TRANSFORMASI NILAI-NILAI KEBUDAYAAN KEMISKINAN (Studi Etnografi Tentang Pola Sosialisasi Anak-Anak Tukang Bawak Di Makam Islam Rangkah Surabaya)

  • KHAYATUS SYAIDA

Abstract

Abstrak

Kemiskinan adalah kondisi kekurangan dalam memenuhi kebutuhan hidup baik primer maupun skunder. Kehidupan miskin juga terjadi di perkotaan sebagai dampak dari urbanisasi berlebih. Masyarakat tukang bawak di makam rangkah adalah salah satu kelompok miskin di Surabaya mereka tidak mendapakan kesempatan bekerja di sektor formal, sehingga memilih pekerjaan bawak sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnografi. Penelitian ini mengambil lokasi di makam islam rangkah Surabaya. Subyek dalam penelitian ini adalah tukang bawak dan anak-anak tukang bawak. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengindentifikasi nilai-nilai kebudayaan kemiskinan dan bagaimana nilai-nilai kebudayaan kemiskinan di transformasikan kepada anak-anak tukang bawak. Penelitian ini menggunakan teori kebudayaan kemiskinan Oscar Lewis dan konsep diri Charles Horton Cooley. Nilai-nilai yang berjalan pada masyarakat tukang bawak meliputi: meminta-minta, fatalis, apatis, pendidikan rendah dan etos kerja rendah. Nilai-nilai dari keluarga tukang bawak disosialisasikan dari generasi ke generasi, transformasi nilai kebudayaan kemiskinan pada anak-anak ini mampu mendorong terciptanya budaya kemiskinan pada keluarga tukang bawak. Tukang bawak dalam upaya bertahan hidup dilakukan dengan berhutang, bekerja sambilan, mengatur pola makan, produksi subsisten dan membangun rumah di atas tanah makam tanpa uang sewa. Sedangkan bekerja sambilan dilakukan dengan bekerja di luar pekerjaan sebagai tukang bawak, seperti penjual sayur, pemulung, tukang becak dan meminta-minta di kampung-kampung.

Kata kunci : kemiskinan, nilai-nilai budaya kemiskinan, pola sosialisasi

Abstract

Poverty is deficient for fullfilis the  primary and secondary needs. The lives of the urban poor also occur as a result of the high number of population. Bawak artisan community in Rangkah tomb is one of the poor in Surabaya were not assigned the job opportunities in the formal sector, so choose bawak work as an attempt to meet the needs. This study used a qualitative method with an ethnographic approach. This study took place in the Islamic tomb Rangkah Surabaya. Subjects in this study were bawak artisan and craftsman bawak children. The purpose of this research is to identify the values ​​of the culture of poverty and how the values ​​of the culture of poverty to be transformed to the children artisan bawak. This study uses the theory of poverty culture Oscar Lewis and Charles Horton Cooley's self-concept. The values ​​that are running on bawak artisan community include: begging, fatalist, apathy, low education and low work ethic. The values ​​of the family handyman bawak disseminated from generation to generation, transformation of cultural values ​​of poverty on children is to encourage a culture of poverty in the family handyman bawak. Artisan bawak in an effort to survive done with debt, moonlighting, adjusting the diet, subsistence production and build a house on the ground tomb without rent. While moonlighting is done by working out a job as a handyman bawak, such as vegetable sellers, scavengers, pedicab and begging in the villages.

Keywords : poverty , poverty cultural values ​​, socialization patterns.

Published
2015-01-21
How to Cite
SYAIDA, K. (2015). TRANSFORMASI NILAI-NILAI KEBUDAYAAN KEMISKINAN (Studi Etnografi Tentang Pola Sosialisasi Anak-Anak Tukang Bawak Di Makam Islam Rangkah Surabaya). Paradigma, 3(1). Retrieved from https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/paradigma/article/view/10443
Abstract Views: 104
PDF Downloads: 89