KONFLIK PEREBUTAN LAHAN PEMAKAMAN: STUDI DI DESA MAMBULU BARAT KECAMATAN TAMBELANGAN KABUPATEN SAMPANG

  • SULAIMAN

Abstract

Konflik adalah bagian dari realitas sosial yang tidak dapat dihindari. Masyarakat Madura yang dianggap memiliki nilai-nilai agama islam yang tinggi pun tidak dapat terhindar dari konflik baik yang bersifat manifest maupun laten, yang berbentuk realistis maupun nonrealistis, yang melibatkan perorangan maupun kelompok. Salah satunya adalah konflik di Desa Mambulu Barat, Kecamatan Tambelangan, Kabupaten Sampang yang melibatkan dua kelompok warga yakni warga Desa Mambulu Barat dan Desa Glagas yang memperebutkan lahan pemakaman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk konflik perebutan lahan pemakaman di Desa Mambulu Barat, Kecamatan Tambelangan, Kabupaten Sampang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fungsionalisme konflik perspektif Lewis Alfred Coser yang melihat konflik tidak hanya berwajah negatif tetapi juga berwajah positif.

                   Hasil penelitian ini adalah adanya bentuk-bentuk konflik antar warga Desa Mambulu Barat dan Desa Glagas yang termasuk dalam konflik realistis, dimana elite-elite agama yang terpinggirkan dari kepengurusan masjid Raudhatul Falah Glagas berusaha untuk membangun masjid lain di area lahan pemakaman wakaf milik warga Desa Mambulu Barat dan Desa Glagas. Konflik antar elite ini mampu meningkatkan integrasi antar anggota in group yang berbanding lurus dengan  meluasnya konflik seperti pelarangan penggalian lahan pemakaman oleh warga Desa Mambulu Barat kepada warga Desa Glagas, serta pengrusakan batu nisan dari makam leluhur warga Desa Glagas yang diduga kuat dilakukan oleh warga Desa Mambulu Barat. Sementara perlawanan dari warga Desa Glagas dilakukan dengan cara merusak pipa saluran air sumber milik warga Desa Mambulu Barat.

Kata kunci :   Fungsionalisme Konflik, Bentuk Konflik, Konflik Realistis.

Abstract

                   Conflict is a part of social reality which can not be denied. Madura society, which is considered having strong value in Islam, can not either avoid conflicts, whether it is manifest or latent, realistic or non-realistic, individual level or group level. One example of the conflicts is the one that happen in West Mambulu village, Tambelangan district, Sampang regency which involves two communities, they are West Mambulu and Glagas villagers who fight over burial field. This research aims to describe the forms of burial field seizing conflicts in West Mambulu Village, Sampang. This research used qualitative method with functionalism conflict perspective by Lewis Alfred Coser who sees conflict as something usefull.

                   The result shows that the conflict between West Mambulu and Glagas villagers is a realistic conflict. Religious elites who had been marginalized from the management of Raudhatul Falah mosque in Glagas decided to build another mosque in the burial field owned by West Mambulu dan Glagas villagers. This conflict contributes in increasing the integration of in-group members which is linear with the expansion of the conflicts itself, such as the restriction of digging the burial field by West Mambulu villagers to Glagas villagers, and also the devastation of tombstone of Glagas’s ancestor which allegedly done by West Mambulu villagers. While the resistance from Glagas was done by ruining the water pipes owned by West Mambulu villager.

Keywords: Functionalism Conflict, Form of Conflict, Realistic Conflict.

Published
2016-12-28
How to Cite
SULAIMAN,. (2016). KONFLIK PEREBUTAN LAHAN PEMAKAMAN: STUDI DI DESA MAMBULU BARAT KECAMATAN TAMBELANGAN KABUPATEN SAMPANG. Paradigma, 5(1). Retrieved from https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/paradigma/article/view/17904
Abstract Views: 38
PDF Downloads: 66