PENGARUH W/C RATIO TERHADAP NILAI KUAT TEKAN PADA PEMBUATAN DRY GEOPOLYMER MORTAR BERBAHAN DASAR ABU TERBANG, KAPUR, DAN NaOH 14 M
Abstract
Abstrak
Fly ash adalah salah satu bahan yang mengandung silikat dan alumina yang dapat dimanfaatkan sebagai teknologi geopolimer untuk mengurangi volume limbah berbahaya yang dapat mencemari lingkungan yang kemudian direaksikan dengan bahan pengikat (aktivator) yaitu NaOH dengan konsentrasi 14 Molar.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui pengaruh penambahan water cement ratio (w/c) sehingga mendapatkan standart water cement ratio (w/c) yang optimum dan kuat tekan yang maksimum dari pembuatan mortar dry geopolymer. Penelitian ini menggunakan metode pencampuran kering (dry mixing), dimana aktivator yang terdiri dari larutan NaOH 14 molar dan kapur dicampur menjadi satu kemudian dibuat serbuk dengan cara dimix, lalu dioven, lalu ditumbuk halus, kemudian fly ash dan aktivator dimix sehingga menghasilkan semen geopolimer yang kemudian dilakukan penambahan pasir dan air untuk menjadi pembuatan mortar dry geopolymer.
Rasio fly ash yang digunakan sebesar 0,84 dari volume benda uji. Rasio aktivator kering yaitu sodium hidroksida (NaOH) dan kapur sebesar 0,16 dari volume benda uji yang terdiri dari NaOH sebesar 0,06 dan kapur sebesar 0,10. Rasio pasir yang digunakan sebesar 0,84 dari volume benda uji dan water cement ratio (w/c) yang digunakan adalah sebesar 0,25; 0,30; 0,35; 0,40; 0,45; 0,50; 0,55.
Hasil kuat tekan mortar dry geopolymer dengan pengaruh penambahan water cement ratio sebesar 0,25; 0,30; 0,35 sampai 0,40 terus meningkat kuat tekannya mencapai 9,03 MPa. Setelah water cement ratio (w/c) lebih dari 0,40, maka kuat tekannya menurun mulai dari 0,45; 0,50 sampai 0,55. Maka diperoleh bahwa kadar water cement ratio (w/c) yang optimum pada penambahan water cement ratio pada mortar dry geopolymer adalah sebesar 0,40.
Kata Kunci: Dry geopolymer mortar, abu terbang, w/c ratio, NaOH 14 Molar, kuat tekan, aktivator kering.
Abstract
Fly ash is one of the ingredients containing silicate and alumina which can be used as geopolymer technology to reduce the volume of hazardous waste that can pollute the environment which is then reacted with a binder (activator) namely NaOH with a concentration of 14 Molar.
This research was conducted with the aim of knowing the effect of adding water cement ratio (w / c) so as to obtain the optimum standard water cement ratio (w / c) and maximum compressive strength from dry geopolymer mortar manufacture. This research uses dry mixing method, where the activator consisting of 14 molar NaOH solution and lime is mixed into one then made powder by mixing, then in the oven, then finely ground, and then the fly ash and activator are mixed to produce geopolymer cement which is then carried out by adding sand and water to become dry geopolymer mortar manufacture.
The fly ash ratio used is 0.84 of the volume of the test object. The ratio of dry activator namely sodium hydroxide (NaOH) and lime amounted to 0.16 from the volume of the test object consisting of NaOH of 0.06 and lime of 0.10. The ratio of sand used is 0.84 of the volume of the test object and the water cement ratio (w / c) used is 0.25; 0.30; 0.35; 0.40; 0.45; 0.50; 0.55.
The results of dry geopolymer mortar compressive strength with the effect of adding a water cement ratio of 0.25; 0.30; 0.35 to 0.40 continues to increase the compressive strength reaching 9.03 MPa. After the water cement ratio (w / c) more than 0.40, the compressive strength decreases starting from 0.45; 0.50 to 0.55. Then it was obtained that the optimum water cement ratio (w / c) at the addition of the water cement ratio on dry geopolymer mortar was 0.40.
Keywords: Dry geopolymer mortar, fly ash, w/c ratio, NaOH 14 Molar, Compressive Strength, dry activator.