Komparasi Analisis Tebal Lapis Tambah Perkerasan (Overlay) Metode Analisa Komponen Dan Metode Lendutan Balik
Abstract
Jalan merupakan bagian yang sangat penting dari kehidupan manusia modern. Seiring bertambahnya volume lalu lintas maka akan berdampak pula pada umur jalan raya tersebut. Apabila terdapat permasalahan, tentu saja dapat mengganggu di berbagai sektor pada daerah tersebut. Adapun tujuan utama pada penelitian ini adalah untuk mengkomparasi serta menganalisis tebal lapis tambah perkerasan melalui dua metode yaitu Metode Analisa Komponen dengan berpedoman pada buku Departemen Pekerjaan Umum SKBI-2.3.26.1987 dan Metode Lendutan Balik yang berpedoman pada buku Departemen Pekerjaan Umum PD T-05-2005-B. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua metode tersebut menghasilkan tebal lapis tambah yang sama yakni sebesar 8 cm. Perhitungan melalui metode lendutan balik menghasilkan nilai keseragaman lendutan yang cukup baik sebesar 28% yang nantinya digunakan untuk menghitung nilai tebal lapis tambah perkerasan lentur. Sedangkan pada metode analisa komponen menghasilkan nilai Daya Dukung Tanah dengan menggunakan data CBR sebesar 3,9 yang nantinya digunakan dalam menentukan nilai ITP overlay. Nilai ITP eksisting sebesar 7,1 lebih kecil daripada nilai ITP overlay yakni sebesar 10,5. Maka dari itu Jalan Raya Sumenep memerlukan pekerjaan lapis tambah perkerasan dengan komposisi tebal AC-WC overlay adalah 8 cm, AC-WC eksisting adalah 10 cm, AC-BC eksisting adalah 11 cm dan yang terakhir tebal pondasi bawah AC-Base sebesar 26 cm.
Kata Kunci: Metode Analisa Komponen; Metode Lendutan Balik; Tebal Lapis Tambah Perkerasan Lentur
Roads are a very important part of modern human life. As the volume of traffic increases, it will also have an impact on the age of the highway. If there are problems, of course it can disrupt various sectors in the area. The main purpose of this research is to compare and analyze the thickness of the pavement layer through two methods, namely the Component Analysis Method based on the book of the Department of Public Works SKBI-2.3.26.1987 and the Reverse Deflection Method based on the book of the Department of Public Works PD T-05- 2005-B. The results showed that the two methods produced the same added thickness of 8 cm. The calculation through the back deflection method produces a fairly good deflection uniformity value of 28% which will be used to calculate the value of the added thickness of the flexible pavement. While the component analysis method produces a soil bearing capacity value using CBR data of 3.9 which will later be used in determining the value of ITP overlay. The existing ITP value of 7.1 is smaller than the overlay ITP value of 10.5. Therefore, Jalan Raya Sumenep requires additional pavement work with the composition of the AC-WC overlay thickness being 8 cm, the existing AC-WC 10 cm, the existing AC-BC 11 cm and the last being 26 cm thick for the AC-Base foundation.
Keywords: Back Deflection Method; Component Analysis Method; Overlay Thickness Flexible Pavement