PANDANGAN ANGGOTA LEMBAGA BHINEKA SURABAYA TENTANG UCAPAN BASUKI TJAHAYA PURNAMA DI KEPULAUAN SERIBU YANG DI ANGGAP MENISTAKAN AGAMA

  • PRAYOGO SAMSUL IBRAHIM

Abstrak

Abstrak

Menjelang pelaksanaan pemilihan gubernur DKI Jakarta, para elit partai politik sudah mempersiapkan kandidatnya untuk bertarung di Pilkada DKI Jakarta. Tidak terkecuali Basuki Tjahaya Purnama yang juga akan maju sebagai calon gubernur DKI Jakarta. Namun di samping itu berbagai polemik mengenai kasus Basuki Tjahaya Purnama yang di anggap menistakan agama islam semakin membuat suasana Pilkada semakin panas. Selain itu, banyak isu SARA yang menyudutkan Basuki Tjahaya Purnama yang kini di tetapkan oleh kepolisian sebagai tersangka dalam kasus penistaan Agama. Peneliian ini merupakan penelitian kualitatif .Dalam penelitian ini informan yang akan di wawancarai adalah anggota dari Lembaga Bhineka Surabaya yaitu Ricky Bram Imania, Cristover Oktavianus, Ronald Putra dan Silvania Alyindra. Semuanya adalah pengurus harian Bhineka Surabaya. Data dikumpulkan dengan menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Para anggota Lembaga Bhineka Surabaya menilai ucapan Basuki Tjahaya Purnama melalui tiga pendekatan yaitu pendekatan makna referensial. Dimana para informan memaknai ucapan Basuki Tjahaya purnama yang di anggap menistakan agama secara referen. Kemudian para informan juga memaknai dengan pendekatan makna Ideasional yaitu memaknai ucapan dengan melihat tata letak bahasa. Dan yang terakhir yaitu memaknai dengan menggunakan pendekatan makna behavioral. Yaitu memaknai bahasa dengan melihat dari keadaan social budaya serta kondisi di suatu daerah. Sehingga dapat di simpulkan apakah ucapan Basuki Tjahaya Purnama merupakan suatu penistaan atau justru suatu edukasi politik.

Kata Kunci: Penistaan, makna dan anggota Bhineka Surabaya

Diterbitkan
2017-05-09
Abstract Views: 22
PDF Downloads: 59