POLITIK IDENTITAS EKS PENDERITA KUSTA DUSUN SUMBERGLAGAH

  • PUTRI INDATUS SHOBIHAH

Abstract

Abstrak

Berbagai Stigma negatif tertuju pada eks penderita kusta, masyarakat masih menganggap eks penderita kusta sebagai kaum dengan identitas cacat, menjijikkan, dan menular. Posisi eks penderita kusta yang minoritas dan termarginalkan dari kuatnya pengaruh masyarakat membuatnya berada dalam titik balik untuk melawan, agar mereka dapat diakui  dan disamakan melalui politik identitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi praktik-praktik politik identitas yang dilakukan oleh eks penderita kusta di Dusun Sumberglagah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi Alfred Schutz dan menggunakan teori poskolonial Gayatri C. Spivak. Penelitian ini dilakukan di Dusun Sumberglagah, Desa Tanjung Kenongo,  Kecamatan Pacet,  Kabupaten Mojokerto. Subyek merupakan warga Dusun Sumberglagah yang menjadi eks penderita kusta dan dipilih menggunakan metode snowball. Penelitian ini menunjukkan bahwa berbagai macam diskriminasi, membuat eks penderita kusta menjadi kelompok subaltern. Penunjukkan identitas dilakukan dengan dua cara yakni resistensi moralitas dan radikal. Resistensi moralitas diwujudkan dalam bentuk penyuluhan eks penderita kusta di rumah sakit maupun puskesmas terdekat, kegiatan rutin desa seperti kerja bakti, kegiatan sosial, kegiatan kerohanian dan istighosah rutin. sedangkan Resistensi radikal merupakan wujud kemarahan atas stigma yang mereka terima agar keberadaan mereka lebih diperhatikan. Hal ini sebagai bukti nyata dalam representasi sosial, sehingga mereka dapat diakui dan melepaskan “baju” minoritasnya.

Kata Kunci: Diskriminasi, Politik identitas, Eks penderita kusta

 

Abstract

Various negative stigma directed at ex-lepers, people still think former leprosy patients as people with disability identity, disgusting, and infectious. The position of former leprosy patients from minority and marginalized communities make strong influence was the turning point for the fight, so that they can be recognized and equalized through politics of identity. This study aims to identify the practices of politics identity by former leprosy patients in Dusun Sumberglagah. This study used qualitative methods with Alfred Schutz's phenomenological approach and using post-colonial theory by Gayatri C. Spivak. The research was conducted in Dusun Sumberglagah, Tanjung Kenongo village, District Pacet, Mojokerto. That became a subject is Sumberglagah former leprosy patients and selected using the snowball method. This study shows that the various forms of discrimination, making the former leper into subaltern groups. Appointment of identity is done in two ways namely morality and radical resistance. Resistance morality embodied in the form of counseling former leprosy patients in the nearest hospital or health center, village routine activities such as voluntary work, social activities, spiritual activities and istighosah routine. while the radical resistance is a form of anger over the stigma that they receive. It is as tangible evidence of the social representation, so that they can be recognized and let go of "clothes" minority.

Keywords: Discrimination, Politics of  identity, ex-lepers

Published
2014-01-28
How to Cite
INDATUS SHOBIHAH, P. (2014). POLITIK IDENTITAS EKS PENDERITA KUSTA DUSUN SUMBERGLAGAH. Paradigma, 2(1). Retrieved from https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/paradigma/article/view/6913
Abstract Views: 34
PDF Downloads: 36