ANALISIS KETIMPANGAN PEMBANGUNAN TIAP KECAMATAN DI KABUPATEN TUBAN

  • THARRA AFIDATINA

Abstract

Abstrak

 

Pembangunan menjadi proses kegiatan yang dianggap penting dan wajib dilaksanakan oleh semua wilayah. Pembangunan pada intinya bertujuan untuk menjadikan kehidupan masyarakat yang lebih makmur dan sejahtera. Pengerjaan pembangunan tidak selalu bisa mencapai pemerataan, terdapat beberapa daerah yang mencapai pertumbuhan cepat sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat. Ketidakmerataan yang terjadi antar satu daerah dengan daerah lainnya inilah yang menyebabkan terjadinya ketimpangan pembangunan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1)sektor basis tiap kecamatan di Kabupaten Tuban, 2)karakteristik pertumbuhan ekonomi tiap kecamatan di Kabupaten Tuban, 3)tingkat ketimpangan pembangunan tiap kecamatan di Kabupaten Tuban. Data yang digunakan adalah data sekunder yang di dapatkan dari hasil publikasi BPS dan BAPPEDA Kabupaten Tuban. Data yang diperoleh mencakup Kabupaten Tuban dalam angka 2015, Kecamatan dalam angka 2015, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku tahun 2014, statistik kecamatan tahun 2015. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan analisis Location Quotient (LQ), dan Tipologi Klassen dan Indeks Williamson.

Hasil analisis dengan Location Quotient (LQ) menunjukkan bahwa dari 20 kecamatan yang ada di Kabupaten Tuban terdapat 17 kecamatan yang menjadi basis dalam sektor pertanian. Sektor pertambangan dan penggalian terdapat 5 kecamatan yang menjadi basis. Sektor industri pengolahan terdapat 2 kecamatan yang menjadi basis. Sektor Listrik, gas dan air bersih sebanyak 13 kecamatan yang menjadi basis. Sektor Kontruksi sebanyak 5 kecamatan yang menjadi basis. Sektor Perdagangan, hotel dan restoran terdapat 15 kecamatan yang menjadi basis. Sektor pengangkutan dan komunikasi terdapat 14 kecamatan yang menjadi basis. Sektor Keuangan, real estat dan jasa perusahaan terdapat 10 kecamatan yang menjadi basis. Sektor jasa-jasa terdapat 11 kecamatan yang menjadi basis. Hasil analisis menggunakan Tipologi Klassen menunjukkan bahwa terdapat 2 kecamatan yang terletak pada kuadran I, 3 kecamatan pada kuadran II, 3 kecamatan pada kuadran III, dan 12 kecamatan pada kuadran IV. Kecamatan yang termasuk dalam ketimpangan tinggi terdapat di Kecamatan Kerek, Plumpang, Semanding, dan Tambakboyo. Ketimpangan sedang terdapat di Kecamatan Bangilan, Senori, Parengan, Rengel, dan Palang, sedangkan untuk kecamatan yang termasuk dalam ketimpangan rendah  terdapat di Kecamatan Kenduruan, Singgahan, Montong, Soko, Grabagan, Widang, Tuban, Jenu, Merakurak, Jatirogo, dan Bancar. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terjadi ketimpangan pembangunan tiap kecamatan di Kabupaten Tuban mulai dari ketimpangan tinggi, sedang dan rendah. Ketimpangan yang banyak terjadi di Kabupaten Tuban termasuk ketimpangan rendah yaitu sebanyak 11 kecamatan.

Kata Kunci: ketimpangan pembangunan, indeks williamson, location quotient (LQ), tipologi klassen

 

Abstract

 

Development becomes an activity which considered as an important and obligatory matters for all region. The purposes of development, at the heart of the matter, is to create better living for society. However, the execution of development cannot always have fair distribution. Some regions are growing faster while the other regions are growing slower. The misdistribution which happened between one region and other regions causes imbalance development.

The purposes of this research were to find out (1) the basic sector for every sub-district in Tuban Regency, (2) the characteristics of economic growth for every sub-district in Tuban Regency, (3) the imbalance development level for every sub-district in Tuban Regency. The study using secondary data published by BPS and BAPPEDA of Tuban Regency. The obtained data including 2015 Tuban Regency in numeral, 2015 Sub-district in numeral, Regional Gross Domestic Product (RGDP) based on the valid value in 2014, and sub-districts’ statistics in 2015. The analysis data using Location Quotient (LQ), Klassen Typology and Williamson analysis index.

The analysisof Location Quotient showed that 20 sub-districts in Tuban Regency, 17 sub-districts becamethe base of agriculture sector; 5 sub-districts became the base of mining sector; 2 sub-districts became the base of manufacturing industry sector; 13 sub-districts became the base of electricity, gas, and water sector; 5 sub-districts became the base of construction sector; 15 sub-districts became the base of commerce, hotel, and restaurant sector; 14 sub-districts became the base oftransportation and communication sector; 10 sub-districts became the base of financial, real estate, and service enterprise sector; 11 sub-districts became the base of services industry sector. The analysis results from Klassen Typology showed that there were 2 sub-districts placed in quadrant I, 3 sub-districts placed in quadrant II, 3 sub-districts placed in quadrant III, and 12 sub-districts placed in quadrant IV. The sub-districts which had high imbalance development were Kerek, Plumpang, Semanding, and Tambakboyo sub-district. Then, the sub-districts which had moderate imbalance development were Bangilan, Senori, Parengan, Rengel, and Palang sub-district, whereas the sub-districts which had low imbalance development were Kenduruan, Singgahan, Montong, Soko, Grabagan, Widang, Tuban, Jenu, Merakurak, Jatirogo, and Bancar sub-district. The conclusion of this research showed that sub-district in Tuban Regency had imbalance development ranging from high, moderate, and low. The most of imbalance development in Tuban Regency dominated by low imbalance which 11 sub-district.


Key Words : Imbalance Development, Williamson index, location quotient (LQ), Klassen Typology

Published
2016-08-24
Abstract Views: 48
PDF Downloads: 95