Abstract
Ritual adat Seblang Olehsari merupakan salah satu dari beberapa ritual adat yang berada di Kabupaten Banyuwangi. Ritual adat Seblang rutin diadakan tiap tahunya untuk menolak bala dan membersihkan desa dari segala penyakit dan musibah yang melanda desa tersebut. Ketertarikan awal terhadap ritual adat Seblang sehingga menjadikan sebuah ide garap, karena Seblang merupakan sebuah pertunjukan yang berbeda daripada pertunjukan lainya. Perbedaan itu terlihat dari bentuk penyajianya dan gerak-gerak yang dilakukan secara tidak sadar oleh sang penari Seblang tersebut. Keunikan Seblang Olehsari di bandingkan dengan Seblang Bakungan sehingga koreografer tertarik untuk menjadikan sebuah ide garap, yaitu terletak pada saat keterlibatan penonton atau masyarakat pada saat upacara adat tersebut berlangsung. Koreografer menjadikan makna dari upacara adat Seblang Olehsari tersebut sebagai fokus pembuatan karya dengan tujuan untuk memvisualisasikan simbol-simbol yang terdapat pada ritual Seblang tersebut melalui karya tari Seblang Lulian. Pentahapan penciptaan dalam menciptakan karya seni dimulai dari eksplorasi, improvisasi, komposisi. Terdapat banyak metode yang digunakan dalam penciptaan tari. Beberapa metode tersebut kemudian digabung untuk dapat ditemukan fokus serta tema yang tepat. Setelah itu baru konsep karya menjadi acuan untuk membuat suatu karya tari. Struktur penyajian dalam karya tari Seblang Lulian dibagi menjadi empat bagian yaitu intro (awalan) menceritakan persiapan upacara adat Seblang tersebut, yang di awali dengan selamatan desa, pada bagaian intro ini koreografer mencoba untuk membangun imajinasi penonton dengan memunculkan simbol-simbol yang biasa digunakan pada saat acara selamatan sebelum upacara adat seblang dimulai. Koreografer mengambil properti tempeh,karena tempeh merupakan simbol terkuat pada saat selamatan tersebut berlangsung. Setelah terciptanya karya tari Seblang Lulian, koreografer menemukan sebuah transformasi yaitu pada bentuk dari fungsi ritual dan bentuk fungsi untuk pertunjukan. Seblang pada saat ritual menggunakan panggung arena dengan posisi penonton berada di sekeliling panggung, melihat fungsi dari ritual kesuburan tersebut yang harus kembali pada masyarakat itu sendiri sedangkan dalam bentuk pertunjukan, panggung yang digunakan adalah panggung procenium dimana pemain dan audient (penonton) memiliki batasan.Kata Kunci: Kembang Dermo, Seblang Lulian, Ritual Kesuburan,Dramatik
Downloads
Download data is not yet available.
Downloads
Published
2018-07-25
How to Cite
M.TRI.RAGEL.ALFAN.FAJAR, & DWI SASANADJATI, J. (2018). Solah, 8(1). Retrieved from https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/solah/article/view/24698
Issue
Section
Articles

