KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA DI DESA WINDU KECAMATAN KARANGBINANGUN LAMONGAN

  • MOH. SABAB NASHRULLOH

Abstract

Abstrak

Konflik antar umat beragama banyak terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Sebagai bangsa yang majemuk seharusnya senantiasa menjaga kerukunan dalam sebuah perbedaan seperti yang tercantum dalam dasar negara. Berbeda dengan kondisi yang ada di Desa Windu Kecamatan Karangbinangun Lamongan, yang selalu menjaga kerukunan antar umat beragama. Sebagai sebuah desa yang satu-satunya memiliki perbedaan agama, tetapi memiliki kesamaan sosial dengan desa-desa di sekitarnya. Menjadi sebuah hal yang menarik untuk diketahui bagaimana kerukunan dan makna simbol-simbol kerukunannya. Penelitian ini menggunakan teori Durkhem sebagi analisis pembahasan  mengenai kerukunan dan Interaksionalisme Simbolik H. Mead dalam penggalian dan pembahasan mengenai simbol-simbol kerukunan antar umat beragama yang digunakan. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan Interaksionalisme Simbolik. Pendekatan ini digunakan untuk mengungkap simbol-simbol yang digunakan serta memahami makna-makna dalam simbol. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya pemahaman mengenai konsep kerukunan antar umat beragama dalam struktur masyarakat abangan, priyayi abangan serta Kristen abangan yang didasarkan pada konsep sakral dan profan. Serta simbol-simbol yang sederhana (bahasa verbal, bahasa non-verbal (berjabat tangan dan senyum) dan pemberian barang) mampu menciptakan kerukunan dan budaya yang seragam di wilayah sekitar dengan sebuah keperbedaan. Simbol-simbol yang sudah biasa dalam budaya Jawa sebagai bentuk Latent pattern Maintenance, menjadikan sebuah praktik yang mudah dengan pemaknaan kekeluargaan, kesopanan dan kesantunan.

Kata kunci: agama, kerukunan dan simbol

Abstract

Religious community conflict mostly happens in many regions in Indonesia. As a compound nation, we should always keep peace in a difference as state in basic country. Different with the condition in Windu Village sub-district of Karangbinangun Lamongan which always keeps the peace of religious community. As a village which the only has religious difference, but has similarity social with village around it. Become an interesting thing to be known how the concord and the symbol meaning of the concord. This research uses Durkheim theory as discussion analysis about the concord and H. Mead Interactinalism symbolic in quarrying and discussion about the symbol of religion community concord which is uses. The method uses qualitative by approach interactionlism symbolic. This approach is used to uncover the symbols which is used and also understand the meaning of symbol. The result of research shows that the understanding of concord concept between religious community in society of abangan, priyayi abangan and Christian abangan which is based on sacral and profane concept. A simple symbol (verbal language, non-verbal language (shake hand and smile) and good granting) able to create concord and same cultural around the area with a difference. The common symbol in Java culture as a latent pattern maintenance, make an easy practice with the meaning of kinship, propriety and dignity.

Key word: religion, concord and symbol

Published
2014-01-28
How to Cite
SABAB NASHRULLOH, M. (2014). KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA DI DESA WINDU KECAMATAN KARANGBINANGUN LAMONGAN. Paradigma, 2(1). Retrieved from https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/paradigma/article/view/6838
Abstract Views: 70
PDF Downloads: 87