Perubahan Sosial Long Distance Marriage dalam Transformasi Keluarga di Era Digital : Studi Deskriptif tentang Konflik Peran, Kebutuhan Seksual, dan Solusi Teknologi dalam Mempertahankan Keharmonisan Hubungan Pernikahan Jarak Jauh Pekerja di Surabaya
Abstract
Abstract
The increasing prevalence of Long Distance Marriage (LDM) is a direct consequence of urbanization and career demands, with better job opportunities in other cities often being the primary driver. From William F. Ogburn's social change theory perspective, material culture advancements like technology and economic shifts frequently outpace the adaptation of social norms and traditional family values. This descriptive qualitative study involved five LDM informants (three men, two women) working at a state-owned enterprise, whose spouses reside in various cities including Sukabumi, Jember, Boyolali, Cirebon, and drilling sites in Sumatra and Kalimantan. The findings indicate that LDM couples grapple with challenges in fulfilling biological needs, managing household finances, and maintaining emotional intimacy. While digital technology is crucial for communication, it cannot fully substitute physical presence. Key supporting factors for marital sustainability include trust, commitment, and the effective use of technology. Conversely, inhibiting factors such as limited physical interaction, social pressures, and difficulties in balancing domestic roles can weaken the relationship. Couples also express fears regarding emotional distance, the risk of infidelity, and the impact of LDM on child development. The study concludes that LDM couples require robust adaptation strategies, including effective communication, regular scheduled meetings, and social support, to preserve marital harmony in the digital era.
Fenomena Long Distance Marriage (LDM) semakin umum akibat urbanisasi dan tuntutan pekerjaan, da peluang karier yang lebih baik di kota lain menjadi pendorong utamanya. Dari perspektif teori perubahan sosial William F. Ogburn, kemajuan kebudayaan material—seperti teknologi dan dinamika ekonomi—seringkali berkembang lebih cepat daripada penyesuaian norma sosial dan nilai keluarga tradisional. Penelitian kualitatif deskriptif ini melibatkan lima informan LDM (tiga pria dan dua wanita) yang bekerja di sebuah BUMN, dengan pasangan mereka berdomisili di berbagai kota seperti Sukabumi, Jember, Boyolali, Cirebon, serta lokasi pengeboran di Sumatra dan Kalimantan. Temuan mengungkapkan bahwa pasangan LDM menghadapi tantangan dalam memenuhi kebutuhan biologis, mengelola keuangan rumah tangga, dan menjaga kedekatan emosional. Meskipun teknologi digital berperan vital dalam komunikasi, ia tidak dapat sepenuhnya menggantikan kehadiran fisik. Faktor pendukung utama untuk mempertahankan pernikahan meliputi kepercayaan, komitmen, dan pemanfaatan teknologi secara efektif. Namun, faktor penghambat seperti terbatasnya interaksi fisik, tekanan sosial, dan kesulitan menyeimbangkan peran domestik dapat melemahkan hubungan. Pasangan juga mengungkapkan kekhawatiran terkait jarak emosional, risiko perselingkuhan, dan dampak LDM terhadap perkembangan anak. Studi ini menyimpulkan bahwa pasangan LDM membutuhkan strategi adaptasi yang kuat, mencakup komunikasi efektif, pertemuan terjadwal secara rutin, dan dukungan sosial, demi menjaga keharmonisan rumah tangga di era digital.
Keywords: Long Distance Marriage (LDM); Sosial Change; Social Adaptation; Digital Technology; Long-Distance Relationship
Downloads
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section

