KEKERASAN SIMBOLIK PADA PEREMPUAN JANDA DI KABUPATEN SIDOARJO

  • GALANG KANTATA TAQWA

Abstract

ABSTRAK

Dalam status pernikahan, perempuan terkategori dalam tiga macam status yaitu, yaitu perempuan belum menikah, perempuan menikah dan perempuan janda (cerai hidup serta cerai mati). Pada budaya patriarki, posisi perempuan dalam sebuah keluarga memang berada di bawah kekuasaan laki-laki. Lalu, bagaimanakah posisi perempuan tatkala dia telah menjadi janda (cerai hidup atau cerai mati). Penelitian ini akan berusaha mengkaji serta membuka tabir kekerasan simbolik yang terjadi pada perempuan sepeninggal suami (laki-laki) baik dengan cara cerai hidup maupun cerai mati. Dengan menggunakan pisau analisis dominasi dan kekerasan simbolik Pierre Bourdieu, serta metode Strukturalisme Generatif, penelitian ini akan menganalisis secara lebih lanjut tentang dominasi dan kekerasan simbolik yang dialami oleh perempuan janda di Sidoarjo. Perempuan janda dalam penelitian ini mengalami dominasi maskulin dan kekerasan simbolik, walaupun sebelum menjadi janda atau lebih tepatnya sejak lahir seorang perempuan telah mengalami dominasi maskulin dan kekerasan simbolik sejak berada dalam keluarga, sekolah, agama dan legitimasi negara. Terdapat perbandingan antara perempuan janda dengan perempuan menikah dan belum menikah pada pendominasi dan pemberi kekerasan simbolik. Tidak hanya kaum maskulin (laki-laki) saja yang mendominasi, tetapi perempuan yang menikah dan belum menikah juga memberikan dominasi serta kekerasan simbolik pada perempuan janda.

Kata Kunci: Perempuan, Janda, Dominasi Maskulin, Kekerasan Simbolik

ABSTRACT

Women, divided by marriage status on three status they are the women yet marriage, the marriage women, widow (and divorce by dead). widow (and divorce by dead) are call “Janda” in Bahasa.Masculine domination and symbolic violence are masterpiece from Pierre Bourdieu and from Structuralism Generative, inside of them are habitus, capital, arena and practice for understanding how practice of society formed. Emphasize on agent who can structuring structure and structure structured. Results from this scheme are masculine domination and symbolic violence, from this results had doxa.This research held in Sidoarjo district, took the widow with range of age by 20-30 years old, 31-40 years old, 41-50 years old. The widow on this research got masculine domination and symbolic violence, although before be the widow or exactly since they are born, the widow experienced by masculine domination and symbolic violence, then since being in family, school, religion, and legitimacy of country. There are comparison between the widow, the women yet marriage and the marriage women on their masculine domination and symbolic violence. But not only the men who dominating the widow by masculine domination and symbolic violence, but also the marriage women and the women yet marriage too.

Keywords : Women, Widow, Masculine Domination, Symbolic Violence

 

Published
2016-08-01
How to Cite
KANTATA TAQWA, G. (2016). KEKERASAN SIMBOLIK PADA PEREMPUAN JANDA DI KABUPATEN SIDOARJO. Paradigma, 4(3). Retrieved from https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/paradigma/article/view/16539
Abstract Views: 253
PDF Downloads: 237