MAKNA DUGEM BAGI SISWI DI SURABAYA

  • FARID ICHSAN

Abstract

Abstrak

 

Masyarakat kota mempunyaiciri menerima budaya baru, maka dari itu perkembangannya memiliki kecenderungan ke arah modern dan meninggalkan budaya aslinya akibat dari globalisasi. Surabaya merupakan kota yang mempunyai perkembangan yang maju dalam berbagai bidang; salah satunya adalah bidangpendidikan. Hal ini menjadi faktor penarik bagi masyarakat luar kota untuk bersekolahdiSurabaya. Dengan banyaknya pendatang, tentunya harus menyesuaikan dengan budaya yang ada di Surabaya yang terkenal modern. Salah satunya adalah budaya menghabiskan malam di tengah kepenatan rutinitas sehari-hari yakni dengan cara clubbing. Penelitian inimengangkat suatu permasalahan yaitu tentang makna dugem bagi pelajar siswi di kota Surabaya, maksud dan tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang di balik motif tindakan yang melatar belakangi dan tujuan yang di peroleh setelah clubing. Peneliti menggunakan teori Alferd Schutz mengenai fenomenologi dan teori Anthony Giddens mengenai gaya hidup. Sifat penelitian ini deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Untuk pemilihan informan peneliti memilih subjek dengan cara snowball. Teknik pengumpulan data dengan wawancara dan observasi secara mendalam, sedangkan teknik analisis data menggunakan teknik triangulasi.Hasil penelitian ini adalahmakna dari tindakan melakukan dugem tersebut antara laintekanan orang tuanya,ajakan pasangan lesbi,ajakan kakak kandung,broken home,gaya konsumtif yang tinggi. Sedangkan tujuan yang ingin di dapatkan adalah untuk menghilangkan rasa stres, menjadi ladys club,untuk bersenang-senang dan untuk mencari uang.

 

Kata Kunci :Motif,Dugem,Siswi

 

Abstract

 

The people of discrete receive new culture, hence its development have a tendency towards modern and leave the original culture result of globalization. Surabaya is the capital city, which has an advanced development in various fields; one of them is education. This becomes a factor for people outside the city of towing to attend school in Surabaya. With so many newcomers, of course had to adjust to the culture that is famous in Surabaya. One of them is culture spent the night in the middle of everyday routine fatigue, i.e. by way of clubbing. This research raises a problem namely about the meaning of dugem for students in the city of Surabaya, the intent and purpose of the research is to find out about the motives behind the actions behind the goal and background on getting after clubing. Researchers using theory of Alferd Schutz's theory of Phenomenology and Anthony Giddens of the lifestyle. The nature of this research is a descriptive qualitative approach to Phenomenology. The research method used was qualitative. For the selection of informants researchers chose the subject by way of a snowball. The technique of data collection by observation and in-depth interviews, while data analysis techniques using the technique of triangulation. The results of this research is the meaning of the Act did include dugem pressure parents, call-to-action, lesbo couples biological sister, broken home, consumerist style. While the goal that you want to get is to get rid of stress, become ladys club, for fun and for money.

Keywords:Motive, clubbing, Female Student 

Published
2014-01-21
How to Cite
ICHSAN, F. (2014). MAKNA DUGEM BAGI SISWI DI SURABAYA. Paradigma, 2(1). Retrieved from https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/paradigma/article/view/6486
Abstract Views: 109
PDF Downloads: 98