayun dibagi menjadi empat hari dari hari ketujuh sampai hari kesepuluh lebaran. ubarampe yang digunakan adalah kembang setaman, kupat, topeng kerbau, singkal dan garu, janur, dokar, dan tumpeng. Maknanya yaitu menjadi contoh bagi masyarakat khususnya desa Boyolangu yang merupakan tempat berkembangnya tradisi ini, ketika mereka melakukan pekerjaan dalam masyarakat untuk mewujudkan rasa damai dalam hidup mereka. Fungsi tradisi puter kayun bagi masyarakat Boyolangu adalah sebagai selametan desa dan sosial budaya. Perubahan tradisi puter kayun setiap tahunnya selalu ada terutama pada jumlah dokar yang digunakan. Cara melestarikan tradisi puter kayun adalah dengan mewariskannya kepada keturunan masyarakat Boyolangu, memperbaiki ubarampe tradisi puter kayun, dan didukung oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi.

Kata Kunci : Folklor, Tradisi Puter Kayun, Buyut Jakso.

 

Published
2023-07-26
How to Cite
Liana, M., & Susilo, Y. (2023). TRADISI PUTER KAYUN DI DESA BOYOLANGU KECAMATAN GIRI KABUPATEN BANYUWANGI (KAJIAN FOLKLOR). JOB (Jurnal Online Baradha), 19(3), 233-251. Retrieved from https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/baradha/article/view/55785
Abstract Views: 95
PDF Downloads: 77