FENOMENOLOGI RITUAL MALAM JUMAT LEGI WARGA NAHDLATUL ULAMA DESA KEMLAGI, KECAMATAN KEMLAGI, KABUPATEN MOJOKERTO

  • MOCH.SHOFIYUDDIN

Abstract

ABSTRAK

Di Desa Kemlagi, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto ada budaya Jawa yang masih terjaga eksistensinya. Budaya Jawa tersebut ialah tradisi ritual malam jumat legi. Menariknya, tradisi Jawa ini mengalami perubahan menjadi salah satu ritus ibadah warga yang menganut kepercayaan islam berfaham NU. Pada penelitian ini ingin diketahui bagaimana warga NU memaknai ritual malam jumat legi sebagai budaya yang berubah menjadi bentuk ritus yang bernilai ibadah, selain itu ingin diketahui pula bagaiamana warga NU melaksanakan ritual, terrmasuk bagaimana bentuknya, esensi nilai dari ritual yang dijalankannya serta proses interaksi sosialnya yang akankah mengarah pada bentuk asosiatif atau disosiatif dalam lingkungan masyarakat. Digunakan teori akulturasi budaya untuk mengetahui bagaimana berubahnya ritual malam jumat legi yang akhirnya melebur dan menjadi budaya Islam. Selain itu juga dengan menggunakan teori interaksi simbolik George Herbert Mead dan Herbert Blummer yaitu konsep “Self” yaitu “I”, “Me” yang akan menunjukkan simbol-simbol interaksi yang dilakukan oleh Warga NU Desa Kemlagi dalam menjalani aktivitas kegiatan keagamaannya. Agar semakin memperkuat analisis makna tersebut digunakan pula fenomenologi Alfred Schutz sebagai pendekatan yang berfungsi untuk membongkar makna warga NU melakukan ritual malam jumat legi melalui motif dan tindakan aktor-aktor atau subyek yang melakoni ritual tersebut. Metode yang digunakan ialah merode penelitian kualitatif dengan mendeskripsikan fenomena sosial yang terjadi pada subyek warga NU Desa Kemlagi yang melaksanakan ritual malam jumat legi. Digunakan pula pendekatan fenomenologi untuk membedah makna-makna dari warga NU yang melakukan tradisi malam jumat legi. Hasil penelitian menjelaskan bahwa ritual malam jumat legi memiliki makna tersendiri bagi masing-masing subyek yang terkategori dari warga NU garis lurus dan warga NU garis lucu. Makna itu diketahui dari maksud dan tujuan mereka melakukan proses ritual malam jumat legi seperti wasilah, tahlilan, yasinan, ziarah kubur, sholawatan, khotmil Qur’an, sema’an Qur’an dan shodaqohan. Bagi warga NU garis lurus, mereka adalah warga NU yang boleh disebut NU asli. Mereka bersikap asosiatif, atau istilahnya sangat mendukung dilaksanakannya ritual tersebut oleh sebab menganggap malam jumat legi ialah malam yang sakral, keramat, momen untuk mencari berkah, dan mengirim pahala untuk keluarga yang sudah meninggal dunia. Bagi warga NU garis lucu, mereka cenderung disosiatif dengan tindakan cenderung mengacuhkan dan membiarkan, tanpa mengikuti secara langsung oleh sebab mereka menganggap malam jumat legi ialah malam yang sama seperti biasanya, bukan malam yang mempunyai keistimewaan dan keberkahan tertentu.   

 

Kata kunci: Malam Jumat Legi, Ritual, Nahdlatul Ulama

Abstract

The existence of Java culture in Kemlagi, Mojokerto is still kept away. Malam Jum’at legi is one of tradition or ritual that still exist. Interestingly, this tradition becomes one of worship rituals of NU’s community believe. In this study, the researcher tried to find out how does NU’s community interpret about Malam Jum’at legi  as a tradition that changed become one of worship rituals. In addition, the researcher also tried to discover how does the way of this ritual implemented included the configuration of this ritual, the essential value of this worship ritual and the process of social interaction, which aim of this ritual will be directed. This ritual probably leads to associative or dissociative for human society. This study used culture acculturation theorists to know how does Malam Jum’at legi  ritual is finally changing and marge become Islamic Java culture. So, this study uses symbolic interaction theorists George Herbert Mead and Herbert Blummer. This theory is about the concept of “Self” is“I”, “Me”which shows the interaction symbols that have been implemented by the NU Kemlagi community in doing the worship activities. In addition, to give stronger evidence the meaning of this analysis, it also used Alfred Schutz’s phenomenology as an approach to know the meaning of NU’s Kemlagi in doing Malam Jum’at legi  through the motive and the subject in doing this ritual. The method that can be used for this study is a qualitative descriptive method of describing the social phenomena which are NU’s Kemlagi community activity in Malam Jum’at legi . To know the meaning of Malam Jum’at legi  ritual which is NU’s Kemlagi activity can be used phenomenology approach. The result of this study explains that Malam Jum’at legi  ritual have its own meaning for every NU’s community, straight faction and strange faction. This meaning can be based on the purposes and the objectives of them in doing malam Jum’at legi ritual such as wasilah, tahlilan, yasinan ziarah kubur, sholawatan, khatmil Qur’an, sema’an Qur’an dan shodaqohan. Based on NU straight faction, they can be called as the pure NU faction. They behave to be an associative, they agreed and very supportive in implementing this ritual because they assume that Malam Jum’at legi  is sacred night, mystics, hieratic, a moment to find blessings and to send the rewards for their dead family. Based on NU strange faction, they almost dissociative, ignorant and do not care, without following the ritual or the tradition. Therefore, they assume that Malam Jum’at legi  just a night, no meaning of that night. A night that has no idiosyncrasy and no blessing.

Keywords              : Malam Jumat Legi, Ritual, Nahdlatul Ulama, 

Published
2016-08-23
How to Cite
MOCH.SHOFIYUDDIN,. (2016). FENOMENOLOGI RITUAL MALAM JUMAT LEGI WARGA NAHDLATUL ULAMA DESA KEMLAGI, KECAMATAN KEMLAGI, KABUPATEN MOJOKERTO. Paradigma, 4(3). Retrieved from https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/paradigma/article/view/16904
Abstract Views: 338
PDF Downloads: 992