PENGARUH VARIASI KETEBALAN LAPIS KAYU BALOK LAMINASI MERANTI-SENGON-MERANTI PADA PENYUSUNAN DENGAN KOMPOSISI BALANCED TERHADAP TEGANGAN LENTUR

  • DLIYAUL FIKRIYA
  • SUPRAPTO

Abstract

Balok laminasi merupakan produk rekayasa yang terdiri dari dua atau lebih lapisan kayu lamina yang saling direkat dalam arah serat longitudinal. Sumber daya alam berupa kayu sangat potensial untuk dipakai sebagai bahan bangunan. Kayu memiliki beberapa kelebihan antara lain: ringan, tahan terhadap gempa, mudah dalam pelaksanaannya. Penggunaan kayu sebagai bahan struktural diantaranya adalah untuk keperluan bahan bangunan rumah atau bangunan lain, pembuatan kuda-kuda, rangka jembatan hingga hanggar pesawat terbang. Untuk berbagai keperluan struktural tersebut dibutuhkan dimensi kayu yang cukup besar dengan bentang yang panjang. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mendapatkan kayu dengan dimensi yang diinginkan adalah dengan teknik laminasi. dalam pembuatan balok laminasi, penyusunan setiap lapisan dapat diatur sedemikian rupa sehingga bisa meningkatkan sifat-sifat kekuatan kayu yang digunakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi kayu isian (kayu Sengon) yang paling optimal terhadap tegangan balok laminasi.
Penelitian ini dilakukan dengan membuat benda uji dengan tingkat penyusunan seimbang dimana lapisan atas dan bawah balok laminasi memiliki dimensi sama, yaitu menggunakan kayu Meranti dan kayu isian menggunakan kayu Sengon. Benda uji dibuat dengan variasi penambahan kayu isian Sengon setinggi 20%, 27%, 33%, 38 dan 42% dari tinggi balok dengan panjang bentang 90 cm, masing-masing variasi dibuat 3 benda uji. Pengujian lentur dilakukan dengan beban terpusat ditengan bentang balok yang didukung tumpuan sendi dan rol Selain data kuat lentur, lendutan benda uji juga diukur dengan meletakkan dial gauge pada masing-masing ¼, ½, dan ¾ bentang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tebal kayu isian Sengon maka kekuatan balok laminasi semakin tinggi yang digambarkan dengan beban yang diterima oleh balok semakin meningkat. Pada penambahan kayu isian Sengon setinggi 20% dan 27% dari total ketinggian balok laminasi, kekuatan lentur yang terjadi melebihi kekuatan lentur dari balok utuh kayu penyusun, baik kekuatan utuh Meranti maupun Sengon. Penambahan kayu isian Sengon setinggi 33% hingga 42% dari total ketinggian balok laminasi terjadi penurunan kekuatan lentur. Kekuatan lentur yang optimum adalah pada penyusunan dengan penambahan kayu isian Sengon kurang dari 27% dari total ketinggian balok laminasi. Lendutan yang terjadi pada masing-masing balok masih pada kondisi elastis grafik menunjukkan kondisi yang linier, dan pada saat balok sudah tidak elastis penambahan beban dan lendutan sudah tidak seimbang lagi, beban sudah tidak dapat bertambah lagi, namun lendutan masih terus bertambah sampai balok mengalami keruntuhan total, semakin tebal kayu isian sengon, maka lendutan yang terjadi semakin kecil, dan semakin besar kekakuan, begitu pula sebaliknya jika semakin besar kekakuan beban yang bisa diterima semakin besar. Seluruh variasi balok laminasi kerusakan awal dimulai dari rusaknya kayu Meranti pada sisi lapisan terluar, balok dengan penambahan isian Sengon 20%, 27%, 33% dan 38% dari total ketinggian balok laminasi mengalami runtuh lentur, sedangkan pada balok dengan penambahan isian Sengon 42% dari total ketinggian balok laminasi mengalami runtuh geser.Kata Kunci: Balok laminasi, Penyusunan seimbang, Tegangan lentur
Published
2020-06-22
Section
Articles
Abstract Views: 80
PDF Downloads: 279